"Usaha kek, Ma. Buat kue, buat lauk-lauk untuk dijual gitu. Mama jadi nggak perlu ke luar rumah," usul Citra.
"Mama nggak pede jual-jual begituan. Di sini sudah banyak, nanti malah jadi saingan. Tuh kayak bu Cokro, marah-marah karena tetangganya ikut jualan makanan dan minuman."
Citra berdecak. "Kalo Mama jadi pembantu, jangan deket-deket sini ah. Malu tau."
"Iya, iya. Lagian juga belum tentu dapat cepet. Mama juga harus di rumah dulu beberapa bulan."
Sarapan sudah siap, dan dua anak laki-laki Nindya datang dan siap sarapan, Cakra si bungsu sudah rapi dengan pakaian sekolah dasarnya, dan Bayu sudah rapi dengan pakaian bebas, dia akan menghadiri kuliah perdananya hari ini.
"Yeee, naik motor baru," sorak Cakra senang. Bayu baru membeli motor dua hari lalu secara tunai, motor bekas milik sahabatnya, Duta.
"Motor bekas kaliii," ralat Citra sambil melirik kakaknya yang senyum-senyum melihat adik bungsunya.
"Tapi bagus, Kak. Daripada motor papa dulu, kecil dan nggak nyaman."
"Bukan nggak nyaman, papa saja bawa motornya serampangan. Malas ngurus anak-anaknya."
"Citraaa. Nggak boleh ngomong gitu ah," cegah Nindya.
"Emang begitu, Ma. Kalo Mas Bayu bawa enak, coba kalo papa, bawaannya mau cepat sampeee aja, ngebut-ngebut tapi nggak kira-kira," gerutu Citra, dan diiyakan Cakra dengan mulutnya yang penuh dengan makanan.
Ini yang Nindya suka dari anak-anaknya, tidak pernah mengeluh dengan keadaan. Pernah dulu tidak diberi uang jajan karena sudah akhir bulan, anak-anak sepakat puasa dan dengan sabar menunggu sampai papa mereka gajian di bulan berikutnya.
Setelahnya, semua pamit pergi dan Nindya sendirian lagi di rumah. Dia bergegas membersihkan rumah dan merapikannya, dari dapur, ruang tamu, ruang keluarga dan tiga kamar. Lebih kurang dua puluh tahun Nindya sudah menyewa rumah yang sekarang dia tempati, milik atasan mantan suaminya, yang dikenal memiliki banyak rumah di Jakarta Selatan. Harga sewa yang tidak terlalu mahal dan terkadang si pemilik lupa menagih.
Nindya tidak pernah sekalipun tahu posisi kantor Harja, karena memang kerap berpindah-pindah. Harja adalah petugas lapangan di perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan properti. Dalam lima tahun ini dia pernah mengeluhkan bosnya yang baru, yang merupakan anak dari pemilik lama yang sudah meninggal dua tahun lalu.
***
Kuliah umum sudah berakhir, Bayu langsung merapikan alat-alat tulisnya dan bergegas ke luar aula.
"Bayi!"
"Hush!"
Bayu menggetok kepala Duta yang iseng memanggilnya.
"Ke kantin yuk? Aku traktir deh," ajak Duta. "Dalam rangka merayakan perceraian keduaorang tua kamu."
"Dih, harusnya aku yang traktir, bukan kamu, Dut."
"Nggak apa-apa. Akhirnya damai juga, 'kan? Nggak semua perceraian bikin pusing, iya nggak? Tuh, buktinya perceraian orang tua kamu bikin lebih adem."
Mereka berdua sudah duduk di kantin, dan pagi itu cukup ramai, sehingga mereka harus menunggu beberapa waktu sampai makanan yang dipesan tiba.
"Lega sih, akhirnya Mama jelas statusnya. Bosen juga setiap hari dengerin mereka bertengkar mulu. Lucunya, mama sudah ngalah, tapi tetap saja papa ngeyel bikin rusuh. Nggak ngerti lagi ... gesrek otaknya sejak selingkuh."
"Haha, emang persoalan rumah tangga itu kegitu, ada saja dan pusing banget kalo nggak ada titik temu."
Duta sudah mengetahui persoalan yang terjadi dalam keluarga Bayu, juga papa dan mamanya. Mereka bersahabat sejak SMA dan sekarang kuliah di tempat dan jurusan yang sama, hanya berbeda kelas. Berbeda dari Bayu, keluarga Duta justru sangat harmonis dan tidak pernah kekurangan. Maklum, kedua orangtuanya merupakan tenaga pengajar, papanya dosen di kampus swasta terkenal dan mamanya adalah guru SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia Setelah Berpisah
RomanceKisah kasih janda dan duda Baca selengkapnya di Dreame or Innovel dengan judul "Dicintai Atasan Mantan Suamiku." Napen: elkariem99