"Honey, ada tawuran di depan."
"Ya ampun, gimana ini?"
Brug!
"Sial. Anak muda itu,."
"Ya ampun, sayang gimana ini?! Mereka lari kesini!"
"Anj—"
Prang!
"Ya Tuhan!"
Kap mobil Zaven penyok akibat kayu yang terlempar dari salah satu anak yang sedang beradu kekuatan di perempatan jalan, begitu juga dengan kaca mobil bagian samping kemudi atau lebih tepatnya dimana Pamela duduk.
Salah satu anak menyadari bahwa yang berada di dalam mobil yang terjebak tawuran itu adalah mobil milik Pramoedya, ia kenal.
Umpatannya pun terhenti begitu saja kala sorot matanya dibalas oleh tatapan tajam mata biru Zaven.
"WOY BERHENTI! BERHENTI!"
Instruksinya tidak begitu di dengar karena tawuran masih berlangsung, Pamela semakin ketakutan di dalam mobil. Mereka terjebak saat ini, tidak bisa mundur ataupun maju.
Zaven yang ingin keluar pun tidak bisa, ia harus menjaga Istrinya. Bahaya jika mobil di buka dan anak - anak yang sedang kalap itu masuk.
Dengan segera anak yang bertatapan dengan Zaven itu melipir dari gerombolan, dahinya terdapat darah namun tidak ia hiraukan.
"Halo bos, bos gawat bos. Gue lagi beresin geng motor di perempatan tapi tiba - tiba ada mobil Pramoedya nih, kejebak bos."
Suaranya bergetar ketakutan, ia takut dengan Zaven dan ia juga takut dengan seseorang yang sedang di teleponnya, —Marvin, ketua blackmoon.
"Oke bos," jawabnya lalu menutup telepon.
Marvin memerintahkannya untuk menjaga Zaven dan Pamela, mengalihkan perhatian geng motor yang brutal itu kalau bisa. Dengan sesegera mungkin Marvin menuju ke lokasi.
30 menit kemudian, Marvin datang dari arah belakang mobil. Ia memarkirkan motornya tepat di sebelah mobil Zaven, hingga kedua orang tua sahabatnya itu menoleh menyadari kehadirannya.
Dengan tatap mata tajam, aura dingin Marvin menguar membekukan lokasi tawuran begitu saja. Ia belum mengeluarkan sepatah kata atau pun bertindak, tawuran itu tiba - tiba saja berhenti hanya mendengar deruman motor Sang Ketua blackmoon.
"Bos," ucap beberapa anggota blackmoon yang lukanya tidak separah lawan, mereka berdiri berjajar sedangkan geng lawan di belakang hanya memandang heran.
Mereka tahu siapa Marvin dan sebenarnya malas sekali berurusan dengan ketua blackmoon yang tidak bisa di usik sama sekali itu, mereka berani tawuran karena hanya bersama anggota blackmoon generasi baru saja.
"BUBAR!" Teriak Marvin kencang hingga menakuti semua orang yang ada di sana, bahaya jika Marvin lebih marah lagi, bisa - bisa satu persatu dari mereka masuk IGD.
"Ngurus geng motor kecil aja gak becus lo pada," desis Marvin pada anggotanya yang menunduk ketakutan, tugas mereka gagal.
Pamela menceritakan kejadian tawuran tadi hanya sampai situ, ia juga menunjukkan lukanya tidak parah dan tidak dalam jadi Jasmine tidak perlu cemas lagi.
"Ayo sekarang kita turun, pasti ibu mu sudah di bawah," ucap Pamela, sambil mengelus lembut surai kecoklatan Jasmine.
"Ibu?" Tanya Jasmine heran, Ibu siapa yang di maksud Pamela?
"Iya, daddy ngundang Ibu Rahma dan adik - adik panti makan malam bersama," jawab Pamela mengejutkan Jasmine, puterinya itu seketika berdiri dengan mulut menganga, kedua mata birunya berbinar sangat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...