pantai dimalam hari

11 6 0
                                    

Terpantau sepasang remaja yang tengah menikmati hembusan angin malam yang kencang dengan suasana pantai yang begitu damai, suara ombak yang berisik membuat siapapun yang mendengarnya akan lupa dengan beban pikirannya dalam sejenak, pemandangan kota yang terlihat begitu jelas dari kejauhan, ditambah hiasan bintang-bintang yang bersinar di atas langit.. Keduanya hanyut dalam pemandangan dan suasana yang menenangkan itu.

"Sha.. Gue udah tau semuanya," ucap Jay memulai pembicaraan,

"tentang apa kak?," tanya Jesha kebingungan,

"gue tau semua penderitaan lo...." Jawab Jay dengan lirih,

"k-kok bisa...?," Jesha membeku sejenak,

"ga penting dari siapa dan bagaimana gue bisa tau. Yang penting gimana kondisi lo sekarang," ucap Jay dengan memberikan tatapan sayu nya, membuat Jesha tidak bisa menjawab dan terdiam dengan tatapan kosong.

"Lo bisa ceritain semua ke gue Sha.... Semuaaanyaaa... Gue siap dengerin semua keluh kesah lo, gue bersedia jadi tempat berteduh, gue bersedia jadi vitamin lo, dan ngebantu lo sembuh." Ucapan jay yang langsung membuat Jesha meneteskan air matanya, jantungnya berdetak, kali ini bukan karna salah tingkah. Namun, luka lamanya kembali terasa. Sesak, hatinya terasa begitu sesak.

"Maaf kalo gue ngebuat lo nangis kayak gini, gue ga bermaksud lancang buat ngebahas masa lalu. Tapi niat gue baik Sha, gue pengen liat sisi ceria lo," ucapnya seraya membawa tubuh Jesha ke pelukannya,

"gapapa nangis aja dulu... Keluarin semuanya, kalo udah lega baru boleh cerita." Jay terus mengusap kepala Jesha mencoba menenangkannya.
Setelah beberapa saat Jesha mulai menemukan ketenangan nya, menjauhkan tubuhnya dari pelukan Jay, dan meneguk minuman untuk menghilang rasa sesaknya.

"Gue udah mati rasa kak... Rasanya kayak gue terjun ke jurang yang gue buat sendiri. Setahun yang lalu emang masa paling sulit, rasanya beraattt banget, selama ini gue takut komunikasi sama orang asing, bahkan hanya sekedar sapaan aja gue gabisa. Kalau lo nganggep gue gila, bener kak, gue emang gila. Cuman gara-gara satu laki-laki ber*ngsek itu, gue mulai memandang bahwa semua laki-laki di dunia ini memiliki kebiasaan yang sama, kebiasaan datang hanya untuk memanfaatkan. Gue terima kalo Shafa selalu bilang gue bodoh, karna gue sadar kalo gue emang se-bodoh itu. Gue dengan sadar ngebiarin harga diri gue diinjek-injek, keberadaanku yang selalu dianggap sepele. Bukan cuman kehilangan mantan pacar, tapi gue juga kehilangan sahabat yang gue sayaaanggg banget. Gue udah nganggep dia kayak kakak gue sendiri, tapi yang gue dapet malah pengkhianatan. Rasanya gue udah gaada tenaga lagi buat melangkah maju. Kehilangan jati diri gue dalam sekejap. 'Aku ini siapa', 'apa tujuan hidup ku sebenernya'. Pertanyaan seperti itu terus muncul di benak gue."
Jesha menjelaskan semuanya pada Jay dengan airmata yang turun begitu deras, dan membasahi pipinya. Selama Jesha menceritakan kisahnya, Jay tidak henti hentinya mengusap helai rambut Jesha dengan lembut, agar Jesha merasa nyaman untuk menyampaikan seluruh keluh kesahnya.

"Kedepannya gue bakal buat airmata yang keluar dari mata sipit lo ini adalah airmata kebahagiaan Sha.... gue ga gamau liat lo berantakan kayak sebelumnya, gue bakal selalu ada disisi lo. Lo harus sembuh," ucap Jay dengan tegas, suaranya bergetar menahan airmatanya.

"Jujur, sejak pertemuan pertama kita, saat lo kasih tisu di rooftop, lo udah berhasil sembuhin luka gue kak.... Waktu itu, jantung gue berdetak kencang untuk pertama kalinya setelah sekian lama."

"Jujur gue juga ngerasain hal yang sama... Gue ga pernah dan ga punya pengalaman pacaran, jadi gue terus bertanya tanya, 'apa ini yang dimaksud fall in love?' 'kenapa jantung gue bisa berdetak sekencang ini?', mungkin gue bukan first love lo, tapi gue bakal usaha buat bahagia in lo Sha.... Gue suka sama lo bukan hanya sekedar rasa suka, gue juga sayaaanggg banget sama lo, Gue bisa ngerasain besarnya rasa cinta ini buat lo. So, want to be my girlfriend?," ujar jay dengan tatapan yang sangat dalam dan penuh arti.

"Makasih kak, gue juga suka sama lo, tapi kalau untuk jadi pacar, gue masih belum berani buat buka hati," ucap Jesha dengan menunduk kepalanya.

"Gapapa Sha.... Pelan pelan dulu, gue yang bakal nyari kuncinya buat buka pintu hati lo,"

"makasih udah mau perjuangin gue." Jawab Jesha dengan senyum hangatnya.

Keduanya kembali menikmati suasana pantai dimalam hari, dengan suasana hati yang lebih tenang dan damai kali ini, mereka telah mengeluarkan unek-uneknya.

"Gue salut sama lo kak... Disaat remaja seusia lo masih butuh perhatian dan kasih sayang orang tuanya, lo malah dituntut untuk berdiri di kaki lo sendiri, Dan ditambah lagi pundak lo yang membawa beban kebahagiaan adik adik lo. Good boy parah sih," ucap Jesha sambil mengacak-acak rambut Jay, membuat sang empuh salah tingkah.

"Ini kalimat yang udah gue nantikan sejak dulu Sha, gaada yang mau bilang gini ke gue, sederhana tapi ga semua orang bisa...."
Respon Jay tersebut membuat Jesha mengembangkan senyumnya. Suasana hati yang sangat bagus bagi keduanya,

"tau ga apa yang bikin kita sama?," tanya Jay

"gatau??"

"kita sama sama dikhianati oleh seorang sahabat,"

"serius kak??!!!!, lo juga mengalami hal yang sama?,"

"gue dulu punya temen yang gue sayaaanggg banget..... Sampe orang tua gue juga nganggep dia anaknya, dia baik banget sama gue, sampe dia rela nyebur ke selokan cuman demi ngambilin sandal gue yang jatoh."

"Hahahahaha.... Apasih lucu banget!!!, effort nya keren." Cerita Jay tersebut membuat jesha tertawa lepas,

"emang!!, dia emang se effort itu. Tapi itu dulu, semenjak kita tumbuh dewasa, udah kenal yang namanya perempuan, dia mulai nganggep gue saingannya. Dia tiba-tiba dateng langsung ngehajar gue cuman karna cewek yang dia suka malah ngejar gue,"

"serius sampe main tangan?, parah banget, kasian banget Jeyii... mana yang dipukul? coba liat... sakit ga?," ucap Jesha dengan memasang ekspresi panik,

"aaa gemes banget... Udah beberapa bulan lalu, udah hilang sakitnya, rasa sakitnya ga di fisik lagi sha, tapi di hati," sahutnya.

Suara ombak dan tiupan angin membuat suana 'deeptalk' mereka jadi lebih nyaman. Dengan saling bertukar cerita, dan menumpahkan keluh kesahnya masih masing, membuat keduanya terbebas dari pikirannya yang berisik dalam sejenak. Bahkan mereka sampai lupa waktu. Astaga....
Tidak menjadi masalah besar selagi keduanya tahu batasan, dan saling menjaga satu sama lain. Deeptalk ini memang sangat berpengaruh untuk mengenal lebih jauh tentang satu sama lain, dengan begini mereka bisa tau ''apa yang membuat nya terluka', dan dengan begitu mereka bisa membangun hubungan yang sehat dan positif.

"Eh ini udah jam berapa kak," ucap Jesha akhirnya tersadar jika hari semakin larut.

"Udah jam sembilan kurang tujuh menit, ga kerasa ya," jawab Jay,

"iya kita keasikan ngobrol sih... Ayo pulang." Ajak Jesha yang langsung bangkit dari duduknya.

"Iya ayo,"

"udah lama gue ga keluar rumah sampai selarut ini," ucap Jesha dengan beranjak menuju motor Jay dan diikuti pemilik motor di sampingnya.

"Oh ya!?, bisa-bisa gue yang kena marah ibu lo nih wkwk,"

"santai aja..... Jam segini ayah udah di rumah, dia bisa bedain mana cowok yang baik dan buruk buat gue, dia bisa tau dengan cuman liat mukanya aja,"

"wahh serius??, jadi deg-deg an. Menurut lo muka gue, muka cowok baik ga?,"

"kalau lo, muka-muka buronan polisi sih!!," ejek Jesha yang membuat keduanya tertawa lepas.

Perasaan hati yang menjadi 'plong' karna telah mencurahkan isi hatinya. Sang bumi kini telah menemukan langitnya. Dan langit bertanggung jawab penuh atas kebahagiaan buminya.

'Gue berharap lo secepatnya ngelupain masa lalu lo sha. Lupain dia, dan mulai langkah baru sama gue'











M.Y.V.I.T.A.M.I.N









hai readers~ jangan cape cape ya baca cerita aku,,, aku juga ga pernah cape untuk ngingetin kalian buat klik vote di setiap part nya

i hope you enjoy my story

(⁠〃゚⁠3゚⁠〃⁠)

my vitaminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang