23

509 78 10
                                    

Dalam kurun waktu satu hari investigasi yang sudah dilakukan kini telah membuahkan hasil. Para penjaga istana mulai bergerak sesuai arahan perintah dari panglima perang untuk mengepung kediaman paviliun milik Ratu Jieun saat itu juga. Mentari mulai tenggelam di ufuk barat, perlahan langit mulai meredupkan pancaran sinarnya.

Wajah ketegangan terlihat nampak pada sosok Ratu yang duduk bersimpuh dengan air mata yang mulai jatuh membasahi kedua pipinya. Ia masih tak percaya jika hari ini terlewat oleh kejadian suram luar biasa. Seisi kamar luluh lantah akibat penggeledahan yang dilakukan oleh para dayang khusus pencari bukti. Ia ingat betul bagaimana beberapa jam lalu kepercayaan dirinya runtuh seketika setelah melihat dengan kedua matanya sendiri, dikamar nya ditemukan sebungkus ramuan herbal berasal dari luar istana. Ramuan itu berwarna hitam pekat yang memiliki aroma sedikit tajam. Tentu saja ia murka karena memang bukan dirinya lah pemilik ramuan itu.

Namun sekeras apapun ia mengelak dan memberikan pembelaan diri, ia akan tetapi dicap sebagai dalang utama pelaku dari  percobaan pembunuhan terhadap Selir kesayangan Raja.

Barang bukti saat itu juga dibawa langsung kehadapan Jeonghyun. Pria penguasa itu tentu merasa terkejut dan tak menyangka Jika Jieun mampu melakukan hal keji seperti itu kepada Taehyung. Jeonghyun tentu merasa kecewa, sangat teramat kecewa dan marah. Ia yang tersulut emosi pun memerintahkan para penjaga untuk membawa Jieun sekarang juga ke tempat interograsi. Semua arahan dari Jeonghyun dipimpin oleh Seojoon. Lelaki itu tersenyum simpul kala melihat pintu gerbang paviliun sang Ratu utama. Rasa senang membuncah dari dalam hatinya. Karena waktu yang ditunggu olehnya kini sudah tiba. Pembalasan dendam untuk kematian putranya.

Kakinya melangkah lebar memasuki halaman diikuti oleh para penjaga istana dibelakangnya. Para dayang serta abdi setia Jieun terlihat gusar dan khawatir. Mereka berbondong-bondong melihat kedatangan kepala kepolisian Park yang berseru pada dua penjaga untuk menyeret Jieun, Ratu mereka layaknya tahanan. Tentu saja kericuhan mulai terjadi akibat para dayang berusaha melindungi Ratu mereka sekuat tenaga. Namun tetap saja semua itu tak bertahan lama. seojoon berhasil masuk ke dalam Kamar Jieun dan menjemput wanita terhormat itu sesuai perintah Raja.

Wajah Jieun tertunduk lesu. Kedua tangannya saling meremat kuat hingga terlihat buku-buku kepalan tangan memerah serta berkeringat. Tubuh yang terbalut dengan hanbok sutra berwarna keemasan itu bergetar seiring Jieun yang masih syok akan keadaan.

"Mama, silahkan anda ikut dengan saya untuk pergi menuju ruang interogasi yang sudah ditunggu oleh Yang Mulia Raja."

Jieun masih diam ditempat duduknya, tak ada jawaban maupun kata selaan yang ingin ia ucapkan. Wanita itu masih fokus dengan semua kejadian yang terjadi begitu membingungkan dirinya. Berpikir siapa yang sudah memunculkan konspirasi sebesar ini padanya.

Tak ada jawaban dari sang Ratu membuat Seojoon mengangguk memberikan tanda pada dua penjaga agar membawa Jieun keluar dari kamarnya secara paksa. Jieun yang mengetahui hal itu pun mendongak dengan mata memerah menahan tangisan.

"Aku bisa sendiri, jangan berani-beraninya tangan kalian menyentuhku." Desis sang Ratu sambil mendelik kan kedua matanya.

Seojoon hanya diam tanpa ekspresi diwajahnya. Ia pun memundurkan tubuh ketika Jieun dan dayang Cha mulai berjalan keluar dari kamar.

Kepala ia angkat dengan wajah memasang senyum palsu saat berjalan melewati lorong istana dengan dikawal oleh banyak penjagaan ketat. Banyak mata dari seisi istana melihat itu semua. Bisik-bisik terdengar membicarakan kelakuan sang Ratu utama yang ingin menyingkirkan Selir kesayangan Raja nya. Jieun meremat kepalan tangannya kuat, betapa sakit sekali hatinya menerima penghinaan dalam kurun waktu sesingkat ini.

Mereka akhirnya tiba diruang interogasi. dan tak disangka oleh Jieun— bahwa Jeonghyun sudah menunggunya disana. Lelaki tampan itu duduk menatapnya dalam keterdiaman. Tak ada sapaan maupun senyuman. Suasana di dalam ruangan sangat hening mencekam. Ada tatapan mata penuh kecewa serta amarah dari jelaga hitam milik suaminya. Namun Jieun tetap memasang senyum Semanis mungkin ketika membungkuk didepan Jeonghyun. Berupaya untuk tidak memperlihatkan kegelisahannya.

"Apa yang kau cari sebenarnya Jieun dari semua ini?"

Hening... Jieun tak ingin menjawab. Kepalanya masih tertunduk.

"Jawab aku Ratu! Apa yang mendorong mu untuk melakukan hal keji seperti ini! Apa kau sadar jika keselamatan Seoki dan bayi nya akan ada di dalam bahaya besar jika racun itu bekerja dalam waktu cepat? Apa kau tidak memiliki hati? Bisa saja mereka berdua tidak selamat... Kau... Kau..." sang kaisar kehilangan kata-katanya.

Jieun mendongak, ia seakan tak percaya. Kata-kata Jeonghyun membuatnya merasa terpojok.

Ia memang sangat membenci sosok Taehyung yang selalu menjadi prioritas utama bagi suaminya itu. Tetapi ia tidak sama sekali melakukan tindakan bodoh seperti ini.

"Jeoha, aku tidak melakukan itu semua..." Balasnya dengan lirih. Kedua mata Jieun berkaca-kaca. Ada perkataan yang ia simpan sekuat hati tak ingin dilontarkan atau mungkin lisannya terlalu kaku untuk berucap.

"Semua bukti merujuk padamu dan kau masih mengelaknya juga Jieun? Apa yang kau cari dari ini semua hah? Hidupmu Sudah sangat  baik dengan posisi paling kuat di istana ku tapi kau malah Membuat posisi itu kotor akan kelakuanmu!"

Suara amarah Jeonghyun menggelegar di dalam ruangan interogasi itu.

"Aku mengelak karena memang bukan aku yang menaruh racun diminuman nya Jeoha, aku bersumpah tidak melakukan itu Jeonghyun.. kau tidak percaya padaku?" tumpahlah tangisannya. Sakit sekali hatinya saat mendengarkan tuduhan itu dari mulut suaminya sendiri.

Namun Jeonghyun hanya menatapnya datar. Tidak ada tatapan simpatik sama sekali.

"Dulu kau tidak seperti ini Jieun ah,"

Bibir Jieun menarik senyum tipis "tentu saja aku sangat manis dulu karena cintamu belum terbagi dengan siapa pun. Dulu kau hanya milikku namun sekarang kau terus semakin pergi menjauh dariku, Yang Mulia..."

"Jadi  kau memakai alasan seperti ini untuk membuat konspirasi keji dalam merencanakan pembunuhan pada Taehyung? Benar begitu?"

"Jika dia mati itu akan lebih bagus ditangan ku tapi Sayang sekali aku tidak melakukan semua yang kau tuduhkan itu. Kau salah sasaran Jeoha." Jieun terus berupaya tersenyum ketika ia membalas setiap perkataan suaminya itu.

"..."

Jeonghyun terdiam. Begitu juga Jieun yang masih menatapnya.

"Aku sudah melupakan kejadian di masa lalu ketika Selir Jung tiada Jieun. Aku membutakan penglihatanku agar tidak menghukum mu, namun sekarang sudah tidak bisa lagi. Secepatnya kau akan menerima hukuman yang sangat pantas karena telah mencoba melenyapkan Taehyung, sama seperti dulu kau membunuh Nara serta bayinya juga."

Tubuh Jieun menegang total, tatapan Kedua mata terkunci setelah mendengar semua itu. Jeonghyun mengetahui perbuatan di masa lalu nya? Ia menangis bukan karena menyesali perbuatannya. Ia hanya takut karena Jeonghyun pergi dari hidupnya. Terlebih ia melihat tatapan kebencian itu terlihat sangat kental dari dua mata doe Jeonghyun nya. Ia juga takut akan posisi sang pangeran mahkota.

Dunianya seakan runtuh seketika, Jieun tak ingin mendengar segala ucapan Jeonghyun barusan. Hatinya tergerogoti kesakitan luar biasa setelah Jeonghyun pergi meninggalkannya dalam satu ucapan.

"Eksekusimu akan dilakukan besok Jieun... jadi bersiaplah untuk merenungkan semua dosa-dosamu itu dari sekarang. Tidak ada lagi kata maaf ataupun ampun. Kau pantas mendapatkan itu.... Kau akan diadili hukuman mati"


To Be Continued

Hehehe

Thread of destiny [Kookv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang