[ SEASON II | J Edition ]
Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun?
Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu hal yang dapat Jasmine simpulkan melihat kejadian di hadapannya saat ini; bahwa Marvin benar - benar mencintainya, hanya dirinya dan tak ada perempuan lain.
Dengan ingatan yang kabur, Jasmine berusaha merekam semua yang terjadi pada dirinya dan sekitarnya, yang barangkali saja ada sesuatu yang bisa membantunya mengingat.
Jasmine yakin, ada banyak petunjuk yang bisa ia dapatkan dari setiap sesuatu yang terjadi padanya. Maka dari itu, untuk mengumpulkannya; Jasmine butuh bersosialisasi dan menjadi orang yang tidak kenal takut.
Kamu tau, saat ini kamu hanya di kenal sebagai Jasmine, anak buangan yang tinggal di Panti Asuhan, siswi beasiswa yang sepertinya di mata orang - orang; tak apa untuk di rundung.
Kalimat pada paragraf terakhir yang ia baca dalam buku catatan pribadinya, bisa Jasmine simpulkan; hidupnya tidak seperti Tuan Putri yang di sukai semua orang.
Ada banyak orang yang tidak menyukainya. Jasmine harus menemukan mereka, harus tahu dan mengingat apa yang menyebabkan mereka tak menyuka dirinya dan mengambil langkah aman untuk memperbaiki apa yang di rusak oleh orang - orang di dalam dirinya.
Jasmine rasa, hilangnya ingatan juga mengacu kepada hal traumatis yang pernah di alami seseorang. Ada banyak luka yang tersimpan dan sangat ingin di lupakan, menyebabkan semua ini terjadi —selain penyebab utamanya adalah benturan keras di kepala.
Jasmine saat ini sedang menyaksikan bagaimana gadis yang bernama Disa menangis di maki - maki oleh Marvin, setelah ia mencoba untuk menggoda Marvin dan merebut cowok itu dari rangkulannya.
Jasmine santai saja, ia tidak bereaksi apapun. Tidak seperti biasanya sebelum amnesia, bisa - bisa Jasmine menangis dan marah tak memandang tempat.
Kini, Jasmine terlihat lebih tenang dan dewasa.
Zayden memperhatikan tingkah adiknya itu, ia tersenyum bangga.
"Marvin, apa yang lo harepin lagi dari cewek buangan yang ilang ingatan itu?! Dia lupain lo, semudah itu dia lupa sama orang yang berjuang buat dia!" Hardik Disa dan menunjuk Jasmine tepat di depan wajah cantiknya.
Marvin tentu saja naik pitam, apalagi Zayden. Namun sebelum mereka bergerak, Jasmine sudah lebih dulu menepis kasar jari Disa.
"Kak, lo tau gak sih? Kehidupan ini milik Tuhan. Gue, lo atau siapapun di dunia ini gak akan ada yang bisa ngatur sesukanya. Kita semua ada dibawah kendali Tuhan," ucap Jasmine mengubah tatanan bahasanya, tak sesopan biasanya namun masih dibawah kendali emosi yang baik.
Jasmine maju selangkah, memperhatikan Disa dari atas kepala sampai ke bawah kaki.
"Lo cantik, gue yakin tanpa lo tau ada seseorang yang merhatiin lo. Jangan maksain perasaan orang yang lo suka supaya dia juga punya perasaan yang sama kaya lo, jangan rendahin diri lo dengan godain orang yang lo suka demi dia jadi milik lo, jangan mencaci orang yang lo anggap saingan cuma karena takdir Tuhan buat lo beda sama kemauan lo. Jangan hidup kaya gitu, kak."