"Hah? Salah minum?" Lily menutup mulut dengan satu tangannya sembari melirik gelas mocktail yang telah tandas masuk ke dalam perutnya.
Lalu maniknya melirik kembali pada gelas yang bentuknya mirip di sebelah gelas kosong, yang sama sekali belum tersentuh. Gelas miliknya.
Eh?? Berarti benar dong dia salah minum??
"Nggak apa-apa sih. Toh bukan minuman beralkohol juga, jadi aman. Benar kan, Celline?" Tanya Trevor kepada gadis yang duduk di sebelahnya.
"Ha? Oh, i-iyaa, Pak. Itu cuma Red Sanria (sejenis mocktail) kok. Ngga ada alkoholnya," sahut Celline sembari mereguk minumannya sendiri dengan ekspresi gugup. Maniknya yang berlapis lensa kontak ash grey menatap Lily penuh kesal.
'Sial! Kenapa malah jadi si Lily yang minum sih??'
Lily mengedikkan bahunya cuek, lalu dengan santainya menukar gelasnya yang masih penuh untuk Trevor.
"Maaf, saya sudah minum dari gelas yang salah. Nih, saya ganti."
"Lily, acaranya masih belum selesai. Kamu mau kemana?" Tegur Trevor ketika melihat sekretarisnya yang turun dari kursi bar.
"Kan tadi saya sudah bilang mau balik saja ke kamar? Lagipula Pak Trevor sudah aman juga kan sama Celline, nggak akan ada yang berani ganggu karena sudah ada partnernya sekarang. Kalau begitu saya permisi, Pak."
Trevor hanya diam dan mengawasi Lily yang mulai berjalan menuju pintu keluar club. Lelaki berkaca mata itu pun memanggil bartender, untuk memberitahukan bahwa semua pengeluaran hari ini dialah yang akan menanggung biayanya.
"Saya duluan ya, Celline. Silahkan bersenang-senang dengan yang lain, semuanya saya yang traktir sebagai bagian dari bonus," ucap Trevor sambil tersenyum kepada gadis berwajah perpaduan oriental dan Eropa itu.
"Pak Trevor kok udahan? Ini kan baru jam setengah dua belas, bagian panasnya belum juga belum tiba," cetus Celline dengan kerlingan menggoda.
Dengan sengaja, ia menumpangkan satu kakinya yang jenjang ke atas kaki lain, membuat gaun mini ketatnya makin tertarik dan menampakkan kemulusan kulitnya. Cara terakhir Celline untuk membujuk bosnya yang tampan dan yummy ini agar terpikat.
Dan Trevor pun adalah lelaki normal yang tidak akan mengalihkan pandangannya dari keindahan yang terpampang di depan mata. Tapi ia juga cukup mawas diri bahwa keindahan fisik itu hanya untuk dilihat, karena makna yang sesungguhnya dari keindahan itu sendiri bukanlah hanya sekedar fisik belaka.
"Saya terlalu tua untuk menikmatinya, Celline," sahut Trevor seraya tersenyum kecil, lalu melangkah pergi meninggalkan Celline yang diam terpaku begitu saja.
***
Sudah hampir lima menit berlalu dan dua kali bel pintu kamar Juniorr Suite itu ditekan oleh Trevor, namun tak juga pintunya terbuka.
Aneh. Apa Lily tidak kembali ke kamarnya? Atau dia sudah tertidur? Mengingat betapa nyenyaknya gadis itu kala terlelap di dalam mobilnya waktu itu, sampai-sampai dia tidak terbangun ketika Trevor menggendongnya masuk ke dalam Penthouse.
Haha. Persis seperti anak kecil.
Karena terlalu lama menunggu, akhirnya Trevor memutuskan untuk menelepon Lily saja. Jujur, ia agak khawatir karena sekarang sudah larut. Mudah-mudahan saja Lily benar-benar tertidur di dalam kamar.
Namun belum sempat ia membuka kunci layar ponselnya, tiba-tiba saja pintu itu telah terbuka dengan sendirinya dari arah dalam disertai munculnya seraut wajah gadis yang ia kenal.
"Pak Trevor?"
"Lily?" Trevor mengernyit bingung melihat wajah Lily yang merah dan dipenuhi keringat. "Kamu kenapa bisa merah begitu? Alergi sesuatu apa gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With Mr. Billionaire
Romance(TAMAT 61 BAB) Cantik, memiliki karir yang baik, dan tak lama lagi akan menikah dengan pria yang ia cintai. Apa yang kurang dari Lily Almira? Nyaris tak ada, kecuali... ...satu malam yang menggairahkan yang tanpa sengaja telah ia habiskan bersama bo...