Chapter Eighteen

155 8 4
                                    

Setelah melakukan diskusi panjang, dan berakhir dengan undangan yang Damon berikan. Ketiganya memutuskan untuk pergi. Frederick dan Damon pergi menuju perusahaannya masing-masing, namun  sebelum itu Damon berniat untuk menghampiri Alice terlebih dahulu baru berangkat menuju perusahaannya, sedangkan August langsung pergi ke rumah sakit. 

Theodore menaruh cincin yang menjadi kunci dari kejadiaan yang baru saja dialaminya kemarin dengan mengembalikannya ke dalam kotak berwarna hitam yang sudah disediakannya, lalu menutup pintu ruang kerjanya dan kini beralih mencari Gwenevie yang kabur begitu saja saat kakaknya menanyakan perihal ‘tidur’ beberapa saat yang lalu itu, tanpa memikirkan dimana gadis kecilnya kini berada Theodore sudah bisa menebak jika Gwenevie pasti sedang bermain-main dengan dua kucing jeleknya. 

Bahkan wangi tubuh Gwenevie yang begitu harum dan memabukkan masih sangat tercium jelas dihidungnya.

Theodore segera menghampirinya dengan langkah panjang, mengabaikan rentetan bunyi notifikasi yang berasal dari ponselnya sendiri.

“Princess”panggilnya dengan suara berat, Theodore melirik tidak suka kearah kucing kecil yang kini sedang merangkak menuju kakinya. 

“Daisy”seru Gwenevie yang belum menyadari kehadiran Theodore yang berada di ambang pintu, dengan kedua tangannya yang dimasukan kedalam celana.

Daisy bersuara kecil seperti anak kucing pada umumnya namun sukses membuat Gwenevie menatap begitu gemas dan segera meraihnya. Theodore berdehem keras,  Gwenevie mendongakkan wajahnya dan melihat Theodore yang sedang menatapnya juga.

“Sudah selesai ?” tanya Gwenevie, namun fokusnya masih tertuju pada Daisy dan Leo yang berada di gendongannya. Theodore tidak langsung menjawab, memperhatikan Gwenevie dari atas hingga bawah. 

Gwenevie mendekat, menghalangi pandangan Theodore dengan di arahkannya Daisy dan Leo ke wajah pria didepannya.

“Princess”panggilnya dengan suara serak dan dalam. Theodore menyentuh lengan Gwenevie yang sedang terulur memegang kedua kucingnya untuk diarahkannya ke depan wajahnya.

Gwenevie terkikik kecil,”Jangan melihatku seperti itu”cibirnya malu-malu kucing.

“Seperti apa baby girl ?”ucap Theodore bersuara rendah, lalu meraih Gwenevie untuk didekapnya.

“Kau tidak berangkat bekerja ?”imbuh Gwenevie yang mulai merasa gugup.

“Aku lebih tertarik menghabiskan waktu bersamamu dikamar daripada berkutat dengan berkas-berkas perusahaan”Theodore menyunggingkan senyum miringnya.

“Apa ?!”Gwenevie langsung mengatakan keterkejutannya mendengar ucapan Theodore yang menurutnya mengandung seperti ada niat mesum yang ingin Theodore lakukan, mengingat tingkah pria yang kini sedang memeluknya sama sekali tidak bisa diprediksi apa yang akan dilakukannya membuat Gwenevie harus lebih waspada dibanding hari-hari kemarin. 

Theodore menelusuri sisi wajah Gwenevie dengan wajahnya meninggalkan rasa hangat menjalar di setiap jejak yang sudah dilaluinya, berhenti tepat di bagian telinga Gwenevie yang memerah mengundang kekehan samar dari Theodore. 

“Kenapa begitu terkejut ? Biar ku tebak, kalimat mana yang membuatmu sangat terkejut”bisiknya tepat ditelinga Gwenevie, suaranya membuat gadis yang sedang direngkuh itu merinding hebat, aroma tubuh Theodore yang begitu menyegarkan dan maskulin membuatnya tiba-tiba mabuk.

Sudah berapa kali pria yang memeluknya ini membuat Gwenevie selalu merasa tidak berdaya sedikitpun, ah situasi ini membuat otak Gwenevie tumpul sama sekali tidak bisa berpikiran jernih. Posisinya yang sedang direngkuh erat oleh Theodore yang tepat berada di belakangnya itu reflek meremat kuat tangan Theodore yang melingkar di pinggangnya. 

The Perfect Genius Who Obsessed With Me | [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang