Jongho duduk di meja belajarnya, menatap tumpukan buku dan catatan yang tampaknya tak ada habisnya.
Kepalanya berdenyut dan matanya terasa berat setelah berminggu-minggu kurang tidur. Jadwal latihan yang padat membuatnya sulit menemukan waktu untuk belajar, dan sekarang, dengan ujian akhir di depan mata, dia merasa seperti berada di bawah tekanan yang tak tertahankan.
Malam itu, Jongho tak lagi bisa menahan beban yang dirasakannya. Dengan air mata yang mulai mengalir, dia berjalan ke kamarnya dan mengunci pintu di belakangnya. Dia duduk di lantai, membiarkan tangisannya pecah. Rasa lelah dan stres bercampur menjadi satu, membuatnya merasa tak berdaya.
Di ruang makan, Mingi duduk sendirian, memandangi piring kosong Jongho yang belum disentuh. Kekhawatiran mulai merayapi dirinya. Jongho biasanya tak pernah melewatkan makan malam, apalagi menghilang begitu saja.
Setelah beberapa saat menunggu tanpa hasil, Mingi memutuskan untuk naik ke atas dan mencari tahu apa yang terjadi.
"Mingi, apa kamu melihat Jongho?" tanya San yang kebetulan lewat di ruang makan.
"Aku akan cek ke kamarnya," jawab Mingi dengan suara khawatir.
Mingi mendekati pintu kamar Jongho dan mengetuk pelan. "Jongho, kamu di dalam? Apa semuanya baik-baik saja?"
Tidak ada jawaban. Mingi merasa semakin cemas. Dia mengetuk lagi, kali ini sedikit lebih keras. "Jongho, ini aku, Mingi. Buka pintunya, tolong."
Setelah beberapa detik, terdengar suara kunci yang diputar dan pintu terbuka sedikit. Mingi melihat Jongho dengan wajah yang basah oleh air mata dan mata yang merah.
"Jongho, ada apa? Kenapa kamu menangis?" Mingi bertanya dengan lembut, memasuki kamar dan menutup pintu di belakangnya.
"Aku... aku tidak bisa lagi, Mingi," Jongho terisak. "Ujian akhir, latihan... semuanya terlalu banyak untukku. Aku merasa seperti akan hancur."
Mingi duduk di samping Jongho, memeluknya erat. "Tenang, sayang. Aku di sini. Kita akan cari solusi bersama."
Mingi berpikir sejenak, mencoba menemukan cara untuk membantu Jongho. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya. "Bagaimana kalau kita buat rencana belajar dan latihan yang lebih menyenangkan dan teratur? Aku akan bantu kamu mengatur waktunya."
Jongho mengangkat kepalanya, menatap Mingi dengan mata yang masih basah. "Bagaimana caranya?"
"Kita akan buat jadwal yang seimbang," kata Mingi dengan penuh semangat. "Kamu akan belajar dalam sesi singkat, dan setiap sesi belajar akan diikuti oleh istirahat atau kegiatan yang kamu sukai. Dan saat latihan, aku akan pastikan kamu punya waktu istirahat yang cukup."
Jongho mulai merasa sedikit lega. "Kamu benar-benar mau membantuku?"
"Tentu saja," Mingi tersenyum. "Kita akan lewati ini bersama. Kamu tidak sendiri."
Dengan bantuan Mingi, Jongho mulai melihat secercah harapan. Mereka duduk bersama dan mulai membuat jadwal yang seimbang antara belajar dan latihan, diselingi dengan waktu istirahat dan kegiatan yang menyenangkan. Setiap kali Jongho merasa kewalahan, Mingi selalu ada di sisinya, memberikan dukungan dan semangat.
Hari-hari berikutnya, Jongho merasa lebih baik. Dengan dukungan Mingi, dia mampu mengatur waktunya dengan lebih baik dan menemukan keseimbangan antara belajar dan latihan.
Meski tantangan masih ada, Jongho tahu dia bisa melewatinya karena dia tidak lagi sendiri dalam menghadapi semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endearing Episode • All × Jongho
Fanfictionbottom!Jongho / Jongho centric ©2024, yongoroku456