Pukul setengah tujuh malam. Clara dan Ella masih berada di kedai Bang Mail sejak pukul empat sore. Semua menu makanan yang mereka pesan sudah habis tak bersisa."Clara, mana cowokmu kok belum datang juga?"
"Sebentar lagi juga sampai, tadi udah aku share lokasi ke sini."
Tiga puluh menit telah berlalu. Seorang pria memakai kemeja polos berwarna biru muda dan celana jins berjalan mendekati meja Clara. Aroma maskulin yang khas menyebar ke seluruh ruangan yang tidak terlalu besar, sampai menyita perhatian Clara yang tidak asing di hidungnya.
Gadis seksi itu seketika memalingkan pandangannya ke arah pintu, dengan senyum bahagia dan bola mata yang berbinar.
"Lama menunggunya, sayang," ucap Garvin, berdiri di sebelah Clara sembari tangannya mengusap lembut puncak kepala pacarnya.
"Tidak, sini duduk disebelahku," sahut Clara dengan suara lembut sembari menggeser bokongnya. Pria itu pun duduk di sebelah Clara seraya memegang tangannya dengan mesra. "Ella, kenalin ini Garvin yang aku ceritain. Sayang, ini Ella sahabat baikku."
Ella mengulurkan tangannya disambut oleh Garvin.
"Ella."
"Garvin."
"Sayang, sudah makan belum? Apa aku pesan makanan dulu?" tanya Clara seraya membuka buku menu.
"Tidak usah, sayang. Kita nanti di rumah Papa, Mama bisa makan, tadi Mama masak enak," jawab Garvin.
"Oh ya, ya sudah kita berangkat sekarang. Ella, aku tinggal duluan, ya," pamit Clara.
"Iya, sana aku bisa pulang sendiri."
Setelah berpamitan dengan sahabatnya, Clara dan Garvin beranjak dari tempat duduknya. Mereka berjalan berdampingan dengan romantis. Tangan kiri Garvin melingkar di pinggang seksi Clara, sedangkan Ella masih pada posisi duduknya menatap punggung mereka berdua seraya menghela nafas pelan.
"Kapan aku bisa seperti mereka," batin Ella.
Gadis cantik itu pun melangkahkan kaki pelan, keluar dari kedai setelah menyelesaikan semua pembayarannya. Ella malam ini lebih memilih berjalan kaki terlebih dahulu di sepanjang trotoar. Ia menikmati udara malam yang dingin dibawah sinar bulan dan bertabur bintang di langit yang gelap.
Di bawah lampu kota yang terang, sepanjang jalan Ella melihat sepasang muda mudi tengah berdua menjalin kasih. Ia berharap malam minggu ini juga bisa merasakan rasanya menghabiskan malam bersama orang terkasih, tapi apalah daya gadis cantik itu masih menjomblo, meskipun statusnya bertunangan. Akan tetapi, faktanya itu hanya sebuah rekayasa.
Sementara di tempat yang berbeda.
Clara masih berada di kediaman Garvin, lebih tepatnya di rumah keluarganya. Rumah mewah yang menjulang tinggi ke atas seperti istana, berbagai macam mobil mewah berjejer di parkiran yang luas. Clara menyapa kedua orang tua Garvin sembari mengulurkan tangannya. Wajah yang ramah dan sorot mata kebahagiaan terlihat jelas dari raut wajah gadis itu.
Selama disana, Clara bersikap sopan terhadap kedua orang tua Garvin. Dia juga menjaga tutur katanya dengan baik, pakaian yang dikenakan juga tidak terlalu terbuka dan tidak mencolok.
Kesederhanaan dan sikap apa adanya mampu menyulap Garvin dan Mamanya terpikat dengan keramahan Clara. Akan tetapi, berbeda dengan Papa Garvin yang sedari tadi tidak banyak bertanya padanya.
"Clara, kesibukanmu apa sekarang?" tanya Mamanya Garvin.
Clara tersenyum ramah menatap mata Mamanya Garvin. "Saat ini saya mengelola butik peninggalan almarhum Bapak dan Ibu, sekaligus saya sendiri yang mendesain semua gaun-gaunnya," Clara menjawabnya dengan sopan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE is SWEET ( TERBIT )
Teen Fiction* Follow dulu yuk sebelum membaca * Kesialan menghampiri Ella dengan bertubi-tubi. Sudah putus cinta, malamnya mendapat masalah dengan pria tak di kenal di sebuah klub malam. Dan lebih sialnya lagi. Pria itu adalah atasan barunya dimana Ella mendap...