Trevor kembali ke kantor sekitar empat puluh lima menit kemudian, setelah ia mengantarkan Ethan pulang ke Penthouse tempat tinggal mereka.
Manik biru safir itu menatap kursi dimana sekretarisnya biasa duduk sembari bekerja, tapi sayangnya ia tak menemukan siapa pun di sana.
Dimana Lily?
Trevor mendesah sembari membetulkan letak kaca matanya. Terbiasa melihat Lily yang selalu berada di tempatnya, membuat lelaki itu merasa kehilangan ketika Lily tak ada di sana.
Saat ia hendak meraih ponselnya bermaksud untuk menelepon Lily, tiba-tiba saja pandangannya tertumbuk pada sebuah botol obat yang terletak di atas meja.
Siapa yang sakit?
Dengan kening yang berkerut dan alis lebatnya yang saling bertaut, Trevor meraih botol tersebut dan mulai membaca tulisan yang tertera.
Levonorgestrel? Postpill?
Rasanya seperti ada yang meninju ulu hatinya ketika Trevor menyadari sesuatu setelah ia membaca semua keterangan di botol berwarna putih dengan gradasi ungu itu.
Oh my God.
Ini adalah obat kontrasepsi, dan sepertinya milik Lily. Sekretarisnya itu meminum obat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
Dan sebenarnya ini wajar saja.
Lily pasti hanya tidak mau jika apa yang Trevor ucapkan di hotel pagi hari itu terjadi padanya. Sebuah kehamilan yang tidak diinginkan.
Tapi anehnya Trevor merasakan ada yang terasa mengganjal di dalam hatinya. Ada rasa yang begitu kuat yang membuat jemarinya mencengkram kuat-kuat botol itu seakan ingin meremukkannya hingga hancur. Atau membuka tutup botol itu lalu membuang seluruh isinya ke dalam toilet.
Namun ada satu hal yang membuat Trevor sedikit merasa lega, yaitu kondisi botol yang masih tersegel rapi dan belum terbuka sama sekali.
Sepertinya Lily belum meminum obat kontrasepsi ini. Huuf, syukurlah.
Tanpa berpikir panjang, lelaki bersurai pirang redup itu pun diam-diam memasukkan obat kontrasepsi itu ke dalam saku jasnya.
Biarkan saja jika nanti Lily bingung mencarinya, karena Trevor tidak akan membiarkan gadis itu mengkonsumsi obat laknat ini!
"Pak Trevor? Sudah balik ya?"
Suara serta langkah kaki yang tiba-tiba saja terdengar dari belajang, membuat Trevor menoleh ke sumbernya.
Yaitu Lily yang sedang berjalan masuk dengan menganggukkan kepala sembari memulas senyum kepada bosnya.
"Kamu dari mana?"
"Dari toilet, Pak," sahut Lily yang kini telah duduk kembali di kursi kerjanya. "Kenapa? Ada yang perlu saya kerjakan?"
Trevor menggeleng pelan. "Saya cuma mau bicara saja. Lima menit lagi ke ruangan ya."
"Siap, Pak."
Ketika Trevor membalikkan badan, ia mendengar suara gumanan gadis itu yang sepertinya kehilangan sesuatu.
"Pak Trevor," panggil Lily.
"Ya?" Trevor menghentikan langkahnya menuju ruangan kerja dan kembali menatap Lily.
"Maaf, Pak. Itu... lihat botol obat milik saya yang di atas meja, nggak?"
Trevor mengedikkan bahunya sembari memasang wajah pura-pura tak bersalah. "Saya tidak terlalu memperhatikan sih tadi ada atau tidak. Memangnya botol obat apa? Kamu lagi sakit?"
"Uhm... bukan-bukan. Bukan botol obat kok, Pak. Tapi... cuma vitamin. Iya, cuma vitamin saja," jawab Lily yang gelagapan sambil meringis. Tampaknya dia telah kelepasan bicara, dan kini menyesal karena tak sengaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With Mr. Billionaire
Romance(TAMAT 61 BAB) Cantik, memiliki karir yang baik, dan tak lama lagi akan menikah dengan pria yang ia cintai. Apa yang kurang dari Lily Almira? Nyaris tak ada, kecuali... ...satu malam yang menggairahkan yang tanpa sengaja telah ia habiskan bersama bo...