Kembali terjadi

164 28 4
                                    


Prang!

   Mereka semua kompak menatap ke arah lantai atas.
Ada sebuah Gucci yang tiba-tiba jatuh padahal tidak ada orang di sana.

   Mereka berenam terdiam hingga mereka baru menyadari ada sesuatu yang janggal.

"JILAN!" ujar mereka yang langsung berlari menuju lantai atas.

  Bukankah Jilan sendirian di kamarnya?

"Dimana?" Ujar Mario.

   Mereka tidak menemukan keberadaan Jilan di dalam kamar itu, hanya ada setitik bekas seperti cipratan darah di kasur milik Jilan.

   Hingga mereka langsung menatap ke arah kamar mandi yang tertutup namun mereka mendengar suara dari shower yang berulang kali seperti di buat mainan kadang hidup kadang mati.

  Mereka langsung menuju pintu yang tertutup itu.

"Dobrak" pintanya menatap Justin dan Brian yang masih mencoba mendobrak pintu kamar mandi tersebut.

"Kenapa susah sekali" ujar Brian seakan ada sesuatu yang menghalangi pintu itu untuk terbuka.

  Hingga beberapa lama mereka berhasil mendobrak pintu kayu tersebut.

  Mereka melihat Jilan yang hanya terdiam dengan pandangan kosong yang berdiri di bawah shower sembari menyeringai menatap mereka.

"Kalian ngapain?"

   Mereka berenam terkejut dan langsung berbalik menatap Jilan yang tiba-tiba berdiri di belakang mereka.

"Kita gak halusinasi kan?" Hegan benar benar bingung, ada dua Jilan lalu mana yang asli dan palsu.

  Mereka di buat pusing dan terus menatap bergantian berusaha mencari tau mana Jilan yang asli.

"Sial, semuanya benar benar sama bahkan semua yang di pakai" ujar Celo.

  Rendra juga mengangguk setuju, mereka semua cukup kesulitan menemukan mana yang asli.

"Tunggu, ini jebakan, kita harus tetap tenang dan fokus, aku yakin pasti ada satu yang beda" gumam Mario membuat mereka semua langsung terdiam.

"Apa yang kalian lakukan kak?" Ujar Jilan yang berada di dalam kamar.

"Kak tolong"

  Mereka kembali menatap Jilan yang berada di dalam kamar mandi.

"Terlalu susah" ujar Rendra.

"Awas" Mario langsung menarik Celo saat tiba-tiba Jilan yang berada di dalam kamar mandi justru menyerang mereka dan hampir mengenai Celo.

"Mau ikut bermain kak" Jilan melangkah keluar dari kamar mandi membuat mereka semakin waspada.

   Bahkan sesekali melirik Jilan yang berdiri terdiam di samping ranjang.

"Dia yang palsu, tapi jika kalian salah maka Jilan akan menghilang selamanya" sosok Jilan yang keluar dari kamar mandi tetap dalam pandangan kosong sembari menunjuk Jilan yang berada di samping ranjang.

"Jangan percaya kak, aku yang asli, lihat saja, bukankah dia justru menyerang kalian" Jilan yang sedari tadi berada di dalam kamar itu ikut mendekat membuat mereka berenam semakin terpojok.

"Semuanya palsu, lihat lah ke arah pantulan cermin, mereka berdua tidak mempunyai bayangan" lirih Mark membuat semua adiknya langsung menatap ke arah cermin dan benar saja, kedua Jilan tersebut sama-sama tidak mempunyai bayangan.

"Apa yang harus kita lakukan" Justin memandang sekitar nya berharap menemukan petunjuk dimana keberadaan Jilan yang asli.

  Mereka berenam semakin terpojok kedinding saat kedua Jilan palsu itu semakin mendekat.

"Brian kau membawa kalungnya?" Mario menatap Brian yang terkejut.

"Sial, aku melupakan itu" dirinya langsung merogoh saku celananya dan langsung menyerahkannya pada Mario.

"Tetap di belakangku" gumamnya.

"Singkirkan benda itu" ujar salah satu dari mereka membuat Mario menyeringai dan semakin mendekat kan kalung itu pada sosok Jilan palsu.

"Tidak akan sebelum kalian musnah" gumamnya sembari terus berjalan mendekat dengan kalung berlian hitam yang dia genggam erat.

"Dimana adik kami" Mario manatap tajam kedua sosok yang menyerupai adiknya.

"Dia akan menjadi wadah untuk santapan raja iblis" dua sosok itu menghilang secara bersamaan membuat mereka langsung bernafas lega.

  Mereka berenam langsung mencar mencari keberadaan Jilan.

"Dikamar ini tidak ada, kita cari di setiap ruangan" ujar Brian yang sudah keluar lebih dulu di ikuti yang lainnya.

  Hampir mereka menyerah karena tidak menemukan Jilan, padahal hampir semua ruangan sudah mereka periksa.

"Hanya ada satu" Rendra menatap Mario yang juga menatapnya.

"Gudang?" Tanyanya membuat Rendra langsung menganggukkan kepalanya.

   Mereka berenam langsung berlari menuju gudang belakang.

BRAKK!

   mereka membuka pintu dengan kasar namun yang membuat mereka terkejut adalah keberadaan Jilan juga lingkaran cahaya yang tiba-tiba hilang saat mereka masuk.

"Jilan, Jilan sadar, sadar Jilan" Mario dan Brian langsung mengguncang tubuh Jilan yang terasa sangat kaku.

   Dengan posisi berlutut Jilan hanya mendongak menatap ke atas dengan pandangan kosong namun dapat mereka lihat seperti ada seseorang yang terserap dari dalam tubuh Jilan bahkan urat urat leher Jilan sangat terlihat menonjol.

"Kak, pakaikan kalungnya" pinta Brian membuat Mario langsung tersadar dan langsung memakaikan kalung itu le leher Jilan hingga tiba-tiba tubuh Jilan langsung terjatuh membuat Mario langsung menangkapnya.

"Jilan, Jilan kamu dengar kakak, Jilan buka matamu" Mario masih mencoba membuat Jilan sadar hingga...

Hueekk

  Mereka terkejut saat Jilan tiba tiba muntah bukan muntah biasa tapi muntah darah.

"Keluarkan semuanya Jilan" Rendra membantu memijat tengkuk Jilan sedangkan Justin hanya terdiam saat tangannya di genggam sangat erat oleh adiknya.






https://vt.tiktok.com/ZSjPFsMea/

https://vt.tiktok.com/ZSjPYMJrr/

  Minta tolong dong aku nemu vt yang hampir sama konsepnya kayak cerita ini, tapi itu belum debut, aku gak tau menurut kalian sama atau gak.

  Link yang atas itu yang aku temuin.

Dan link yang bawah itu teaser yang aku buat sendiri.

Link nya aku taruh di komen agar bisa di buka


   Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah kosong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang