7. Film Horor

24 3 0
                                    

Lily memacu mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke gedung Penthouse tempat tinggal bosnya berada, dan tiba di sana kira-kira lima belas menit kemudian.

Gadis itu kemudian menaiki lift khusus VIP yang dijaga dengan keamanan ekstra ketat, dan hanya bisa digunakan oleh penghuni Penthouse serta orang-orang tertentu saja dengan priviledge khusus.

Lily pun termasuk di dalam kelompok priviledge tersebut, karena Trevor telah memasukkan identitas sekretarisnya itu sebagai tamu yang boleh naik ke tempat tinggalnya yang berada di lantai tertinggi gedung pencakar langit ini.

Dengan menempelkan sidik jari pada finger print screen, Lily pun akhirnya bisa masuk ke dalam pintu Penthouse yang terbuka.

Pemandangan yang pertama yang ia lihat adalah ruang tamu luas super mewah dengan perabotan modern perpaduan warna abu-abu, putih dan warna kayu.

Dinding di bagian luarnya terdiri dari panel-panel kaca lebar yang memperlihatkan gedung-gedung penuh lampu bercahaya di sebelahnya, yang terlihat begitu semarak dalam situasi di malam hari seperti ini.

Bi Marsi, ART yang bekerja di Penthouse Pak Trevor pun menyambut Lily dengan senyuman yang ramah.

"Den Ethan ngambek, Non," adu ART itu kepada Lily sambil berbisik. "Dia kepengen ikut, tapi sama Tuan nggak diijinkan."

Lily mengangguk, mengerti kenapa Pak Trevor melarang Ethan untuk ikut. Jika dilihat dari konsep pesta yang tertera pada undangan, memang tidak dianjurkan untuk membawa serta anak-anak.

Lily memang sedikit merasa aneh dengan kalangan jet set yang gemar sekali menyelenggarakan pesta pernikahan yang hanya dikhususkan untuk orang dewasa saja. Bagaimana dengan tamunya yang sudah berkeluarga? Lihat saja Ethan yang malah kesal karena tidak bisa pergi bersama Daddy-nya.

Acara khusus dewasa begitu biasanya akan ada penampilan dari para stripper, fashion show ala Victoria Secret, atau bahkan sesuatu yang lebih nyeleneh lagi.

"Pokoknya Daddy nggak boleh pergi!"

Lily mendengar suara rengekan yang berasal dari kamar Ethan, dan memutuskan untuk segera mengayunkan langkahnya ke sana.

"Tok-tok. Halo, Ethan. Tante boleh masuk, nggak?"

Lily berusaha mengulas senyum semanis mungkin ketika mengetuk pelan pintu kamar yang telah terbuka itu. Pak Trevor duduk di ranjang besar berbentuk kapal bajak laut yang lengkap dengan bendera hitam bergambar pedang yang menyilang.

Ada buntalan berbentuk tubuh kecil yang bersembunyi di balik selimut di sebelah Pak Trevor. Itu pasti Ethan yang sedang ngambek.

Mendengar suara Lily, Ethan pun membuka selimutnya serta menegakkan tubuhnya.

"Tante Lily! Tolong dong bilangin sama Daddy, jangan berangkat kecuali aku boleh ikut!" Serunya.

Suara helaan napas pelan menguar dari bibir Trevor yang melihat putranya begitu kesal padanya. "Kamu mau bicara sama Tante Lily dulu, Ethan?"

Ethan mengangguk. "Daddy tunggu saja di luar, tapi tetap nggak boleh pergi!"

Trevor tidak menjawab, melainkan mengusap sayang rambut kecoklatan Ethan yang lebat, sebelum dirinya beranjak berdiri dari ranjang dan berjalan menuju ke pintu.

"Please bujuk dia," ucap Trevor pelan dengan nada memohon kepada Lily.

"Nggak salah nih, Pak? Ethan dan saya selama ini kan musuhan loh," tukas Lily bingung, heran kenapa malah dirinya yang diminta membujuk setann kecil yang lagi ngambek.

"Dia minta kamu datang, itu artinya dia tidak menganggap kamu musuh, Lily."

"Iya, bukan musuh. Tapi object penderita," guman Lily menyindir sambil memutar kedua bola matanya.

Sleeping With Mr. BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang