11. Seperti Keluarga Kecil Bahagia

19 2 0
                                    

"Uh, siapa sih??"

Rama terbangun dari tidurnya ketika ponsel yang sedang ia charge tiba-tiba saja berbunyi. Takut jika panggilan itu adalah sesuatu yang penting, ia pun segera meraih alat komunikasi itu sambil menguap lebar.

"Hah? Lily??" gumannya pelan, ketika membaca sederet nama yang tertera di layarnya. Ini sudah hampir jam stengah 12 malam. Kenapa tunangannya menelepon di waktu selarut ini?

"Halo, Sayang. Kamu belum tidur?" Rama berucap segera setelah ia menggeser layarnya.

"Rama... kamu sudah tidur ya? Maaf."

Rama tersenyum mendengar suara renyah kekasihnya. "Ngga apa-apa. Kamu sendiri kenapa belum tidur?"

"Uhm... kamu bisa keluar ngga sekarang?"

"Hah? Keluar?" Rama pun sontak bergerak untuk duduk di atas ranjang. "Maksud kamu, keluar ke depan apartemen ya?" Konfirmasinya kemudian.

"Jangan bilang kalau kamu--"

"Iya, Rama. Aku sedang di depan pintu apartemen kamu."

"Apa?! Lily, ini tuh udah malam! Kenapa kamu malah--"

"Ram, please. Bukain pintunya atau aku pulang lagi aja deh."

Rama pun tersadar setelah mendengar nada kesal tunangannya. "Eh, jangan pulang dong. Ini aku bukain pintunya ya!"

Dengan ponsel yang masih menempel di telinga, Rama segera membuka pintu untuk Lily dengan terburu-buru. Ia benar-benar heran dengan kedatangan Lily yang sangat tiba-tiba di tengah malam begini, dan sedikit cemas jika ada yang terjadi pada tunangannya itu.

Namun ketika pintunya telah terbuka, Rama pun tersentak saat mendapatkan sebuah pelukan erat dari seorang gadis cantik yang masih mengenakan gaun pesta. Rama tahu jika malam ini Lily menemani bosnya untuk menghadiri sebuah undangan pernikahan.

Dan meskipun tidak suka dan cemburu, tapi Lily berhasil membuatnya percaya. Ya, ia tahu bahwa tunangannya ini bukanlah gadis yang suka macam-macam di luar sana.

Lily sangat setia. Bahkan ketika ia sempat khilaf di masa lalu, Lily masih mau memaafkan dirinya dan memberikan Rama kesempatan kedua. Itulah yang membuat Rama bertekad tidak akan pernah menyia-nyiakan gadis imut, galak, tapi baik hati ini untuk kedua kalinya.

Rama melepaskan ponsel dari telinganya untuk disimpan di saku celana pendeknya. Ia tersenyum sembari mengamati Lily. Wajah Lily menyuruk di dadanya, membuat Rama tidak bisa melihat wajahnya.

Gadis itu mengenakan jaket kulit untuk menutupi bagian atas gaunnya yang agak terbuka. Mungkin dia kedinginan di udara malam dengan angin yang berhembus membuat tubuh menggigil.

"Sayang, kamu kenapa sih?" Rama mengusap rambut panjang Lily yang terurai.

"Ada sesuatu yang terjadi?"

Lily menggeleng dengan wajah yang masih menempel di dada Rama. "Aku cuma mau meluk kamu aja. Kangen."

"Jadi cuma kangen aja nih?" Goda Rama.

Tapi Lily yang tak menjawab tak pelak membuat Rama heran. Biasanya gadis itu akan balik menggodanya atau malah mengomelinya. Lily yang Rama kenal adalah gadis bawel dan sama sekali bukan tipe pendiam begini.

"Kamu mau masuk?"

"Umm... mau sih, tapi sekarang kan sudah malam. Aku pulang saja deh."

"Eh, masa kamu jauh-jauh ke sini cuma mau peluk aja terus pulang?" protes Rama. "Nggak mau lebih dari sekedar peluk nih?"

"Ck." Lily melepaskan pelukannya dan mendelik ke arah tunangannya yang tersenyum geli. "Ya udah ciumm sini."

Rama tertawa tanpa suara ketika melihat Lily yang memberengut tapi tanpa malu-malu malah minta ciium.

Sleeping With Mr. BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang