Jilan

165 28 3
                                    


   Kini mereka semua berada di depan kamar Jilan, setelah tadi sang ayah pulang.

  Mereka masih mendengar suara gumaman lirih dan pukulan pada pintu yang kian melemah.

  Mario membuka kunci kamar Jilan dan langsung membukanya pelan dan langsung berhadapan dengan Jilan yang sudah berdiri di depannya.

"Kak" gumam nya namun Mario hanya diam dan melirik saudaranya yang lain.

"Kak apa maksudnya tadi" pintanya namun lagi Mario tetao diam.

"Masuk Jilan" dengan pelan Mario menarik tangan adiknya dan langsung melemparkan adiknya ke atas kasur.

"Tidak ada yang perlu di jelaskan, hanya masalah kecil, lebih baik kamu istirahat, wajahmu masih pucat" gumam Mario namun Jilan tetap menggelengkan kepalanya.

"Kak Brian, kak  tau sesuatu kan?" Jilan kini menatap Justin yang juga sama sama diam.

"KALAU GAK ADA APA APA, KENAPA AKU HARUS PERGI, KENAPA AKU GAK BOLEH IKUT ADA DI SANA, KALIAN PIKIR AKU TIDAK CURIGA, HANYA AKU YANG BERBEDA, HANYA AKU YANG SERING MENDAPATKAN TEROR BAHKAN KALIAN TIDAK PERCAYA!" Jilan menatap semua saudaranya dengan penuh emosi namun lagi lagi mereka semua hanya diam.

"Kenapa kalian hanya diam saja" lirihnya dirinya kini hanya bisa menunduk setelah tidak mendapatkan jawaban apapun.

  Rendra perlahan mendekat mengambil tangan Jilan membuat adiknya itu langsung menoleh dan menatap Rendra yang memasang sebuah gelang di tangannya.

"Cukup tau apa yang kamu alami saja Jilan, dan ingat jangan pernah melepaskan gelang ini" ujarnya setelah memakaikan gelang tersebut.

"Apa in" belum selesai Jilan hendak bertanya mereka semua juga menunjukkan gelang yang sama.

"Kita semua pakai jadi gak perlu lagi ada yang di tanyakan" ujar Justin membuat Jilan langsung terdiam.

   Mereka semua melirik satu sama lain sebelum pergi meninggalkan Jilan yang hanya bisa terdiam dan terus memandang gelang tersebut.





   Kini mereka berkumpul di kamar Mario, ini pertama kalinya mereka membicarakan hal serius setelah tinggal beberapa minggu dirumah ini.

"Jadi apa yang harus kita lakukan? Setelah mendengar fakta ini, apakah kita masih harus menyalahkan satu sama lain atau mencari siapa impostor diantara kita" Rendra melirik se lima saudaranya yang juga sedang menatapnya.

"Tapi bisa saja bukan ada yang berkhianat nanti" ujar Celo.

"Jangan memulai pertengkaran, yang harus kita lakukan sekarang adalah bekerja sama, buang dulu ego kalian bagaimanapun kita saudara, kali ini harus saling melindungi untuk memecahkan dan memutuskan ikatan iblis ini" Mario menatap semua adiknya.

"Bukankah tujuan pertama mereka adalah Jilan, jadi otomatis Jilan yang akan sering mendapatkan gangguan bahkan mungkin saja petunjuk, bukankah kita bisa memanfaatkan itu semua" Hegan menatap ke arah Mario yang terkejut dengan ucapannya.

"Bukankah secara tidak langsung kau sengaja memanfaatkan Jilan sebagai umpan" ujar Mario membuat Hegan langsung mengangguk.

"Ternyata kau cukup cerdas kak Mario" Hegan terkekeh pelan.

"Bagaimana kalau justru mereka berhasil menjadikan Jilan tumbal, secara iblis itu tidak akan pernah melepaskan mangsanya" Brian meletakkan rokoknya sembari bersandar di sofa.

"Kita akan cari cara agar tidak ada yang terluka, antara kita ataupun Jilan nanti, dan kita akan menghadapi sama-sama kali ini bukan hanya Jilan yang akan dijadikan umpan, bagaimanapun Jilan adalah adik kita" Mario sempat memandang tajam ke arah Hegan yang sempat memberi saran agar menjadikan adiknya pancingan.

"Lalu kapan kita akan bergerak, bukankah semakin cepat lebih baik?" Rendra menatap ke arah Mario yang sedang berpikir.

"Memang tapi kita jangan gegabah dan menunggu petunjuk selanjutnya" gumamnya sedang Celo justru berdecak pelan.

"Bukankah kita semua bodoh, iblis itu pasti tau rencana kita" ujarnya membuat mereka kembali terdiam.

"Kau yang bodoh Celo, apa kau buta apa yang aku lakukan tadi sebelum memasuki kamar ini, aku sudah menaburkan bubuk sihir di sekitar kamar ini jadi iblis itu atau siapapun yang mempunyai niat jahat tidak akan pernah bisa masuk" Brian menatap Celo dengan mengejek.

"Stop bertengkar dan mulai bekerja sama, disini nyawa kita sedang terancam sekarang"










     Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Rumah kosong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang