“selamat pagi tuan muda,” sapa beberapa pelayan yang tengah merapikan penampilan rumah mewah keluarga park.
dan sunghoon pun tersenyum tipis sebagai balasan untuk sapaan tersebut.
putra bungsu keluarga park itu nampak telah berpenampilan rapih, dengan pakaian formal andalan nya. yaitu sebuah kemeja polos yang di balut oleh jas hitam yang nampak di setrika rapih, di padukan dengan celana bahan dengan warna senada.
terlalu pagi untuk melihat seseorang berpenampilan rapih seperti sunghoon, bahkan tuan dan nyonya park yang baru saja menuruni tangga nampak masih menggunakan pakaian santai rumahan.
keduanya pun di buat kagum oleh kehadiran sang putra bungsu, yang sudah mengambil posisi duduk di salah satu bangku pada meja makan.
“kau bangun pagi sekali hoonie,” ujar sang ibu menghampiri meja makan besar itu, lalu menarik salah satu kursi yang tersedia di sisi meja.
di susul oleh tuan park yang duduk di sampingnya, dengan posisi berhadapan dengan sunghoon.
“ah, ayah ibu. selamat pagi.” sapa si bungsu menampilkan senyum tipis andalannya.
sempat lupa dengan kehadiran keduanya yang kini telah kembali kerumah, dalam hatinya sunghoon merutuki sifat pelupanya itu.
“hari ini apa agenda mu di kantor?” tanya sang ayah, memulai pembicaraan diantara ketiganya.
masih terlalu pagi untuk sarapan, tetapi beberapa pelayan telah berjalan kesana kemari sibuk menyiapkan beberapa menu sarapan.
butuh beberapa saat untuk membuat meja besar itu penuh dengan dengan beberapa jenis makanan.
meski begitu, ketiga belum ada yang menyentuh makanan yang telah tersusun rapih itu.
“aku hanya akan menemui beberapa klien saja, mungkin aku akan pulang lebih awal hari ini.”
tuan dan nyonya park nampak mengangguk mengerti, sedikit dibuat kagum oleh kebiasaan tekun putra bungsu mereka yang dapat menjalankan sesuatu lebih baik daripada yang mereka harapkan.
“ayah, ibu. kenapa belum menyentuh sarapannya? maaf, aku seharusnya tidak membawa ponsel ke meja makan.” ujar sunghoon kemudian, yang baru saja selesai melihat beberapa file penting yang di kirimkan oleh sekertaris nya pada benda pipih di sebelah tangannya.
ia merasa sedikit tidak nyaman karena beberapa saat lalu dirinya terlalu fokus pada ponselnya, sehingga mengabaikan kedua orang tuanya.
seakan mengerti dengan kekhawatiran sang putra, nyonya park pun tersenyum sejenak.
“kami tidak terganggu dengan itu hoonie, hanya saja .. di mana kakak mu? apa dia tidak ingin sarapan bersama?”
sunghoon sempat mengedipkan matanya beberapa kali. ah benar, jay belum juga terlihat pagi ini. apa pemuda itu lagi-lagi tidak tertarik berkumpul bersama?
keduanya orang tuanya nampak menatap nya dengan penuh harapan, seakan meminta sunghoon agar membujuk jay untuk sarapan bersama mereka.
entah apa yang sebenarnya mereka inginkan dari saudara kembarnya itu, padahal sebelumnya mereka bahkan tidak peduli dengan kehadiran jay di meja makan.
“aku akan memanggil nya,” ujar sunghoon pada akhirnya meninggalkan meja makan, dan kembali menaiki tangga menuju kamar sang kakak.
setelah sampai di depan pintu kamar jay, sunghoon pun mengetuk nya dengan sangat hati-hati.
“jongseong, sebaiknya kau turun untuk sarapan bersama.” panggil nya, dengan nada tenang yang tentu saja tidak akan menembus pintu besar itu. membuat sunghoon harus kembali mengeluarkan suara.