Bab 155. Bercerai?

1.1K 213 11
                                    

Kedatangan Harja dipandang heran orang-orang yang bekerja di gedung Rubiantara. Dia mencari orang yang bernama James yang malah tidak bekerja di sana. Dia mengaku telah menjalin komunikasi sejak lama terkait kerjasama tambang batubara Rubiantara di Kalimantan, bahkan bertemu pihak Rubiantara di cafe beberapa bulan lalu. Pertemuan yang sangat meyakinkan dan menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Seolah tersadar, Harja memeriksa segala jenis komunikasi di tabletnya dan semuanya lenyap dan hanya kepalsuan data yang dia lihat.

Harja terduduk di sofa lobi, meratapi nasibnya, ditipu orang-orang yang memanfaatkan kenaifan dan keserakahan. Dia sudah ke luar dari Rukmana Group, semua harta sudah dia jual murah ke Tirta, lalu sisanya dia kerahkan untuk penanaman modal kerjasama dengan perusahaan batubara Rubiantara berharap bisa terlibat dalam proyek besar, dan berniat bergabung di perusahaan elit tersebut.

Harja kini berpikir untuk kembali bergabung ke Rukmana Group, tapi dia tidak punya muka, data rahasia perusahaan Rukmana sudah terlanjur dia bocorkan ke pihak Rubiantara, yang dia saja tidak mengerti nasib data tersebut di tangan siapa.

Harja menutup penuh wajahnya, segan untuk pulang.

***

Puspa panik, suaminya mendadak sulit dihubungi. Malam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan Harja belum juga pulang. Pagi sebelum berangkat, suaminya itu mengaku akan pergi menemui seseorang di kantor perusahaan Rubiantara terkait bisnis terbarunya.

"Iya, Ma. Nggak bisa dihubungi. Aku sudah coba berkali-kali dan nggak bisa tersambung. Di mana dia ya, Maaa."

"Tenang, Puspa. Tenang dulu."

"Aku khawatir banget, Ma. Dia nggak pernah begini. Ada apa dengan dia."

"Besok Mama ke rumah kamu."

Puspa menutup ponselnya dan perasaannya gamang. Dia memeluk erat Kania dan menangis pasrah tersedu-sedu.

***

Puspa terkejut saat terbangun, dia mendengar suara gemericik air di kamar mandi di kamarnya. Dia menoleh ke sampingnya, ada jejak tubuh yang terbaring semalam di sampingnya.

Puspa hendak beranjak dari tempat tidur, tapi dia mendengar pintu kamar mandi dibuka. Dia memutuskan menunggu sampai orang yang dia harapkan ke luar dari kamar mandi.

"Dari mana saja kamu, Pi. Aku sudah mencoba menghubungimu berulang kali, tapi tidak bisa. Aku bahkan menghubungi kantor Rubiantara tapi mereka bilang tidak ada nama kamu terdaftar sebagai tamu di sana. Lalu, aku menghubungi mamaku dan dia berencana akan ke rumah hari ini, kami sudah akan melaporkannya ke polisi." Puspa berkata dengan perasaan gusar dan cemas.

Harja memasang kancing baju piyamanya. Wajahnya tampak datar dan pandangan yang tertekuk. Dia menoleh ke Puspa sebentar, lalu duduk di atas sofa santai. "Aku bangkrut. Semuanya habis."

"Maksud kamu?" Puspa terkejut mendengar kata-kata suaminya.

"Mereka menipuku."

Mulut Puspa gemetar mendengar pengakuan suaminya. Baru beberapa bulan terlihat sumringah, tapi sekarang raut wajahnya seolah runtuh.

"Mereka adalah pihak fiktif. Dan aku sudah menyerahkan seluruh uangku di sana."

Puspa yang lemas memegang dadanya yang menghangat, dia berusaha menenangkan dirinya untuk tidak terlarut sedih. Dia tidak mau pingsan seperti yang pernah dia alami dulu sampai koma berhari-hari. Keadaan sekarang ini benar-benar di luar dugaannya, dia dan suaminya yang sudah berhenti dari Rukmana Group, sebuah perusahaan di mana dia dan suaminya mengumpulkan pundi-pundi uang bertahun-tahun. Kini, proyek yang diharapkan suaminya tidak jelas rimbanya.

Bahagia Setelah BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang