Bab 10

111 17 14
                                    

Geliat malam dan segala larangan 🔞🔞🔞

.

Dita berkali kali membuang nafas, mencoba membuat dirinya fokus pada mandinya, semua organ tubuhnya seolah protes dan berdemo menginginkan sesuatu, sabun dengan parfume yang selalu sama, dan selalu membuat akal sehatnya porak poranda.

Dia menyalahkan Ifone atas segala kegilaannya seharian ini, tapi bukankah memang itu tujuannya,

Menemukan Area dimanapun dia berada, lalu meminta tanggung jawabnya agar beban cinta yang beberapa waktu ini menghimpitnya bisa sirna ...

tapi kenyataannya ... hanya dengan senyum menawan Ares dia melupakan semua sakit dan kepedihan, gelap itu seakan hanya halusinasi, seperti mimpi di waktu tidur siang yang singkat.

Tatapan Ares tak berubah setelah mereka bergantian masuk kamar mandi, yang lebih gila Dita sama sekali tidak membawa pakaian tidur, semua ini karena Ifone yang bilang suhu minus sekian derajat jadi dia membawa sweater dan sebangsanya,

Sedangkan di dalam rumah suhu normal karena segala pemanas berfungsi, Dita bahkan merasakan duduk di kursi depan perapian, kemudian termangu karena tak jauh dari kursi itu adalah ranjang yang luas dengan cahaya kuning temaram.

.

"Mikirin apa si loh Dita ... pleasee ...

Tapi gue ngebayangin having sex di ranjang itu ...  "

.

" Kamu ga keringin rambut Dit ... ?"

.

"Ooh, ada ya ... "

.

"Udah di situ aja, aku yang keringin"  Dita hanya tersenyum menurut ketika Ares mulai mengusak rambutnya lalu mengeringkannya dengan hair dryer,

.

"Negara ini ga pernah mati lampu kali ya ... ?" tanya Duta sekenanya,

.

"Bahaya sih, mati lampu sebentar aja di jamin kenapa hipo di dalem rumah"

.

"Kalo sampe seharian jadi freezer ... "

.

"Naah itu dia ... mmm udah kering rambutnya"

.

"Mas ... Ares ..."

.

"Hmm ..."

.

"Ayo bicara serius ..."

.

Ares mendesah, keadaan kembali pada kondisi awal pertemuan di resto seberang apartement Ifone.

.

"Yah, sekarang mau kamu gimana ?"

.

"Kok tanya aku maunya gimana ?

Kamu tuh kabur dari aku, kabur dari keluarga ..."

.

"Kan aku udah bilang sama kamu, aku merasa tertekan ada di rumah, aku harus menganggap orang yang ku nilai asing sebagai orang tuaku,

mama ... aku merasa mama mengekangku untuk tinggal di rumah, pulang kerumah, dan melakukan aktivitas di rumah ...

aku tidak terbiasa ...

Untuk papa aku tidak ada komplenan"

.

"Aku ... gimana dengan aku ..."

So Far Away (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang