“nak jongseong,”
jay yang telah menghabiskan beberapa jam berdiam diri di balkon, sekedar menikmati hembusan angin malam yang cukup dingin untuk terus menerpa tubuhnya. berharap mengurangi semua perasaan tidak menyenangkan dalam dirinya.
sebelum langkah seseorang mendekat, sembari memanggil namanya. ia pun terpaksa di buat menoleh untuk melihat siapa yang baru saja datang menghampiri nya kemari.
“paman lee.” gumam nya lirih, bersatu dengan hembusan angin malam.
manik elang yang telah kehilangan binar nya itu mulai bergulir, menghindari tatapan sendu tuan lee yang kini berdiri di hadapannya.
sebelum kedua kakinya bersiap mengambil langkah untuk menjauh, sebuah dekapan hangat datang membalut tubuhnya yang hampir menggigil kedinginan.
“maafkan kami nak, kami tanpa sadar telah mengkhianati mu. kau pasti begitu terluka dengan kenyataan ini, kami benar-benar meminta maaf.”
jay tidak mengeluarkan sepatah katapun, masih terlalu enggan untuk menanggapi semua yang telah terjadi tanpa sepengetahuan nya.
tetapi rasanya tidak adil mengabaikan mereka yang selama ini selalu memelihara perasaan nya, memastikan dirinya tidak merasakan semua kesedihan ini.
“tapi kenapa paman, kenapa dia meninggalkan ku? padahal kita berjanji untuk hidup bersama,” sendu jay yang pada akhirnya hanya dapat terdiam dalam pelukan hangat tuan lee.
maniknya semakin meredup, tanpa adanya gairah untuk memperhatikan segala sesuatu yang berada di sekitarnya.
tidak. jay tidak menangis, ia tidak pernah lagi melakukan hal menyedihkan itu. air matanya telah terkuras habis sejak beberapa tahun lalu.
lihat, meskipun saat ini dirinya merasa begitu terpukul dengan kenyataan yang menyakitkan. ia bahkan tidak berhasil menjatuhkan satu tetes pun air mata.
“bolehkah paman menjelaskan semuanya padamu?” setelah mendapatkan sebuah anggukan singkat, tuan lee pun mengajak jay untuk duduk di salah satu sofa yang menghiasi area balkon.
sejenak keheningan menguasai keduanya, membuat hembusan angin malam terdengar jelas di telinga mereka.
“dulu sekali, jauh sebelum nak jongseong bertemu dengan chaewon. paman dan ayah mu merupakan rekan kerja, bahkan hubungan kami lebih dari itu. bisa di bilang, bahwa kami berdua adalah sepasang sahabat yang mempercayai satu sama lain.” tuan lee pun memulai ceritanya, menerawang masa mudanya bersama tuan park. di mana mereka sangat bergantung sama lain.
“hari itu paman sedikit terkejut saat melihat kehadiran mu di rumah kami, tetapi di sisi lain paman senang. sebab paman bisa melihat banyak hal tentang mu, apalagi saat tau nak jongseong berteman baik dengan chaewon dan juga heeseung. keluarga kami pun dapat mengenal mu dengan baik. tetapi kemudian hari itupun tiba, apa nak jongseong ingat ketika tuan dan nyonya park memutuskan membawa sunghoon dalam perjalanan bisnis mereka?”
jay yang sedari tadi memperhatikan dalam diam pun mengangguk sekilas. dulu dirinya terlalu kecewa pada keputusan kedua orang tuanya itu, sampai tidak ingin lagi mencari alasan apa yang sekiranya membuat dirinya di tinggalkan sendirian.
tetapi di dalam dirinya terdapat setitik rasa penasaran, yang selalu mendorong nya untuk terus mencari jawaban yang tepat atas perlakuan tidak adil kedua orang tuanya itu.
“bukan nya mereka lebih menyayangi nak sunghoon, dan tidak menyayangi mu. karena bagaimana pun orang tua selalu menyayangi anaknya tanpa ada sedikitpun perbedaan.” tuan lee tersenyum sejenak, lebih kepada sebuah senyuman sendu mengingat betapa perihnya perasaan jay kecil saat itu.