Tidak semua hal harus menyangkut pautkan dengan perasaan. Ada kala-nya kita menerima kenyataan dengan berlapang dada.
_Reno
No caption! Gw lagi badmood.
_Zeno
Aku akan tetap bersikap sabar karena tindakan kamu masih wajar.
_Dinda
Sudah lebih dari 5 menit Zeno memandangi kertas putih tersebut tanpa ingin menyentuhnya.Plak
"Awww, " Zeno mengelus pipinya sendiri setelah memastikan bahwa ini nyata dan bukan mimpi.
"Lo waras nampar diri sendiri, " ucap Reno geleng-geleng kepala melihat temannya menampar pipinya sendiri. "Kertas karyawan baru_" lanjut Reno mengambil kertas itu dan membacanya.
"Ternyata sakit dan bukan mimpi, " ucap Zeno bersandar pada punggung kursi dengan pandangan menatap tajam kearah Dinda.
"Apa? Bagaimana? Why?, " ucap Dinda beralih menatap ponsel setelah mendapat sebuah pesan baru.
Zeno menarik nafas panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar. "Dahlah, " ucap Zeno hendak pergi tapi Reno mencegahnya.
"Lo mau tinggal kelas gak ngerjain laporan ini, " ucap Reno memberikan kertas tersebut kepada Zeno.
"Gw mau cari owner lain, " balas Zeno menyueki kertas tersebut.
"Lo lupa dosen sudah rekap semua data kita, dari mulai A sampai Z. Dosen tahu kita mewawancarai siapa dan gak bisa cari yang lain_" perjelas Reno mengingat perkataan Dosen jika tugasnya harus di kerjakan sesuai yang di berikan dosen sendiri.
Zeno menatap wajah Reno serius, "Gw bisa bujuk dosen dan cari alasan lain, "
"Alasan apa?" tanya Reno serius, "Lo mau bilang owner Resto lagi sibuk ga bisa di ganggu dan tidak ingin diwawancarai, gituu kah?" lanjut Reno membaca fikiran Zeno.
Hanya mendengarkan tanpa ingin berkomentar, sekilas Dinda menatap mereka yang sedang berdebat mengenai laporan sembari membaca laporan pengeluaran bulan ini.
"Terus lo mau gw jadi waiters gitu?"
"Lo sendiri kan yang bilang kemarin, jadi waiters gak merugikan Zen bisa buat nambah pengalaman lo juga, " Reno memegang tangan Zeno agar kembali duduk.
"TAPI GW TETEP GAMAU REN!" ucap Zeno lantang berdiri lagi dari kursi.
Reno menyeruput minuman strawberry pesanannya untuk meredakan rasa haus di tenggorokan.
"Lelaki itu yang di pegang omongannya!" ucap Dinda singkat, padat dan jelas.
Dinda meletakkan tablet menatap Zeno sesaat, "Kalau kamu laki-laki wujudin perkataan kamu tapi kalau bukan silahkan pergi, pintu keluar ada di sebelah sana!" lanjut Dinda tegas mengarahkan telapak tangan ke arah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinda&Zeno
AcakFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! Namanya Alxionavi Zeno Alghafa, mahasiswa Rajawali yang berprofesi sebagai seorang trader. Selain menekuni bidang trader, Zeno termasuk siswa aktif dan mudah bergaul. Ramah dan memiliki sisi lembut yang jarang Zeno perl...