7. Cherry Blossoms

4 4 2
                                    

Tertawalah dan jangan biarkan dunia merubah suara tawamu.

_Fendra

Money grow on the tree of persistence.

_Zeno

Cintailah mereka sewajarnya jangan berlebihan karena efeknya bakalan sakit.

_Dinda

_Dinda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


16.49
Kamis, 10 Juni 2024 (GMT+9)
Jepang

Saat pesawat mendarat beberapa jam yang lalu hotel adalah tujuan pertama mereka dan langsung memesan 2 kamar yang saling bersebelahan.

Rasa kantuk, capek tidak menghambat jadwal untuk berjalan-jalan mengelilingi kota Jepang. Karena selama pesawat lepas landas mereka tertidur setelah 30 menit saling melepas rindu.

Berhiaskan bunga sakura di sepanjang jalan mereka duduk bersama di sebuah kursi kayu panjang di bawah pohon.

Angin sepoi-sepoi menerka wajah mereka yang terlihat bahagia sembari berbincang-bincang hangat.

"Sejuknya, " Dinda merentangkan tangan membiarkan angin menerjangnya.

"Di Jepang memang lagi musim dingin dan kita harus segera kembali ke hotel. Kelamaan terkena angin nanti adek sakit, " ucap Fendra mengusap kepala Dinda lembut.

Dinda mengerucutkan bibir, "Aku mah pawang angin tidak akan sakit, abang ntar yang sakit. Mandi saja masih pakai air hangat_"

Fendra memutar bola matanya malas, "Kapan gw mandi pakai air hangat? Kemarin gw mandi pakai air dingin. Sotoy, " Fendra mendorong kening Dinda pelan menggunakan jari telunjuk.

"Ayok lha, dingin ini ntar gw membeku lagi, " ucap Fendra beranjak dari kursi sambil merapikan hoodie tebalnya.

"Ntar jadi manusia es kayak di frozen dan namanya siapa aku lupa, " ucap Dinda berusaha mengingat nama manusia salju di film frozen.

"Pororo, " ucap Fendra asal.

"Ih bukan itu, " elak Dinda, "Ah olaf" lanjut Dinda berhasil mengingat namanya.

Fendra menghela nafas, "Buat apa coba mengingat-ngingat itu, gak terlalu penting, " ucap Fendra berjalan pelan menyusuri sepanjang jalan bunga sakura.

"Penting bisa buat olahraga otak, abang mana tahu di pikirannya cuma kertas melulu, " ucap Dinda berjalan di belakang Fendra.

Fendra membalikkan badan, berjalan mundur, "Siapa bilang?"

"Aku, " ucap Dinda cepat

"Engga tuh, "

"Iya aja makanya sampai sekarang belum dapat calon istri, abang aja di kantor melulu. Kertas, kertas, kertas dan kertas_"

"Dek udah nanti gw cium lho, " ucap Fendra malas membahas masalah pernikahan.

Dinda&ZenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang