Happy reading sahabat
***************Di ruang kerja Ella dan Papanya Kelvin tengah berbicara dengan serius.
“Ella, kamu benar-benar menyukai Kelvin?”
Aku harus menjawab Iya biar Kelvin tidak memotong gajiku, batin Ella. “Iya Om, saya dengan tulus menyukai Kelvin,” balas Ella.
“Om hanya berpesan sama kamu, jaga Kelvin dengan baik. Om menitipkannya padamu, sejak ibu kandungnya meninggal dia berubah menjadi anak yang tidak banyak bicara dan sikapnya tidak seceria dulu, padahal Kelvin anaknya manja dan suka dengan keramaian,” jelas Papanya Kelvin.
Ella menganggukkan kepala. “Ella akan menjaga Kelvin dengan baik, Om,” imbuhnya.
“Om percaya sama kamu dan juga menyetujui hubungan kalian.”
Setelah selesai Ella dan Papanya Kelvin keluar. Kelvin langsung menghampiri Ella seraya memegang tangannya.
“Ella, tadi papa tanya apa saja sama kamu?”
“Ada deh … ya, Om,” sahut Ella sembari mengangkat salah satu alisnya ke atas.
“Hizz …, kita pulang sekarang. Pa, Tante, Elsa, aku balik dulu, ya,” pamit Kelvin.
***
“Kita sudah sampai, Ella.”
Gadis cantik itu masih tertunduk merenungi pesan yang disampaikan Papanya Kelvin. Beribu-ribu kali di dia berpikir pria sedingin bongkahan salju itu menyimpan kesedihan yang begitu dalam karena menanggung rindu pada almarhum ibunya.
Ella merasa bersalah telah membohongi pria paruh baya itu hanya demi kepentingannya sendiri. Ia telah merusak kepercayaan yang sudah diberikan.
“Ella, kamu mau turun atau ikut aku lagi?” ucap Kelvin sekali lagi.
“Terima kasih sudah mengantarku,” sahutnya sembari membuka pintu.
“Tunggu.” Kelvin menarik pergelangan tangan Ella sampai membuat gadis cantik itu duduk kembali di sebelahnya.
“Ada apa lagi? Aku sudah melakukan apa yang kamu suruh, bahkan sudah bohong sama Papamu,” Ella bertanya seraya menatap mata Kelvin dengan sorot mata sendu.
Kelvin menghela nafas panjang. “Terima kasih untuk hari ini,” ucapnya lembut.
“Iya,” balas Ella datar, kemudian gadis cantik itu keluar dari dalam mobil.
Kelvin menatap punggung gadis cantik itu yang tengah berjalan memasuki apartemennya. Dadanya seperti ada percikan api asmara yang membangunkannya dari tidur yang panjang. Getaran cinta yang menggelitik di sudut hatinya memaksanya melihat gadis cantik itu lebih lama sampai tak terlihat barulah dia melajukan mobilnya kembali meninggalkan apartemen Ella.
Hansel memukul setir mobilnya kasar melihat pemandangan yang memuakkan. Matanya menyala seperti ada api pada pupilnya, entah sejak kapan Hansel mengawasi apartemen Ella. Dendam yang membawa membawanya larut ke dalam kebencian yang semula pernah menyayanginya, tetapi karena rakus dengan jabatan dan uang Hansel mendepak Ella dan lebih memilih wanita lain yang tak lain adalah anak dari bosnya.
Sementara di tempat lain.
Clara sedang sibuk berkencan dengan teman prianya yang baru. Sahabat Ella yang satu ini memang banyak sekali teman pria hanya untuk bersenang-senang. Bentuk tubuhnya yang seksi seperti model serta wajah cantik yang dimilikinya mampu menggaet pria manapun.
Akan tetapi, kecantikannya tidak semerta-merta untuk mengincar pria kaya. Dia hanya akan serius dengan satu laki-laki, jika effort lelaki itu lebih besar darinya. Clara memiliki toko butik sendiri dengan koleksi berbagai macam model gaun hasil dari rancangannya sendiri.
“Sayang, kamu sedang mikirin apa? Serius banget wajahmu, dari tadi aku lihat kamu selalu membuka ponsel, memangnya nunggu kabar dari siapa?” tanya pria itu.
“Garvin, Ella sedang apa ya? Dia lama gak kasih kabar, biasanya sedikit-sedikit dia nyari aku, kasih kabar, ngajak makan, sejak dia kerja di tempat baru sampai sekarang belum pernah cerita apapun. Aku jadi khawatir,” jelas Clara seraya menyender di bahu pria itu.
“Mungkin dia banyak kerjaan yang harus diselesaikan, memangnya dia kerja dimana?” Garvin bertanya seraya membelai lembut rambut Clara yang hitam dan panjang.
“Katanya di perusahaan kosmetik, tapi aku lupa dimana gitu. Kapan-kapan deh, aku tanya Ella trus kita main kesana sebentar, gimana?” tanya Clara. “Ella pernah bilang kalau, bosnya itu yang pernah dimaki Ella di klub malam,” tambah Clara menceritakan sedikit yang diketahuinya.
“Kamu tanya aja sama dia, kalau sudah dapat informasinya, kita main ke sana.”
“Oke sayang,” Clara menjawab seraya mengacungkan dua jempol ke atas.
Tidak berselang lama dering ponsel Clara bergetar. Ia langsung mendorong dada Garvin ke belakang disaat pria itu ingin memeluk Clara.
“Sebentar sayang.” Clara langsung berlari mengambil ponselnya di atas meja. Dia menatap layar tipis itu dengan tersenyum lebar dan kegirangan lantaran Ella telah menelepon dirinya. Tidak menunggu lama, Clara seketika menjawabnya.
“Halo Ella, kemana saja kamu? Kamu baik-baik saja kan? Baru saja aku memikirkanmu, kamu sudah menghubungiku. Kita memang punya ikatan batin yang kuat.”
“Haih Clara, kalau kamu nyerocos terus aku kapan bicaranya.”
“Ya sudah, sekarang cepat gak pakai lama ceritakan padaku, apakah bosmu yang gila itu telah menindasmu.”
"Sayang, siapa yang telepon,” Garvin berteriak dari ruang tamu dimana dirinya berada di butik Clara.
“Suara siapa itu Clara? Kamu sedang pacaran sama cowok mana lagi?”
“Sudah biarkan saja, cerita saja cepat.”
Ella menghela nafas panjang sembari masih memegang menempelkan ponselnya di telinga.
“Aku sekarang menjadi tunangan Kelvin, bosku di kantor.”
“WHAT, kok bisa.”
“Pelankan suaramu, gendang telingaku bisa pecah gara-gara kamu.”
“Hahahaha, maafkan aku sahabatku Ella yang bloon.”
“Aku terpaksa mengikuti permainannya, kalau tidak mau, gajiku bakalan di potong. Pokoknya gitulah. Panjang ceritanya. Ya sudah besok kita ketemu, setelah aku pulang kerja di kedai Bang Mail.”
“Oke.”
Clara menutup teleponnya setelah selesai, kemudian gadis seksi itu mendekati Garvin kembali.
“Siapa yang telepon,” tanya Garvin sekali lagi.
“Ella, besok aku ajak ketemu dia, ya?”
“Terus kapan aku bisa mengajakmu bertemu keluargaku?”
DEG …
Detak jantung Clara seketika terasa berhenti. Ia menatap wajah Garvin seakan tak percaya pria yang belum lama dikenal ingin menjalin hubungan yang lebih serius. Pertama kali dalam hidup wanita seksi itu ada seorang pria yang dengan tulus ingin mendampinginya.
“Secepat itu? Kita kan baru juga kenal sayang.”
“Tidak masalah, karena aku serius sama kamu,” balas Garvin dengan nada tegas.
Sontak ucapan Garvin membuat mata Clara seketika berkaca-kaca. Netra berwarna coklat itu tak mampu lagi membendung buliran-buliran bening yang jatuh membasahi pipinya.
Clara merengkuh tubuh Garvin, memeluknya kuat-kuat dengan derai air mata kebahagiaan.
“Tapi, apakah orang tuamu akan menyetujui hubungan kita?” tanya Clara sembari melepas pelukannya.
😃❤️ yuhuuuuu jangan lupa beri Vote dan komentar. Terimakasih ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE is SWEET ( TERBIT )
Teen Fiction* Follow dulu yuk sebelum membaca * Kesialan menghampiri Ella dengan bertubi-tubi. Sudah putus cinta, malamnya mendapat masalah dengan pria tak di kenal di sebuah klub malam. Dan lebih sialnya lagi. Pria itu adalah atasan barunya dimana Ella mendap...