Setiap perjalanan dinas baik ke luar kota maupun ke luar negeri untuk seorang Trevor Bradwell sebenarnya sangat tidak sulit untuk diurus oleh sekretarisnya.Bagaimana tidak? Untuk masalah transportasi, Trevor memiliki pesawat pribadi yang hanya membutuhkan waktu 4 jam untuk bersiap berangkat kapan pun kemana pun.
Sedangkan untuk masalah akomodasi? Bradwell Company adalah perusahaan yang ia pegang sebagai seorang CEO, adalah perusahaan induk yang membawahi ratusan hotel bintang lima yang tersebar di seluruh kota di Indonesia. Jadi sangat mudah menemukan tempat untuk menginap di mana pun si bos berada.
Tugas Lily hanya sekedar menghubungi orang-orang yang bertanggung jawab untuk akomodasi dan transportasi, lalu selesai. Tak perlu repot-repot sama sekali untuk mencari tiket pesawat dan reservasi hotel.
"Apa ada hal yang membuat kamu kesal?" Trevor bertanya kepada Lily yang sejak tadi duduk sambil menunduk menatap ponselnya dengan wajah muram, seakan alat komunikasi itu adalah benda yang menyebalkan baginya.
Lily mengangkat wajahnya untuk menatap Trevor dengan tatapan masih melamun, namun sedetik kemudian maniknya mengerjap pelan seakan tersadar.
"Hah? Oh, nggak ada apa-apa, Pak." Lily pun segera menyimpan ponselnya di saku cropped blazer hitamnya.
Pagi ini mereka telah berada di bandara, menunggu pesawat yang sedang bersiap dan juga menunggu pengurusan dokumen keberangkatan ke Surabaya.
Suara getar ponsel Trevor membuat lelaki itu membatalkan ucapannya untuk Lily, terutama setelah ia melihat bahwa yang menelepon adalah putranya sendiri.
"Halo, Ethan. Kamu sudah sarapan?"
"Aku baru saja sarapan, Dad. Daddy dan Tante Lily belum berangkat ya?"
"Belum sih, tapi menurut informasi mungkin sekitar lima belas menit lagi."
Tak ada lagi sahutan dari putranya di seberang sana, membuat Trevor mengernyitkan keningnya bingung, mengira Ethan mungkin telah mematikan sambungan teleponnya.
"Halo, Ethan? Kamu masih di sana?"
"Lain kali, aku harus ikut Daddy dinas!" cetus anak itu dengan suara yang terdengar seperti sedang merajuk. "Atau paling tidak Tante Lily jangan ikut dibawa dong, biar bisa bermain bersamaku di Jakarta yang kesepian karena ditinggal Daddy."
Trevor refleks melirik ke arah Lily di samping yang kebetulan juga ikut membalas tatapannya.
"Ini ada Tante Lily di sebelah Daddy. Apa kamu mau bicara?" Tanya lelaki berkacamata itu. Dan tak berapa lama kemudian, ia pun menyerahkan ponselnya kepada Lily.
"Katanya Ethan ingin bicara dengan kamu, Lily."
Gadis itu pun meraih ponsel mahal itu dan mendekatkan ke telinganya. "Halo Ethan," sapanya riang kemudian.
"Tante Lily jahat."
"Hah? Kok tiba-tiba bilang Tante jahat, sih?" ucap Lily antara kaget dan tidak terima. "Memangnya Tante punya salah apa?"
"Kenapa Tante harus ikut Daddy pergi juga, padahal tahu kalau aku pasti akan kesepian di Jakarta? Jahat."
Lily sampai tidak bisa berkata-kata lagi setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Ethan. Kebersamaan mereka si hari Sabru kemarin ternyata sangat membekas bagi Ethan. Ia sedikit kaget karena mendengar suara serak seperti menangis.
"Ethan, kamu nangis ya?"
"Nggaak! Buat apa nangis?? Hiks..."
"Ih, terus kenapa kedengaran sesengrukan begitu?" cetus Lily tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With Mr. Billionaire
Romance(TAMAT 61 BAB) Cantik, memiliki karir yang baik, dan tak lama lagi akan menikah dengan pria yang ia cintai. Apa yang kurang dari Lily Almira? Nyaris tak ada, kecuali... ...satu malam yang menggairahkan yang tanpa sengaja telah ia habiskan bersama bo...