setelahnya

236 16 2
                                    

Angin berhembus, menerbangkan helaian kain. Sinar mentari mengintip malu-malu pada celah. Mengganggu 2 pasang mata yang terpejam. Sesuatu bergerak dalam selimut, mencoba mencari kehangatan dengan mendekatkan suhu tubuh kedua kulit. Tangan bergerak, berusaha mendekap lebih erat tubuh masing-masing.

Beomgyu tersenyum, matanya masih terpejam. Enggan untuk terbuka. Sebelah tangannya yang kebas Karena di gunakan sebagai tumpuan tidak ia pedulikan. Nyatanya malah membuat nyaman. Kakinya bergerak, merapat pada sepasang kaki di balik selimut. Namun nyatanya kantuk sudah tidak ia rasakan, kelopaknya perlahan terbuka. Menampakan sepasang bola mata berwarna kecoklatan. Ia menoleh, menatap wajah yeonjun yang masih terpejam. Sebelah tangannya bergerak, mengelus surai kakak tirinya dengan lembut.

"Hyung"

Wajah di depannya mengerut, terganggu. Kelopak matanya bergerak namun tidak membuka. Beomgyu yang memperhatikannya tersenyum. Menggigit pelan hidung yeonjun dengan gemas.

"Nghh hentikan"

Beomgyu terkekeh, tangannya berpindah. Memeluk tubuh yeonjun semakin erat.

"Kau tidak kuliah?"

Beomgyu tidak menjawab, matanya kembali memejam.

Yeonjun yang sudah bangun dari tidurnya bergerak, mencoba melepaskan diri dari pelukan adik tirinya.

"Choi Beomgyu, bangun. Kau harus kuliah"

Bukannya terlepas, pelukan Beomgyu malah semakin mengerat. Yeonjun yang sudah lelah akhirnya menyerah.

"Pantatmu masih sakit?"

Tangannya bergerak, mengelus punggung telanjang yeonjun dengan lembut.

"Hmm"

Beomgyu tersenyum, usapannya turun. Membelai lembut pipi pantat kakaknya.

"Hentikan atau kupatahkan penismu"

Ia terkekeh, usapannya tidak berhenti.

"Aku hanya mencoba mengurangi sakitnya"

Yeonjun menghela nafasnya, memukul pelan dada telanjang Beomgyu. Tubuhnya bergerak, semakin merapat pada tubuh sang adik. Mendekatkan kepalanya pada perpotongan leher Beomgyu mencari kenyamanan.

"Kuliahmu jam berapa?"

"Jam 10"

Tangannya melingkar, memeluk pinggang pria di depannya. Masih ada waktu sekitar 2 jam lagi. Biarlah dirinya menikmati moment saat ini. Tanpa memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya.

.
.
_______________________________________
.
.

"Aku akan menjemputmu setelah tutup toko"

Yeonjun mengangguk, berdiri di samping beomgyu yang duduk di motornya.

Beomgyu tersenyum, tangannya terangkat mengelus sebelah pipi kakaknya.

"Aku pergi dulu"

Setelahnya tubuh Beomgyu menghilang bersama motornya.

Yeonjun berbalik, tangannya merogoh sakunya untuk mengambil kunci toko. Namun kehadiran seseorang di sampingnya membuat ia terkejut.

"Sialan Choi Soobin"

Soobin terkekeh, tangannya bergerak mengelus surai biru yeonjun. Matanya bergulir, menatap tanda kemerahan di leher yeonjun.

"Wah sepertinya malammu benar-benar panas yeonjun-ssi"

Yeonjun memutar matanya malas, tidak meladeni ucapan Soobin. Tangannya sibuk membuka rolling door toko.

Soobin tersenyum, kakinya melangkah masuk setelah toko terbuka. Disusul yeonjun di belakangnya.

"Jadi? Kalian sudah meresmikannya?"

Yeonjun melangkah ke balik meja kasir, mulai mengaktifkan mesin hitung di depannya.

"Meresmikan apa?"

"Hubungan kalian tentu saja"

Yeonjun tidak menjawab. Kakinya melangkah melewati rak-rak toko untuk ke ruang staff.

Soobin yang melihatnya hanya mengikuti yeonjun dari belakang.

"Tidak ada yang seperti itu"

Alisnya menukik, bersandar pada pintu di belakangnya. Menatap punggung yeonjun yang sedang mengambil sapu dan juga kain pel.

"Hei, kalian tidur tanpa sebuah hubungan?"

Gerakan yeonjun berhenti. Tubuhnya berbalik menghadap bossnya. Menatapnya.

"Hubungan kami kakak adik jika kau lupa"

Soobin berdecih, tangannya terlipat di depan dadanya.

"Apa kakak adik juga melakukan hal-hal yang kalian lakukan semalam?"

Yeonjun tidak menjawab, kepalanya menoleh tidak lagi menatap pada sang atasan.

"Tidak tahu"

Soobin yang kesal melangkah. Tangannya terangkat meremas bahu yeonjun lumayan keras.

"Choi yeonjun, kau sudah gila?"

Yeonjun menunduk, menggigit bibirnya dengan keras.

Soobin menghela nafasnya. Tangannya berpindah tidak lagi berada di pundak temannya.

"Kau harus mengatakan kebenarannya sebelum kau dan adikmu sama-sama terluka"

***

Beomgyu terkekeh, jemarinya sibuk menggambar sketsa di atas kertasnya.  Tidak memperhatikan Taehyun yang menatapnya dengan penasaran.

"Kau sudah gila apa gimana?"

Beomgyu menoleh, menatap sahabatnya.

"Kenapa?"

Taehyun menghela nafasnya, melupakan tugasnya hanya untuk menatap baemgyu dengan serius.

"Katakan apa yang terjadi"

Taehyun ini peramal atau apa sih? Seperti bisa membaca keadaan saja.

Beomgyu yang merasa di tatap juga menghentikan tugasnya. Melipat tangan ke atas meja. Badannya condong kedepan.

"Aku tidur dengan yeonjun"

Taehyun melotot, terkejut atas apa yang di sampaikan sahabatnya.

"Hei apa kau sudah gila"

Beomgyu mengangkat bahunya, kembali melanjutkan sketsanya.

"Choi Beomgyu apa aku perlu mengingatkanmu kalau dia itu kakakmu?"

"Kakak tiri"

"Hei tetap saja! Kalian masih sedarah!!"

Beomgyu kembali menghentikan kegiatannya. Menatap kertasnya tidak fokus.

"Aku mencintainya"

Taehyun yang kesal berdecih, tidak habis pikir akan jalan pikiran sahabatnya.

"Kau benar-benar sudah gila bung"

di dalam hati Taehyun berharap. Semoga saja kedepannya tidak ada lagi yang harus terluka.

-bersambung-

*
*

Haloo saya kembali, walaupun badan masih kurang fit hehehe, tapi pikiran kemana-mana. Miannnn updatenya kurang panjang. Efek pilek bikin ga bisa mikir huhu 🥲

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang