12. The Antagonist Is Rich

1K 77 5
                                    

Halo semuaya...

Jangan lupa vote dan komen...

Selamat membaca

***

12. Mustahil

Suara pukulan terdengar dimana-mana, riuh teriakan orang-orang mendukung dua orang yang sedang bertarung di ring terdengaar bergema. Dua petarung saling memukul dengan sengit, tidak terlihat salah satu diantara mereka yang akan menyerah begitu saja. Alrazz dan kedua temannya asik menonton, mereka datang untuk mencari tahu sesuatu namun belum terlihat. Lions adalah cermin yang memantulkan perilaku orang yang melakukan sesuatu pada mereka, jika pukulan maka harus pukulan juga dan jika darah tercipta maka darah lainnya juga harus tercipta.

Di sudut ruangan terjadi perdebatan, "Gue udah bilang kita harus tabung separuh uangnya," ucap cowok berambut panjang dengan tatapan tajam. Situasi bisa kapan saja menjadi buruk, rencana lain bisa saja di butuhkan. "Uang itu akan jadi ganda dan tambah banyak, lo tenang aja" cowok satu lagi berpikir bagus jika mereka menang dalam taruhan kali ini.

"Peluang menang kayak gini itu cuma 50%," cowok rambut panjang hanya bisa pasrah dengan tindakan temannya. "Gue selalu menang, lo tenang aja" soal seperti ini hanyalah keberuntungan semata.

"Cukup, ini yang terakhir kalinya lo mempertaruhkan uang kita" rasanya kesal melihat temanya ini berbuat semaunya. Padahal uang itu milik mereka berdua bukan hanya dia. "Lo gak asik sekarang," karena ini bukan waktunya untuk bercanda.

Di sisi lain. "Arah jam 3 target kita dalam jangkauan," Atmatala berbisik pada Alrazz. Meski tidak melihat langsung tempat yang di maksud Atmatala ia tau bahwa orang itu memang ada disana.

"Abis dari sini, mau minum gak?," Laiv memang tidak tau kondisi. Tatapan Alrazz bahkan sudah seperti singa yang akan menerkam. "Di apartemen aja," tapi kali ini Atmatala setuju. Ia juga perlu menenangkan dirinya. Biasanya dialah yang akan menentang keras ide Laiv yang seperti ini.

"Di bar aja At, seru ada ceweknya" singgung Laiv dengan senyum nakal. Atmatala tersenyum sinis, cowok itu jadi seperti ini setelah di selingkuh pacar terakhirnya. "Trauma lo harus di hilangkan," celetuk Alrazz yang tengah memantau pergerakan dua orang tak jauh dari mereka.

Laiv mendengus, ia tidak trauma karena kejadian satu tahun lalu itu. Dia hanya tidak ingin mendapatkan hal yang sama lagi nantinya. "Gue gak trauma," balasnya tidak terima. Belakangan ini dia memang memandang jijik cewek yang ada di sekitarnya dan merendahkan mereka.

Ini bukan kesalahan penuh dirinya sendiri. Orang lain juga ikut di dalamnya.

02.13 WIB.

Ketiga cowok yang berada di unit apartemen salah satunya masih membuka mata meski sudah menenggak minuman beralkohol. Ketiganya memiliki sedikit lebam di wajah mereka, perkelahian tidak dapat di hindari saat akan memberikan dua orang tadi pelajaran.

"Mau masuk gak?," pertanyaan Atmatala mendapatkan celengan kepala dari dua orang. "Lo aja At," kepala Laiv sudah mulai pusing. Ia pasti akan bangun saat siang hari menuju sore. "Engga, gue gak mungkin masuk sekolah kalo abis minum gini." Balas Armatala. Lebih baik bolos satu hari dari pada ketahuan minum oleh pihak sekolah.

"Uang tadi lo kemanain?," tanya Alrazz yang berjalan menuju kamarnya. Ini apartemen milik cowok itu, biasanya inti Lions kumpul bersama di sini.  "Di taro ke pengemis pinggir jalan," sahut Atmatala yang langsung di sambut gelak tawa dari Laiv.

Sungguh cowok itu sangat senang.

***

Hari ini Ziya lebih terlihat tidak bersemangat, pembicaraan semalam membuat dia terpikirkan hingga sekarang. Semua bisa di simpulkan bahwa akan sangat sulit untuk menghukum pelaku kasus Mentari. Lawan yang dia hadapi bukan hanya satu orang yang punya kekuasaan tapi banyak penyokong di bawahnya.

The Antagonist Is Rich (Hiatus!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang