peran penting

8 4 0
                                    

Setelah menghabiskan hari minggu dengan banyak waktu luang, Kini saatnya kembali ke aktivitas seperti biasanya dihari senin. Sebagian orang merasa bahwa hari senin adalah hari yang sangat berat dan panjang. Namun, ada juga yang sudah menantikan datangnya hari senin. Begitupun dengan Jesha. Kali ini ia begitu menantikan pergantian hari, karna ia tidak sabar untuk segera bertemu dengan vitaminnya, sosok yang berperan penting dalam hidupnya, sosok yang membantunya keluar dari zona traumatis.
Jesha, dan Shafa yang tengah asik belajar di dalam kelasnya, mencoba dengan serius menyerap semua ilmu yang diberikan oleh sang guru. Mencatat apapun yang menurutnya penting, dan menanyakan apapun yang tidak ia pahami. Begitulah cara belajar yang efektif, kita tidak perlu malu untuk menanyakan sesuatu pada guru jika tidak paham, karna hal kecil tersebut sangat berdampak untuk masa depan kita, seperti kata pepatah 'malu bertanya, sesat di jalan'.

Setelah menghabiskan beberapa waktu untuk belajar, kini saatnya mereka beristirahat, bel istirahat yang berbunyi di seluruh kelas. Membuat suasana berubah, dari sebelumnya yang serius, kini menjadi ramai tidak karuan.
Seluruh murid merayakan waktu istirahat mereka, waktu untuk me-refresh otak, agar bisa kembali belajar dengan fokus, waktu untuk mengisi perut mereka, dan waktu untuk mengobrol dengan teman dekat mereka.
Tidak seperti hari-hari sebelumnya, Jesha yang biasanya tidak tertarik dengan bel istirahat, kini ia begitu excited dan menantikan waktu ini.

"Sha.., gue ke kantin dulu ya... Lo udah ditungguin Jay tuh," ucap Shafa yang langsung beranjak pergi.
Jay sedari tadi menunggu Jesha keluar kelas untuk menghabiskan waktu istirahat bersama,

"udah lama nunggu?," tanya Jesha yang akhirnya keluar dari ruang kelasnya dan menghampiri sang kekasih.

"LAMA BANGET TAUU," jawab Jay sambil mengacak-acak rambut Jesha.

"mau ke kantin?,"

"no.. no.. no..!!, di kantin banyak cowok, nanti kamu digodain mereka!!, aku udah beli makanan, kita makan di rooftop aja yukk."

"Aaayo!!."

Mereka berjalan bersama menuju rooftop, dengan tangan yang menyatu satu sama lain, keduanya berjalan dengan senyum yang sama-sama cerah. Sekarang, Jesha bisa berjalan dengan percaya diri, beda dari biasanya yang selalu menundukkan kepalanya dan tidak pernah menunjukkan senyumnya.
Sesampainya di rooftop keduanya mulai duduk berdekatan, dan memakan makanan yang Jay beli. Mereka makan dengan suasana yang sangat nyaman, hembusan angin dan pemandangan langit yang membuat keduanya bahagia, ditambah lagi di rooftop selalu sepi, tidak ada suara-suara berisik yang mengganggu mereka.

"Kak..., makasih ya," ucap Jesha dengan tatapan yang dalam dan senyum tipis di wajahnya,

"untuk apa?,"

"everything....., semua hal-hal kecil yang kamu kasih ke aku, makasiiihhhh banget,"

"aku yang seharusnya ngomong gitu sayang....., dulu aku ga pernah ngerasain yang namanya cinta, bahkan dari orang tuaku, dan orang-orang terdekat ku. Selama ini aku ga pernah ngerasa dicintai oleh siapapun. Tapi setelah kamu hadir, aku jadi tau apa itu cinta yang sebenarnya, dan aku mulai merasa dicintai. Sekarang, aku lebih semangat untuk memulai hari-hariku, karna kamu sha." Ucap Jay dengan tatapan yang tak kalah dalamnya,

"aku juga ngerasain itu kak..., kamu benar-benar berpengaruh, dan memiliki peran penting dalam hidupku."

"Jadii...., kapan kamu mulai manggil aku 'sayang'??!!!!!,"

"besok-besok aja deh kak..., malu aku."

"Dasar bocil, mulai sekarang, kamu ga boleh nyembunyiin setiap masalahmu ke aku ya..... ceritain semua.., ceritain semuanya ke aku, kita lewatin bareng semua masalah itu."

"Iya kak, kamu juga harus selalu terbuka sama aku ya.... Tapi, kamu bentar lagi bakal lulus duluan..., nanti aku gimana??, aku harus sendirian lagi di sekolah ini?." Ujar Jesha dengan ekspresi cemberutnya,

my vitaminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang