Bab 12. Keceriaan Pagi

2K 265 9
                                    

Nindya merasa gamang setelah menerima panggilan dari Tirta. Tidak tahu kenapa dia begitu lancar memarahi duda itu tanpa kikuk dan ragu, seolah sudah mengenal lama. Juga Tirta yang tahu celah yang membuatnya risih dan sewot. Berbeda saat menghadapi Harja, mulut Nindya seolah terkunci dan dia tidak kuasa melawan atau marah besar. Bahkan saat menyatakan cerai, dia ikut saja. Meskipun sudah dua dasawarsa hidup bersama, Nindya pada akhirnya menyadari bahwa dia belum mengenal Harja sepenuhnya.

Tirta : Tadi buat kue apa, Nin? Kamu belum jawab pertanyaan pertamaku

Sebuah pesan kembali mengganggu Nindya.

Nindya membacanya, ragu menjawab atau tidak.

Nindya : Kue bolu dan onde-onde.

Akhirnya Nindya menjawab juga di tengah rasa kantuknya.

Tirta : Pasti enak, buatkan untukku kalo kamu sudah pulang ke rumah ya, Nin

Nindya tidak membalas pesan Tirta, dan memilih tidur.

***

Melihat keceriaan anak-anaknya dan anak-anak Tirta membuat Nindya yakin semuanya pasti tidur sangat nyenyak semalam meskipun tidur larut malam. Mereka kompak bangun pukul sembilan, dan suasana di dapur jadi meriah, ulah anak-anak berebut sarapan pagi. Bukannya kerepotan, Nindya justru senang, karena semuanya justru saling membantu saat sarapan pagi. Cakra yang membantu mengolesi selai strawberi ke roti untuk Cecilia, dan Naomi membantu menumpahkan susu ke semua gelas yang ada di atas meja makan.

"Cakra, kamu mau apa?" Suara lembut Naomi membuat Nindya terkesima. Naomi tampaknya senang berteman dengan Cakra.

"Aku mau makan bubur ayam, itu lagi dibuat sama kak Citra," ujar Cakra sambil menunjuk ke arah Citra yang sedang membuat bubur ayam instan untuknya.

"Kamu mau sarapan apa, Omi?" tanya Cakra balik.

"Sama kayak Cecil saja."

"Ok, aku buatkan ya? Selainya sebanyak ini?"

"Hm ... kurangi dikit."

Tampak Bayu dan Citra memastikan adik-adik mereka yang sedang sarapan. Wajah mereka tampak lega saat masing-masing sudah sarapan.

"Jam berapa pada mau pergi?" tanya Nindya ke Bayu. Dia sedang menikmati jamu.

"Habis sarapan, istirahat sebentar, terus kita pergi, Ma. Nggak mau terlalu siang."

"Ke mall mana?"

"Yang terdekat saja, Ma. Paling makan-makan. Tapi kalo Cecil dan Naomi kepingin sesuatu, aku masih punya uang."

"Oh, Mama hampir lupa. Ada bonus dari pak Tirta, nanti Mama kasih ke kamu ya?"

"Oke, Ma."

Bayu tersenyum lebar mendengar mamanya mendapat bonus, yakin mamanya sudah bekerja sangat baik di rumah Tirta.

***

Bayu dan rombongan sudah turun dari mobil taksi, dan melangkah masuk ke dalam mall yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Cecilia dan Naomi tampak merasa asing, tidak terbiasa jalan-jalan ke mall yang padat dan sesak. Cecilia memegang erat tangan Bayu, dan Naomi memegang erat tangan Citra, sedangkan Cakra berjalan tanpa dipegang, karena dia tidak ingin disebut laki-laki manja. Tapi sikap kedua anak Tirta itu tidak berlangsung lama, mereka mulai bisa beradaptasi saat Bayu dan Citra singgah di toko yang menjual pernak pernik anak perempuan seusia mereka, tas-tas lucu, mainan, dan alat menggambar.

Bahagia Setelah BerpisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang