moments

174 22 1
                                    


  Suara bising motor sport yang memenuhi halaman rumah tersebut di tengah sunyi nya malam bukan tapi dini hari.

   Dengan angin yang bertiup membuat beberapa daun kering berterbangan sehingga menambah kesan mencengkam.

  Namun itu tidak membuat Brian yang sedari tadi berdiam di atas motornya takut, dia masih memikirkan apa maksud dari kalimat yang ada di dalam kertas misterius itu....

  Dirinya membuka pintu rumah yang sudah dalam keadaan gelap tersebut, dirinya tidak berniat untuk menyalakan lampu sebagai penerang...

  Namun saat dirinya hendak menaiki tangga dia mencium aroma masakan membuat pemuda itu sedikit mengernyit....

"Siapa yang memasak saat dini hari seperti ini?" Kakinya dibawa melangkah menuju dapur dan benar saja lampu di dapur menyala yang berarti ada orang di dalam sana...

  Brian mendekati dapur dan sedikit terkejut melihat siapa yang memasak saat dini hari seperti ini....

"Apa yang kau lakukan" ujarnya membuat pemuda yang sedang mengaduk nasi goreng itu menghentikan kegiatan nya..

"Apa kau mendadak buta" sarkasnya membuat Brian terkekeh pelan mendengar hal itu....

"Kau semakin berani Jilan, siapa yang mengajarimu berlaku tidak sopan pada yang lebih tua? Apa kau tidak mendapatkan didikan sopan santun sama sekali" Brian duduk memperhatikan bagaimana saudaranya yang paling muda itu dengan lihai membuat nasi goreng di malam malam begini.....

"Sayangnya sopan santunku hanya untuk sebagian orang" Jilan mematikan kompor tersebut dan menuangkan nasi goreng itu di dua piring yang berbeda....

"Bukankah kau juga sama kak Brian? Aku hanya mencontoh apa yang aku lihat" dirinya meletakkan satu piring di depan Brian yang membuat remaja itu menatap nasi goreng tersebut...

"Makanlah kalau tidak mau tidak masalah" Jilan melirik Brian yang mesih memperhatikan nasi goreng buatannya....

"Kau bisa memasak ternyata" ujarnya setelah merasakan rasa dari nasi goreng tersebut...

  Jilan yang mendengar itu hanya bersemirik, meletakkan sendok yang dia gunakan...

"Kalau aku gak bisa masak lalu siapa yang akan memasak untukku, kalau mereka pergi, aku rasa hanya aku yang kurang beruntung mendapatkan orang tua asuh yang sibuk dengan kerjaan nya" ujarnya sinis membuat Brian langsung menatapnya....

"Setidaknya mereka masih memperhatikan mu, lalu bagaimana dengan ku yang tidak pernah di jaga sama sekali, mereka hanya datang untuk memberi uang setelah itu pergi lagi" Brian kini sedikit tersenyum melihat ekspresi terkejut adiknya itu....

"Ku kira aku yang paling menyedihkan ternyata ada yang lebih menyedihkan lagi" Jilan sedikit terkekeh pelan mengucapkan hal itu....

"Nasi goreng buatan mu lumayan, tidak kalah dengan buatan Justin" Brian tidak bohong tentang rasa masakan adiknya tersebut, banyak yang mengira dia tidak bisa apa apa...

"Tergantung mood ku" Jilan berdiri untuk mengambil dua kaleng soda yang berada di dalam lemari pendingin....

"Thanks" ujarnya membuat Jilan mengangguk dan melanjutkan makannya....

"Aku masih penasaran, apa yang membuatmu pingsan di sekolah?" Brian bisa melihat Jilan yang langsung menghentikan makannya...

"Kenapa sangat penasaran sekali, bukankah percuma jika aku menceritakannya, kalian juga tidak akan ada yang percaya bukan?" Ujarnya....

  Jelas itu membuat Brian semakin bingung...

"Bagaimana kalau aku percaya?" Brian menatap ke arah Jilan menanti jawaban apa yang akan pemuda itu berikan...

"Apa kau sering mendapatkan teror kak Brian" Jilan membalas tatapan itu namun bukan ini jawaban yang Brian inginkan, namun brian akan tetap memilih rencana yang secara perlahan saja...

"Teror?" Ujarnya

  Jilan hanya mengangguk menanggapi hal itu...

"Ya mungkin seperti kertas misterius yang tiba-tiba muncul atau sesuatu yang sedikit mustahil" ujarnya lagi membuat Brian seketika mengerti....

  Tapi kenapa di antara mereka bertujuh hanya Jilan yang lebih sering mendapatkan teror itu....

"Tidak perlu di pikirkan, lagian bukan kalian yang merasakannya, tolong cuci lagi piringnya setelah selesai besok kita masih harus sekolah bukan?" Jilan bersemirik sebelum meninggalkan Brian yang masih terdiam....







   Suara kicau burung terdengar cukup berisik padahal sang mentari malu malu menunjukkan sinarnya namun mereka semua sedikit terganggu dengan suara orang yang sedang menyapu halaman di pagi buta seperti ini....

"Siapa yang dengan bodohnya menyapu di jam 5 pagi seperti ini" Rendra mengusak rambutnya yang sudah berantakan....

  Dia membuka tirai jendela kamarnya namun tidak mendapati apa apa hingga dia memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan sedikit terkejut ketika melihat semua saudaranya juga sudah berkumpul....

"Kenapa kalian semua berkumpul di depan kamarku" Rendra menatap mereka semua satu persatu....

" kukira salah satu dari kita yang membuat ke gaduhan pagi buta seperti ini dan hanya kau yang tidak keluar" ujar Haris membuat Rendra seketika mengernyit bingung....

"Kalau bukan salah satu dari kita lalu siapa?" Celo menyandarkan tubuhnya memaki orang yang bodoh itu...

"Lebih baik kita melihatnya secara langsung dari pada saling menebak satu sama lain" ujar Mario membuat mereka semua setuju....

  Kini ke tujuh pemuda itu menuju ketempat di mana suara itu berasal namun yang membuat mereka sedikit bingung adalah mereka sama sekali tidak menemukan seseorang pun yang berada di halaman....

"Apakah orangnya sudah pergi, halaman ini terlihat kembali bersih, padahal tadi malam sangat kotor karena daun kering" gumam Brian yang membuat Jilan mengangguk setuju....

"Jam berapa kau pulang?" Justin menatap Brian yang hanya meliriknya malas....

"Dua"

BRAK!!!!!



Rumah kosong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang