Kita di Sini

535 75 4
                                    

"Ada party di rumah Mili. Kamu ikut, kan?"
Pansa melirik ke arah Lim. Laki-laki jangkung itu memegang satu cup kopi di tangannya. Lim adalah teman baiknya sejak kelas sepuluh. Rambutnya selalu rapi dan tentu saja wangi.

"Iya, dong! Ga asyik kalau kita ga bersenang-senang."
Pansa merasakan itu lagi. Sesuatu yang terkoneksi dengan hatinya. Kantin SMA No. 10 ShoreLine sangat luas dan ini lebih sesak dari biasanya.

Mata Pansa mencari-cari sesuatu. Sesuatu yang hatinya inginkan.

"Balik, yuk! Aku mau ceritakan detail party-nya nanti."

Pansa memutar perlahan tubuhnya; masih mencari. Tapi Lim sudah menarik tangannya.

Lim tiba-tiba berhenti dan Pansa menabrak lengannya. Deg... Jantung Pansa bereaksi lagi.

"Kenapa berhenti?" Pansa mengerutkan kening. Lim mengeratkan genggamannya.

"Cowok di dekat pintu IPS 2, kamu lihat ga?" Pansa mengalihkan pandanganya ke arah pintu yang dimaksud. Dia terdiam. Matanya telah dikunci sesuatu.

"PANSA! Apakah menurutmu dia tampan?" Lim tersenyum tanpa melepaskan matanya dari laki-laki tampan yang ditatapnya.

"Cantik... Selalu cantik..." Lim mengerutkan kening dan melihat ke arah Pansa.

"PANSA! HEY! LOOK AT ME!" Lim setengah berteriak. Pansa melihat ke arah Lim dengan senyuman yang sangat manis.

"Apakah dia temanmu?" Pansa menunggu jawaban.

"Laki-laki itu? Iya. Kami satu kelas di pelajaran seni tahun lalu," jawab Lim, menoleh kembali ke arah laki-laki itu.

"Siapa ya namanya?" Pansa memandang kembali ke arah pintu kelas.

"Han. Namanya Han." Senyum Lim semakin lebar.

"Bukan. Maksudku perempuan di sebelahnya." Lim mengikuti pandangan Pansa kali ini.

"Love. Love Nite Sun. Mereka berpacaran sejak kelas dua." Lim menjelaskan. Tiba-tiba wajahnya murung. Nadanya juga turun. Pansa melirik ke arah Lim dan menepuk pundaknya.

"Kamu sangat menyukainya ya? Han. Maksudku, Han." Lim hanya mengangguk.

"Apa mereka juga sekelas?" Lim menggeleng.

"Love kelas sebelas," jawab Lim.

Dua orang siswi berdiri di depan mereka sambil mengobrol. Pansa melihat ke arah Lim dan kemudian gadis itu menyenggol punggung gadis di depannya. Sesaat gadis itu menoleh, Pansa menunjuk Lim dan menuduh Lim yang melakukannya. Gadis di depan mereka berbalik dan menampar wajah Lim. Pansa, si gadis jangkung tertawa terbahak-bahak dan berlari menuju kelasnya disusul Lim dengan wajah kesal.

"PANSA SIALAN! KEMARI KAU!"

***

Mom, aku sedikit terlambat pulang. Aku ada pekerjaan menumpuk di sekolah. Aku akan kabari mama kalau udah di stasiun.

Pansa memasukkan kembali ponselnya ke saku baju. Ia berbohong lagi pada ibunya. Dia bukan anak ibu yang penurut.

Dia menunggu Lim untuk pergi ke pesta Mili. Pansa hampir berteman dengan semua penghuni satu angkatan. Jadi dia tidak lagi merasa canggung atau apa pun terhadap siapa pun di sekolah. Lim, si laki-laki wangi itu masuk ke kelas, kemudian melemparkan baju kaos kebesarannya ke arah Pansa. Ini adalah  kesalahannya tidak memberitahu Pansa sejak awal kalau hari ini ada acara di rumah teman mereka.

"Ganti, gih!" Serunya.

"Oke. Thanks!"
Pansa membuka baju di kelas yang sudah kosong. Sementara Lim membalik badan  menunggu Pansa berganti pakaian.

TRAIN GAZINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang