[025] Did We Make It?

31 7 0
                                    

Beberapa hari setelah itu, Candra hampir tidak pernah mengalami hal-hal aneh sejak ia keluar dari rumah sakit. Entah bagaimana caranya, Yusril selalu gagal untuk melakukan hal-hal buruk kepada Candra ketika di luar sekolah. Seolah-olah ada yang melindungi Candra seperti membocorkan apa yang akan ia lakukan bahkan sampai membuat Candra sering didekati polisi. Candra juga bingung sendiri kenapa polisi sering sekali berpapasan dengannya entah hanya menanyakan apakah ia pernah melihat sesuatu yang mencurigakan atau apa.

Yusril menendang ban motornya dengan kesal. Ia telah menunggu lama di depan gang tempat Candra dan kedua teman-temannya biasa bermain game dan sekarang pemuda itu tak juga muncul. Candra jelas dilindungi sekarang yang membuat Yusril tidak bisa menyerangnya.

“Bangsat! Candra, sebenarnya lo dilindungi siapa sih? Susah banget nyerang lo,” bentak Yusril.

Dadanya berdebar kencang lantaran emosinya yang membara. Netranya penuh akan amarah dan benar-benar hampir meledak sekarang. Ia ingin memberi pelajaran kepada Candra karena Naomi kembali mengadu kepadanya bahwa Candra semakin merundung dirinya di kelas. Naomi juga memperlihatkan bagaimana buku-bukunya dirobek dan juga basah dengan air yang diberi pewarna.

Yusril geram. Ia ingin menyerang dan memukuli Candra karena telah membuat gadis yang ia cintai bersedih. Nyatanya, Yusril tidak tahu. Naomi merobek bukunya sendiri. Naomi yang menyiram bukunya dengan air berwarna.

Naomi melakukan itu lantaran Dicky semakin mengabaikan dirinya dan terkadang Naomi menangkap basah Dicky menatap ke arah meja Candra dan Asha. Ia berpikir mungkin Dicky tidak suka dan dendam kepada Candra atas apapun yang dilakukan Candra sebelumya kepadanya bahkan karena Candra jugalah, Dicky mendapatkan skorsing. Nyatanya, Naomi salah paham. Dicky menatap ke arah meja mereka karena ia terpaku pada bagaimana Asha begitu tenang dan menanggapi semua candaan Candra.

Sungguh kesalahpahaman yang menarik. Semuanya berawal dari kesalahpahaman, 'kan?

Yusril mengembuskan napas berat dan kemudian ketika ia akan menaiki motornya, ia tak sengaja melihat seseorang yang familiar. Setelah memastikan siapa orang itu, Yusril justru menyeringai.

“Nah, kalau enggak bisa nyerang Candra, mungkin dengan nyerang temennya dia bakal marah besar. Bener, gue bisa nyerang temennya,” ucap Yusril sambil memasang helmnya dan menutup kacanya agar wajahnya tak terlihat. Ia juga menggunakan jaket hitam sehingga tak memperlihatkan seragam sekolahnya.

Yusril menghidupkan mesin motornya dan mulai mengarahkan motornya ke arah seseorang yang sedang memegang beberapa bungkus camilan. Benar, dia adalah Haidar yang baru saja kembali dari Alfamart untuk membeli camilan. Pemuda itu berjalan di tepi dan masih terfokus pada camilan di tangannya sampai tak menyadari sebuah motor melaju dari arah depan.

Tepat saat Yusril akan menabrak Haidar, seseorang menarik kerah baju belakang milik Haidar hingga pemuda itu tercekik dan melangkahkan menaiki bahu jalan. Camilan di tangannya juga jatuh ke aspal hingga ketika Yusril melintas, pemuda itu hanya melindas camilan milik Haidar.

“Anjing! Berenti lo, bangsat!”

Yusril berdecak kesal dan melajukan motornya tanpa berhenti hingga menghilang di tikungan. Ia akan memberikan pelajaran kepada teman-teman Candra nanti dengan cara yang lain. Sekarang ia harus pergi dan membuang motornya agar tidak bisa dilacak oleh polisi apalagi dengan CCTV di jalan yang menyala.

“Makanan gue,” ucap Haidar menangisi camilannya yang terlindas.

“Astaga. Saat nyawa lo hampir melayang, tetep aja makanan yang lo pikirin?” gerutu Elang. Benar, Elang adalah orang yang menyelamatkan Haidar. Ia kebetulan sedang keluar untuk membeli bohlam lampu karena lampu di kamar mandinya mati. Ketika ia akan pulang, ia malah melihat Haidar yang hampir celaka.

[END] Did We Make It?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang