10. Telepon

5 3 0
                                    

Gw kerja karena ada misi bukan cuma-cuma. Dan harus ada bayarannya, sangat mahal.

_Zeno

Busur panah itu mematikan jika tidak berada di tangan yang tepat.

_Dinda

Hanya kamu sampai akhir. Jika yang pertama ibuku yang kedua harus kamu.

_Reno

Cukup saling support dan selalu ada di setiap butuh adalah kebahagiaanku.

_Launa

_Launa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang perih!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sayang perih!"

Launa mengucek mata sebelah kiri dengan kasar setelah debu tepung masuk ke dalam retina matanya. Tiba-tiba saja sebuah tangan kekar menghentikan aksi kekasihnya yang sedang mengucek mata dan mengusap lembut pinggir mata tersebut.

Tiupan halus sambil di elus membuat Launa terbuai dan tidak ingin momen ini berakhir dengan cepat.

"Masih perih tidak?" tanya-nya khawatir.

Launa menggelengkan kepala lalu menunduk menyibak pakaian yang terkena tepung.

"Beneran sudah tidak perih?" tanya-nya lagi.

"Iya sayang sudah tidak perih kok, " balas Launa tersenyum manis, "Makasih ya sayangku" lanjut Launa.

"Maaf ya baby, " ucap Reno memeluk tubuh kekasihnya hangat dan mencuri ciuman di pipi membuat sang empu langsung menyembunyikan rona merah di wajah dengan menyembunyikannya di dada bidang Reno.

Reno terkikik geli mengusap rambut Launa lembut, "Aku gak nyangka baby sudah beruban banyak, " ucap Reno melihat tepung bersarang di rambut kekasihnya.

"Aku gak beruban tahu, ini tuh ulah kamu, " balas Launa mengangkat wajah mempoutkan bibirnya, lucu.

"Yey, yang mulai duluan kan baby aku yang di salahin, " balas Reno cemberut.

Dinda&ZenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang