Bab 7. malapetaka kopi

71 31 3
                                    

Happy reading teman-teman
terima kasih sudah menunggu setiap bab baru
*****************************

Ella tersentak kaget mendengar telepon kantor berdering di atas mejanya. Dengan cepat dia mengulurkan tangan mengangkat gagangtelepon itu kemudian menjawabnya.

“Ella, ke ruanganku sekarang juga! dan buatkan aku kopi,” Kelvin menelepon dengan suara tegasnya.

Ella meregangkan gagang telepon itu dari telinganya sembari mengerutkan kedua sudut alisnya yang menyatu, pasalnya sebelum dirinya menjawab, Kelvin sudah menutup teleponnya terlebih dahulu.

Gadis cantik itu melenguh kesal sembari menggelengkan kepala.

“Dasar atasan sinting. Sok berkuasa dan ke gantengan, sudah orang dingin, kaku juga. Aku beri julukan  pria kaku sajalah,” ucap Ella kesal sembari meletakkan gagang telepon. “Aku ini sekretaris atau babu, sih,” gumam gadis cantik itu sendirian, seraya mendorong kursinya ke belakang dengan kasar.

Tidak mau terkena amarah, Ella langsung meninggalkan pekerjaannya kemudian bergegas membuatkan kopi untuk pria kaku itu di pantry.

Ella mengambil gelas kemudian memasukkan dua sendok kopi dan satu sendok gula ke dalamnya.

“Takarannya sudah sesuai dengan selera pria kaku itu, pastinya,” ujar Ella sendirian sambil memasukkan air panas ke dalam gelas.

“Eh, Ella sedang apa?” Karin bertanya disaat kebetulan dirinya juga ingin membuat teh hijau.

Ya, gadis satu ini sangat sering minum teh hijau demi menjaga penampilannya agar terlihat langsing dan banyak mendapat pujian dari para kaum hawa, terlebih lagi Kelvin. Akan tetapi,  sangat disayangkan sekali pria itu tidak pernah memuji penampilannya, memperhatikannya saja tidak.

“Aku sedang membuatkan kopi hangat untuk Pak Kelvin,” jawab Ella dengan senyum manisnya. “Oh, di mana sendok kecilnya yang buat mengaduk kopi,” tambah Ella berucap sembari celingukan menoleh ke kanan dan ke kiri.

“Ada di rak atas, Ella. Itu di belakangmu,” sahut Karin sembari menunjuk ke arah tembok yang ada di belakang gadis cantik itu.

Ella menoleh ke belakang melihat tembok di depannya. “Haih, di mana mataku. Tempat peralatan makan segitu besarnya saja, aku tidak melihat,” ujar Ella lalu mengulurkan tangannya mengambil sendok pengaduk kopi.

Karin menatap gadis cantik itu dengan sorot matanya yang tajam sembari tersenyum tipis. Di saat ada kesempatan emas, Karin tidak melewatkan kesempatan dengan begitu saja. Tangannya dengan cepat menambahkan beberapa sendok kopi kedalam gelas. Entah berapa banyak yang masuk, Karin sendiri tidak menghitungnya.

“Sudah ketemu, Ella?” tanya Karin dengan ramah.

“Sudah,” balas Ella sembari merapikan kembali beberapa peralatan makanan yang masih berantakan.

Ella langsung mengaduknya kemudian meletakkan gelas itu di atas baki untuk di bawa ke ruangan Kelvin.

“Karin, aku tinggal dulu, ya,” pamit Ella sembari berjalan keluar dari pantry.

“Oke,” jawab Karin datar, menatap punggung Ella yang berlalu pergi sembari menyeruput teh hijau.

Ella memgetuk pintu berwarna coklat di depannya. Setelah Kelvin mempersilahkan masuk, gadis cantik itu membuka pintu sembari melangkahkan kakinya yang tidak terlalu jenjang.

“Ini kopinya, pak,” ucap Ella sembari menyodorkan secangkir kopi di atas meja Kelvin.

“Bagaimana kerjaanmu? Apakah kamu sudah mencatat semua jadwal pertemuanku dengan klien?” tanya Kelvin menatap Ella dengan sorot mata tajam.

LOVE is SWEET ( TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang