"Ya, bagaimana sih, Desi. Puspa, 'kan pingsan dan koma. Ya nggak bisa dong mengontrol apa yang dilakukan Harja. Lagian, mau nggak mau Harja harus menghabiskan banyak uang demi menyelamatkan nyawanya. Kok malah disesalkan. Menurutku justru itu bagus, berarti Harja benar-benar mencintai Puspa," sela teman Puspa yang lainnya.
"Tapi Desi benar, Sandi. Aku sebenarnya sangat menyesal aset-aset itu dijual ke Tirta. Padahal lebih baik ke pihak lain atau pegadaian sekalipun, meskipun dengan harga murah, paling tidak ada kejelasan bahwa aset-aset itu balik. Tapi ke tangan Tirta, mustahil balik lagi ke dia, kalo pun dijual lagi, harganya nggak main-main."
"Tirta ... kayak nggak kenal dia saja. Dia licik, dan main aman orangnya."
"Denger-denger dia sudah menikah lo. Tapi nggak dipublikasikan, rahasia gitu."
"Ya, gimana mau dipamerin, katanya istrinya itu dari kalangan bawah, hm ... mantan pembantu kali ya?"
"Biar bisa dibodohi kayaknya."
"Kamu tahu siapa, San?"
"Ya, 'kan dirahasiakan ... mana bisa kita tahu. Kamu, Pus? Mestinya tahu, apalagi kamu akrab dengan mantannya."
Puspa menelan ludahnya kelu, mengatur emosinya yang bergejolak. Dia sudah tahu siapa istri Tirta sekarang, yakni mantan istri suaminya. Tapi dia belum mau menceritakan ke teman-temannya, dia merasa sangat malu karena dia dulu mati-matian membenci Nindya.
"Jadi apa rencanamu ke depan, Puspa? Sekarang suamimu sudah jatuh kembali ke setelan lama. Aset dan properti yang terus berkurang, dan perusahaan yang belum menunjukkan tanda-tanda maju ke depan. Hm ... Tirta sudah nggak bisa lagi dikejar. Bagaimana dengan keinginan kamu dan keinginan keluargamu yang ingin melebihi Tirta?" tanya Desi yang menyayangkan tindakan Harja yang menjual hampir seluruh asetnya demi kesehatan Puspa.
"Haha, Tirta, 'kan memang dari dulu nggak terkejar kekayaannya," sela Murti, teman Puspa yang lainnya.
"Jangan salah, Ti. Kamu lupa kalo Harja ini dulunya pegawai kesayangan Agum. Kalo nggak diganggu Tirta, dia yang bisa menguasai Rukmana. Tapi ya ... nasib berkata lain. Ternyata Tirta memang jauh lebih kuat instingnya untuk mengolah perusahaan papanya."
"Tirta memang luar biasa."
"Tapi aku nggak kagum sama dia, karena dia memang sudah kaya dari lahir dan mewariskan banyak harta dari keluarga secara turun temurun. Justru aku malah kagum sama suami Puspa ini yang bekerja keras dan sangat pintar dalam bekerja, dari bawah coba ... itu perjuangan yang nggak bisa dibandingkan dengan apapun ... yah ... meskipun kita sama-sama taulah ada curang-curangnya. Hahaha."
Puspa diam dan tersenyum kecut, menyadari keadaannya yang terpuruk. Meskipun suaminya dipuji-puji teman satu gengnya, tidak akan mengubah keadaannya bahwa hampir seluruh aset miliknya dan suaminya terus berkurang, serta hutang yang menumpuk.
"Tapi, dengar-dengar ada proyek triliunan di Rukmana. Hm ... apa Harja terlibat?" tanya Sandi tiba-tiba.
"Ya, dia dilibatkan. Karena dia berhasil memimpin proyek di Tangerang, dia akhirnya dilibatkan di proyek rumah sakit itu," jawab Puspa yakin.
"Kamu harus memanfaatkan momen itu, Puspa."
"Ya, memang rencananya begitu. Aku tahu suamiku sangat pandai, meskipun terkadang Tirta tidak mempercayainya," ujar Puspa.
"Harja itu memang sangat pandai, Puspa. Satu-satunya orang licik yang dipertahankan Tirta di sana, sementara suami-suami kita dipecat dan bekerja di perusahaan kecil, aduh sedihnyaaa."
"Bagaimana Tirta mau melepasnya, Harja adalah pegawai terbaik dan pegawai kesayangan Agum, yang sudah banyak menyumbang pundi-pundi kekayaan Tirta Adji Rukmana."
Puspa tersenyum tipis mendengar ocehan teman-teman baiknya. "Ya, doakan saja dia bisa melakukan terbaik dalam proyek ini. Aku maunya dia yang memimpin."
"Hm ... bukankah si penjilat Razak yang memimpin proyek itu. Tirta pasti memilihnya," ujar Sandi.
"Paling tidak dia menempati posisi strategis, jadi suamiku bisa memanfaatkan posisinya dan mengeruk banyak uang dari sana," balas Puspa.
"Jangan tanggung-tanggung, Pus," timpal Desi. "Tenang, biasanya yang memimpin belum tentu bisa memanfaatkan posisi, tapi justru yang di bawah-bawahnya itu yang bisa "bermain"."
"Iya, tentu saja, aku sudah memperhitungkan sedikitnya tiga ratus milyar sudah di kantongku mulai bulan depan," ujar Puspa yakin. "Apalagi jika dia ditempatkan di bagian logistik."
Lestari mematikan ponselnya setelah merekam pembicaraan mereka, lalu dengan elegan berdiri dan berpindah tempat duduk ke meja Stella.
"Kamu lama sekali, Tari. Ada apa?" tanya Stella khawatir.
Lestari meletakkan jari telunjuk di ujung bibirnya, "Ssst. Ada istri Harja dan gengnya di sana."
Stella tentu saja menoleh ke arah meja yang dimaksud Lestari. Dia melihat Puspa dan para ibu-ibu yang lainnya yang usianya tampak lebih tua dari usia Puspa sedang serius berbincang. "Kamu menguping pembicaraan mereka?" tanya Stella dengan dahi mengernyit.
"Iya. Karena mereka menyebut-nyebut nama Tirta dan Harja ... tentu saja aku penasaran."
"Lestari ... kurang-kurangi sikap kamu yang masih ingin tahu urusan hidup Tirta."
"Tapi ini sangat penting, Stella. Mereka itu adalah sekumpulan istri para pecundang yang dipecat Tirta saat menggantikan posisi almarhum Agum. Dan aku mendapatkan informasi yang sangat penting." Lestari memainkan ponselnya di hadapan Stella.
"Astaga ... kamu merekamnya?" Mata Stella melotot tajam.
"Iya, ini adalah sebagai bukti bahwa Puspa dan Harja sedang merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan perusahaan Tirta."
"Wow. Sangat bahaya."
"Iya. Aku tahu Harja dan mengenalnya, dan aku mengerti kenapa dia dipertahankan Tirta di Rukmana karena dia sangat pintar serta kinerjanya yang sangat bagus buat perusahaan, meskipun memang dia licik dan pandai memanfaatkan posisinya. Ck, dulu aku mendukung Puspa untuk merebut hati orang itu. Ya ... karena dia mengaku dijahati Nindya selama menikah—" wajah Lestari menunjukkan penyesalan yang mendalam setelah mendengar pembicaraan Puspa dan teman-temannya.
"Apa yang sedang mereka rencanakan?" tanya Stella ingin tahu. Dia pun akhirnya menyetujui tindakan Lestari kali ini. Sebelumnya dia sudah berulang kali menasihati Lestari agar tidak lagi mencampuri urusan pribadi mantan suaminya, sepertinya kali ini sikap Lestari sangat bermanfaat.
"Tirta menang tender proyek rumah sakit internasional yang dikelola Rubiantara Group."
"Wah, proyek raksasa itu."
"Iya. Aku dengar Harja dilibatkan Tirta dalam proyek itu, dan akan mengambil keuntungan dari posisi yang dia dapatkan nanti. Aku sudah hafal sekali dengan Harja ini, setiap kali proyek yang dia pimpin, dia pasti meraup banyak keuntungan. Dia licin sekali, Stella."
"Seharusnya Tirta sudah sedari dulu memecatnya."
"No. No. Tirta juga pandai, Stella. Dia justru memanfaatkan kelihaian Harja ini demi perusahaannya juga, karena Harja juga tahu rahasia perusahaan. Tirta ini juga licik dan pandai memelihara musuh. Dia tahu potensi Harja, dia sendiri bilang kepadaku dulu. Dia biarkan Harja bekerja dan mengambil keuntungan, sambil melihat cara kerja Harja yang memang diakuinya luar biasa."
"Tirta—"
"Ya, aku yakin Tirta juga punya rencana, terlepas dia tahu atau tidak tahu rencana Harja. Tapi, aku tetap akan memberitahu soal ini kepadanya, supaya dia tahu bagaimana menyikapi Harja lebih tegas."
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia Setelah Berpisah
RomansaKisah kasih janda dan duda Baca selengkapnya di Dreame or Innovel dengan judul "Dicintai Atasan Mantan Suamiku." Napen: elkariem99