Stop

202 26 1
                                    


"Lepas!!"

  Jilan melirik pada tangan Brian yang masih mencengkal lengannya dan menatapnya tajam...

"Jelaskan!!" Tekan Brian yang juga menatap Jilan dengan tajam membuat remaja itu hanya bersemirik...

"Buat apa? bukankah itu bukan sesuatu yang penting untuk kalian semua, jadi sangat percuma jika aku menjelaskan semuanya, bukankah kita hanya tinggal satu atap tanpa mau perduli satu sama lain, bukan begitu, walaupun kita adalah saudara" dirinya menyentak tangan Brian hingga terlepas dan melihat lengannya yang memerah....

"Seharusnya masalah seperti ini hanya menjadi urusan ku bukan urusan kalian, ingat saja tujuan awal kita untuk kembali kerumah ini" dirinya menatap satu persatu saudara nya.....

"Jadi pergilah, anggap saja hari ini tidak terjadi apa apa dan makasih atas bantuannya" Jilan melirik pintu kamarnya yang masih terbuka membuat ke enam pemuda itu hanya menghela nafas sebelum keluar....

"Makanlah sebelum kembali istirahat" ujar Justin sebelum dirinya keluar dan menutup kembali pintu kamar Jilan...

  Sedangkan Jilan hanya tersenyum tipis melihat makanan yang ada di samping tempat tidurnya....



"Aahhh melelahkan sekali, bukankah semuanya pantas di curigai" Hegan menyandarkan tubuhnya pada sofa seraya melirik saudaranya yang masih terdiam....

"Termasuk dirimu bukan" gumam Rendra dengan santai membuat Hegan seketika menatapnya sinis....

"Kenapa kau selalu berbicara tanpa berpikir" balasnya membuat Rendra jengah dengan tingkah Hegan....

"Sebuah fakta" ujarnya lagi lagi membuat Hegan berdecak pelan...

"Tidak bisakah kalian diam" ujar Mario pelan namun membuat mereka seketika terdiam....

"Untuk apa kita selama ini saling mencurigai satu sama lain, sangat mustahil ada anak kecil yang melakukan pembunuhan sebersih itu, bukankah seharusnya kalian berpikir ini sangat tidak wajar" Mario menatap semua saudaranya satu persatu....

"Tidak ada yang tidak mungkin, bahkan bayi yang baru lahir saja bisa menjadi pembunuh ibunya sendiri, lalu apa yang tidak wajar, ingatlah saat lahir orang tua kita selalu memberikan kita untuk di asuh orang lain, secara tidak langsung kita sudah hidup terpisah dengan orang tua asuh masing-masing sejak baru lahir dan kita kembali ketika usia anak anak? bukankah tidak ada yang tau seperti apa mereka mendidik kita, bahkan bisa saja ada yang menginginkan untuk menguasai semua harta keluarga Artama benar bukan" Justin terkekeh pelan melihat  berbagai ekspresi yang saudaranya tunjukkan....

"Ya, aku setuju dengan Justin, tidak ada yang tau seperti apa kita hidup bahkan setelah itu kita kembali bersama orang tua asuh kita masing-masing, bisa jadi di antara kita ada yang di didik menjadi mesin pembunuh untuk mendapatkan semua hartanya" Celo menatap Mario seraya tersenyum merendahkan...

"Tapi kak Mario, apa kau takut sehingga kau mengatakan hal seperti itu" Celo menatap Mario yang juga menatapnya....

"Kau mencurigaiku ku Celo bagaimana mungkin sedangkan orang tua asuhku adalah saudara orang tua kita, bahkan sampe sekarang masih terus memantau kita semua" ujarnya menyanggah apa yang di katakan adiknya tersebut....

"Sekali lagi aku peringatkan, tidak ada yang tidak mungkin jika ambisi sudah menguasai kita" ujar Justin....

"Sudah cukup pembicaraan ini, tidak ada yang tau siapa yang menjadi tersangka di antara kita bisa jadi ini semua hanya jebakan untuk kita sendiri bukan" Rendra mulai bangkit dan menegakkan tubuhnya...

"Benar juga apa yang di katakan Rendra, pembicaraan ini tidak ada gunanya karena bagaimanapun Jilan tidak ada bersama kita kali ini" ujar Justin menyetujui pernyataan Rendra...

"Sudah bukan? baiklah aku akan pergi" baru saja Brian berdiri...

"Kemana?" Gumam Mario membuat pemuda itu berdecak pelan....

"Apakah aku harus terus menerus berada dalam rumah ini, dan ingat jangan ikut campur" tanpa memperdulikan apapun lagi, Brian melangkah meninggalkan ruang tengah itu dengan keadaan mencekam....




  Jalanan sunyi di malam hari, di antara pepohonan yang menjulang tinggi di tepi jalan hanya kegelapan tidak ada setitik cahaya apapun....

  Brian melajuka motornya dengan kecepatan sedang menikmati suasana malam yang sangat menenangkan sebelum tiba-tiba dia merasa ada yang mengikutinya....

  Brian menghentikan motornya dan melihat ke arah belakang...
Kosong tidak ada apapun di belakangnya namun tiba-tiba angin berhembus sangat kencang membuat pemuda itu menutup matanya menghalau beberapa daun yang berjatuhan di sekitar nya hingga....

   Brian mengernyit heran melihat tiba-tiba sebuah kertas usang yang terbang ke arahnya....

"Dari mana asalnya ini" dirinya perlahan membuka kertas yang terlipat itu....

     "Tidak ada yang saling     membunuh, hanya mereka.  yang ditakdirkan untuk ikut bersamanya, janji adalah janji, hutang yang harus di bayar dengan nyawa, berhati-hatilah sebelum malam itu tiba"

"Apa maksud kalimat ini" Brian membaca berulang kali kalimat yang tertera berharap ada satu titik yang mampu membuat nya paham apa maksud kalimat tersebut, namun nihil...

  Brian menyimpan kertas tersebut kemudian segera melajukan kembali motornya untuk segera pulang.....

 







   Ayo jangan lupa vote sama komen oke....

Rumah kosong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang