bagaimana selanjutnya

232 17 8
                                    

Beomgyu mengerjap kala sinar menusuk tepat pada retinanya. Kelopak terbuka lalu menguap. Masih merasa ngantuk akibat aktifitas semalam. Tangannya meraba pada celah kosong di samping, mencari keberadaan sang terkasih.

Kosong

Tapi suara benda beradu terdengar tidak jauh. Badannya terangkat sedikit, hanya untuk menatap punggung yeonjun di dapurnya.

Bibirnya tersenyum, kini tubuhnya bangkit. Duduk di atas kasur sambil memperhatikan sang terkasih.

"Masak apa?"

Yeonjun yang mendengarnya menoleh, menatap Beomgyu lalu tersenyum.

"Nasi goreng. Bangun dan cuci mukamu. Kita sarapan"

Beomgyu turun dari kasurnya. Memakai celananya lalu melangkah menghampiri yeonjun.

"Kau sudah mandi?"

Yeonjun tersenyum, kepalanya sedikit miring kala Beomgyu memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak.

"Menurutmu?"

Beomgyu terkekeh, kepalanya mengintip melihat hasil masakan kekasihnya.

"Baunya enak"

"Tentu saja, aku tidak sepertimu yang tidak bisa membedakan antara gula dan garam"

Keduanya tertawa, pelukan pada pinggangnya semakin mengerat.

"Aku mencintaimu Hyung"

Yeonjun menghentikan gerak tangannya lalu berbalik menghadap sang adik.

"Aku juga"

Mereka tersenyum, Beomgyu bergerak lebih dulu. Mencium ranum yeonjun lalu menghisapnya. Tangannya bergerak, mematikan kompor yang ada di belakang yeonjun. Lalu mengangkat tubuhnya untuk ia dudukan. Ciuman mereka tidak terlepas, malah semakin dalam dan semakin panas.

*
*

"Apa yang kalian lakukan?"

Keduanya terkejut, melepas ciuman mereka lalu menoleh ke arah suara. Kedua mata mereka membola kala melihat sosok sang ayah berdiri memperhatikan mereka dari ambang pintu.

Ada pepatah mengatakan. Di balik air laut yang tenang, maka akan ada tsunami setelahnya.

.
.
______________________________________
.
.

Mereka berhadapan, duduk di sofa tanpa ada yang berbicara.

Yeonjun menunduk, meremat jemarinya gugup.

Beomgyu yang melihatnya bergerak, menggenggam jemari yeonjun untuk menenangkannya. Padahal dirinya juga gugup setengah mati.

Kegiatan mereka tak luput dari pandangan sang ayah. Choi tertua menghela nafasnya. Memijat pelipisnya yang tiba-tiba merasa sakit luar biasa.

"Sejak kapan?"

Yeonjun tidak berani menatap, ia menggigit bibirnya kuat-kuat.

"Apanya?"

"Hubungan kalian tentu saja"

Beomgyu menarik nafasnya dalam-dalam.

"Beberapa bulan yang lalu"

"Yang benar saja!"

Tuan Choi menghela nafasnya kuat. Tangannya berpindah mengepal di atas paha. Pandangannya tidak lepas dari 2 orang di depannya.

"Choi Beomgyu apa kau sadar apa yang kalian lakukan?"

"Yaa aku sadar, aku mencintai yeonjun ----"

"DIA KAKAKMU CHOI BEOMGYU!!"

FATE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang