teka teki

141 23 5
                                    

   Satu Minggu berlalu sejak kejadian di pagi buta itu.
Hingga sekarang sudah tidak ada lagi teror yang menghantui mereka atau mungkin belum....

  Minggu pagi ini terasa sangat berbeda, belum ada yang turun dari kamar masing-masing kecuali dua kamar yang memang penghuninya kosong...

  Sejak semalam Brian sudah keluar dengan membawa Jilan ikut bersamanya, entah kemana tujuan mereka sampe pagi belum juga kembali.....

     Justin turun terlebih dahulu menatap sekitar yang masih terasa sunyi, sebenarnya dirinya sudah terbangun sejak pagi buta karena tidak bisa tidur, entah apa yang menyebabkan dirinya sangat sulit tertidur tadi malam...

  Dengan langkah pelan pemuda itu mulai menuju dapur untuk melihat apa saja yang bisa dirinya masak untuk pagi ini....

  Tak lama Rendra juga mulai turun menghampiri Justin yang masih tidak menyadari kehadiran nya....

"Kau tidak tidur semalaman?"

     Justin yang sedang memotong sayuran pun terhenti menoleh ke samping dan mendapati Rendra yang sudah bersedekap dada menatapnya...

"Bagaimana kau tau" gumamnya lebih memilih melanjutkan apa yang dia kerjakan....

"Bukankah seorang Justin selalu tidur dengan suasana gelap? Lalu mengapa semalaman lampu kamarmu menyala?" Dirinya mengambil alih pisau yang di pegang oleh Justin membuat sang empu menatapnya.

"Apakah masalah jika aku tidak tidur sama sekali, seharusnya itu bukan menjadi urusanmu Rendra" dirinya terkekeh sinis apalagi saat pemuda di sampingnya itu tidak merespon sama sekali...

"Ya itu bukan urusanku tapi setidaknya aku masih punya rasa peduli untuk saudaraku"

  Setelah itu tidak ada percakapan lagi, hanya terdengar suara peralatan masak yang tergunakan....







   Di tempat lain, sebuah mobil berhenti tepat di tengah area hutan, kemarin malam Brian benar benar membawa Jilan untuk mencari sebuah petunjuk....

"Bukankah semalaman kita hanya berputar putar di sini, seakan ada yang sengaja menjebak kita, tapi lihatlah saat sudah pagi jalan yang semula tertutup kini terlihat, bukankah ini sudah terasa aneh" dirinya menatap ke arah luar di mana sinar matahari mulai menjadi penerang atau mungkin penyelamat mereka berdua untuk keluar dari hutan tersebut....

    Brian hany terdiam, dirinya juga memikirkan hal janggal yang mereka alami, semalam seakan semua jalan tertutup dengan kabut tebal sehingga membuat mereka hanya berputar putar di tempat yang sama, tapi tadi pagi akhirnya mereka melihat jalan yang sebelumnya mereka gunakan untuk sampai di tempat itu...

"Apa ini ilusi?" Ujar Brian membuat Jilan seketika menatapnya dengan bingung...

"Aku sangat tidak percaya dengan hal itu tapi mungkin memang iya, lalu siapa yang menjebak kita semalaman?" Ujarnya namun Brian hanya mengedikkan bahunya saja...

"Bukankah di kertas itu tertulis bahwa tidak ada yang saling membunuh, mereka yang di takdirkan bersamanya, janji adalah janji, dan hutang yang harus di bayar dengan nyawa" Jilan mengingat setiap kata dan tulisan yang pernah Brian temukan malam itu....

  Brian terdiam menatap adiknya yang masih berpikir maksud dari isi dalam kertas tersebut....

"Tidak ada yang saling membunuh? Apakah maksudnya bukan di antara kita pelakunya, lalu mereka yang di takdirkan ikut bersamanya, siapa? Siapa yang ikut dengan siapa, bukankah ini cukup sulit, dan janji juga hutang yang di bayar dengan nyawa, siapa yang memiliki hutang dan kenapa harus nyawa sebagai taruhannya" ujarnya menatap ke depan seakan melihat gambaran apa yang dia pikirkan...

"Jika aku mengatakan kita semua korban apa kau percaya?" Jilan sontak menatap ke arah Brian setelah mendengar apa yang di ucapkan oleh pemuda itu.

"Korban?" Ujarnya bingung dengan maksud perkataan Brian...

"Bukankah dari awal sudah terasa aneh, untuk apa orang tua kita memisahkan kita sejak lahir, bukankah seharusnya mereka yang merawat kita dan kenapa kita harus berpencar selama ini, mungkin semua teror kertas misterius itu menyambung menjadi satu dengan itu semua" jelas Brian membuat Jilan paham sekarang...

"Ya mungkin kau benar kak, tapi nyawa siapa yang menjadi taruhannya?"







   Mario turun dan menatap semua adiknya yang sudah berkumpul di meja makan, namun ada dua kursi yang masih kosong...

"Apakah Brian dan Jilan belum kembali sejak tadi malam" Mario menatap semua adiknya secara bergantian seraya menarik kursi untuk dirinya duduki...

"Apa kau melihat mereka berdua sekarang, jika tidak berarti mereka belum kembali" sarkas Rendra tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang dia bawa...

"Tidak bisakah pagi ini sedikit tenang" Hegan hanya menatap malas kedua saudaranya itu ..

"Tapi bukankah mereka berdua terlihat dekat akhir akhir ini?" Gumaman Celo membuat mereka semua menatap ke arahnya...

"Aku yakin kalian juga merasakannya" ujar Celo dengan santai sembari memainkan sendok yang di pegang....

"Lalu apa masalahnya? Bukankah bagus jika mereka dekat, bukankah seharusnya kita juga dekat satu sama lain mengingat kita semua adalah saudara, benar bukan?" Mario hanya menanggapi mereka dengan santai....

"Wow, seorang Brian dan Jilan bisa dekat padahal baru beberapa Minggu, bukankah keajaiban, dua orang yang sangat keras kepala, aku yakin ada sesuatu yang membuat mereka dekat" ujar Hegan namun tidak ada yang salah, mereka dekat karena sesuatu yang mereka selidiki...

"Kita bahas itu nanti setelah mereka pulang, lebih baik sekarang kita sarapan dari pada menunggu hingga makanan ini menjadi dingin nantinya" tegas Mario membuat mereka meninggalkan kegiatan masing-masing untuk memulai sarapan meninggalkan Brian dan Jilan yang mungkin masih termenung di dalam hutan itu....







   Jangan lupa vote sama komen oke...

Rumah kosong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang