[ SEASON II | J Edition ]
Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun?
Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari sudah sore, tapi Jasmine masih betah main di taman belakang mansion di temani oleh Marvin, Jay dan Asih.
Jasmine cantik dan anggun sekali, seperti biasanya. Ia memakai tunik putih dengan tali model spageti bermotif bunga - bunga biru dan di padukan drngan rok putih berenda panjang semata kakinya
Kulit putihnya bersinar, cantik sekali ketika mata biru itu menatap sekelilingnya.
Asih jadi ingat pertama kali ia bertemu dengan Nona Mudanya, Jasmine tidak pernah berubah meski sedang sakit seperti ini. Asih berharap, majikan mudanya itu akan segera sembuh.
Bagi Asih, sama seperti Jay; Jasmine bukan hanya anak majikannya, tapi seperti adik kesayangannya.
Senyuman dan bahagianya Jasmine menjadi bahagianya Asih dan Jay.
"Marvin, bisa gak kamu ceritain gimana awal pertemuan kita?"
Jasmine penasaran, bagaimana ya; romantisnya dirinya dan Marvin sebelum kejadian yang menimpa dirinya?
Melihat betapa sayangnya Marvin dan setianya Marvin, Jasmine berpikir mungkin dulu mereka seromantis itu.
Berbeda dengan binar harap di kedua mata Jasmine, Marvin justru mendelik. Tak mungkin 'kan, ia ceritakan kalau hubungan mereka dulu penuh pertengkaran?
Iya, iya. Marvin mengakui; ia jatuh cinta pada gadis bermata biru yang galak dan berani mengumpat di depannya.
Ada banyak perempuan sok cantik, sok manja dan lembut kepadanya, tapi herannya Marvin malah tertarik pada Jasmine yang melotot padanya setiap kali bertemu.
"Ihh kok diem aja?!" Jasmine menghentakkan kakinya kesal.
"Ck. Gak usah di ceritain," jawab Marvin berdecak, tangannya memetik bunga melati yang ada di dekatnya; lalu menyelipkannya di telinga Jasmine.
"Kenapa? Harus di ceritain dong, biar aku cepet sembuhnya. Kamu gak mau aku sembuh dan inget semua kenangan kita?! Kenapa?! Kamu punya salah ya sama aku? Jangan - jangan sebelum aku kecelakaan, aku mergokin kamu lagi selingkuh, makanya aku jadi kesel dan emosi, kena mental, terus pengen lupain semuanya dan bener - bener di qobul jadi hilang ingatan!!!??"
Jasmine mengatakannya dalam satu tarikan nafas. Matanya melotot, kedua tangannya berdecak pinggang di hadapan Marvin.
Tuh kan. Marvin bilang juga apa, dirinya ini aneh sekali. Jatuh cinta pada perempuan yang berani galak di hadapannya.
Lihatnya kedua mata biru yang berkilat itu. Semakin galak malah Marvin semakin cinta.
Sedangkan di belakang mereka, ada Asih yang Jay yang meneguk air di gelas masing - masing. Nona Mudanya yang berbicara, mereka yang sesak dan haus.
"Kok diem aja?! Bener ya?!" Cerca Jasmine terus menerus. Ia semakin mendekat dan kini kedua tangannya memegangi kedua rahang tegas Marvin.
Bukannya takut, atau bahkan marah, Marvin justru menikmati sentuhan Jasmine padanya. Matanya memejam sebentar lalu kembali terbuka dan menatap Jasmine penuh cinta.