Pov Author
Malam itu, Alif dan kedua temannya memutuskan untuk menemui Darus ke rumahnya. Naya yang hendak ditinggal sendiri merengek ingin ikut kakaknya. Terlebih ketika ia tahu akan menemui Darus, gadis bermata indah itu senang bukan main.
"Naya nanti gak ganggu deh, Kak. Lagian takut banget ih sendiri di rumah! Bolehin ya?" Manja Naya yang menempel di lengan Alif.
Meski sudah berkali-kali Alif menolak, sikap kekeuh Naya ini akhirnya meluluhkan hati Alif. Dia membolehkan Naya ikut asalkan terus di sampingnya. Gadis itu pun bahagia, dia berjanji akan menuruti kemauan kakaknya.
Mereka berempat pergi menggunakan mobil Tara. Selama perjalanan, hanya Naya yang terus mengoceh. Sementara Alif, Dirga, dan Tara saling memikirkan banyak kemungkinan yang akan terjadi.
Ketika sampai di rumah Darus, penjaga gerbangnya bilang bahwa Darus tidak di rumah. Biasanya, sekali seminggu, Darus akan mengunjungi kafe miliknya.
"Kami boleh minta alamat kafenya, Pak? Sekalian mau nongki, hehe.. " Kilah Tara. Satpam itu pun memberikan alamat kafe milik Darus. Tara berterimakasih. Mereka kemudian pergi menyusuri jalanan menuju kafe milik Darus.
Di tengah perjalanan, tiga motor dengan dua pengendara masing-masingnya mendekati mobil Tara. Mereka memblayer gas motor sembari menudingkan kayu panjang ke arah mobil Tara.
Sontak Alif dan kedua temannya kaget, terlebih Naya yang langsung menempel ke tubuh Alif karena ketakutan.
"Apa-apaan sih ini?" Tara mendengus kesal. Ia berusaha mengendalikan laju mobilnya agar tidak terkena pukulan kayu mereka.
"Sialan. Lif, kita bisa celaka kalau terus begini!" Timpal Dirga yang terlonjak sebab mereka melempar kayu itu ke mobil Tara.
"Kita turun aja, Ra! Tanyain apa mau mereka!"
"Jangan ngawur deh, Lif. Kita kalah jumlah loh!"
Alif mengepal tangannya kesal, kenapa harus sekarang? Lagi pula siapa mereka itu?! Sekali lagi, kayu itu dilempar ke mobil Tara, tepat mengenai kaca samping dekat tempat duduk Naya.
Sontak Naya berteriak kaget, dia memeluk Alif erat, "Kak.... " Naya yang biasanya berani kini laiknya kucing ketakutan karena kepanikan dalam hatinya.
Alif yang terbiasa dengan situasi pertengkaran akhirnya memilih untuk menata hatinya, ia menghela napas pelan, "Nay, percaya sama kakak ya?"
Gadis itu melihat mata Alif nanar, "Semuanya akan baik-baik saja. Kamu bisa kan tenangin diri kamu dan jadi berani seperti biasanya?" Alif menangkup wajah adiknya.
"Adik kakak harus berani, ya?" Ia memeluk Naya, memberikan selimut ketenangan pada adik tercintanya.
Mendengar itu, Dirga dan Tara juga menghela napas perlahan, mencoba menenangkan diri agar bisa berpikir jernih.
"Ra, kita minggir. Mereka gak bakal berhenti sampai kita turun," titah Alif tenang.
Tara langsung mengikuti perintah Alif. Di saat seperti ini, besar memungkinkan jika terjadi perkelahian. Tara dan Dirga tidak takut berkelahi, hanya saja mereka cukup realistis. Mereka harus melawan enam orang dengan tubuh yang tampak gagah itu dengan jumlah sedikit.
"Janji sama kakak, Naya gak akan turun dari mobil, oke?" Ujar Alif menatap adiknya tajam.
"Tapi Kak..."
"Nurut, Nay. Paham?" Tatapan tajam Alif tampak semakin menekan bagi Naya. Gadis itu akhirnya mengangguk. Hatinya masih takut, meski sedikit lebih tenang dari sebelumnya.
Alif, Dirga, dan Tara mendatangi keenam orang yang juga turun dari motornya. Meski sudah melepas helm, Alif dan kedua temannya sama sekali tidak mengenal mereka.
"Mau lo apa?" Tanya Alif tanpa berbasa-basi.
Salah satu dari mereka terbahak, "Kalau gue bilang mau adek lo yang cantik itu gimana?"
Alif mengernyitkan dahi, kaca mobil Tara tidak transparant. Bagaimana mereka bisa mengetahui jika Naya ada di sana?
"Lif, sepertinya mereka orang suruhan.. " Lirih Dirga.
Alif mendekati orang yang tadi berbicara, "Oh? Adik gua?"
Orang itu mendekatkan wajahnya ke telinga Alif, "Yap, barang bagus kayak adek lo sayang banget kalau dianggurin... "
Gelora amarah dalam hati Alif makin membuncah, dia menarik baju belakang orang itu dan memukul perutnya dengan keras. Orang itu meringis, teman-temannya yang lain ikut mendekat, hendak menyerang.
Alif tak peduli dengan kehadiran mereka. Ia terus memukuli orang yang berkata bejat pada Naya. Dari segi kekuatan, orang itu tak ada apa-apanya. Alif jauh lebih kuat sebab terbiasa berkelahi. Bahkan ia tidak memberi kesempatan sedikitpun untuk orang itu membalas.
Darah segar keluar dari mulut pemuda yang Alif pukuli, "Ck, lemah. Makanya jangan sok jagoan, hm?" Alif memukulinya lagi. Teman-temannya yang lain sudah diatasi oleh Dirga dan Tara. Tak berbeda jauh, mereka hanya berani menantang, dari segi kekuatan, mereka tak ada apa-apanya dibanding Alif dan kedua temannya.
"Siapa yang nyuruh lo?!" Tanya Alif.
Orang itu tertawa, ia meludah ke wajah Alif. Jelas hal itu membuat amarah Alif makin menggelora. Ia kembali memukulinya dengan beringas.
Tara dan Dirga langsung melerai, orang yang Alif pukuli sudah sangat babak belur. Dia bisa membunuh orang itu jika terus memukulinya.
"Lepasin!! Orang kayak dia pantes mati!!"
"Sadar, Lif! Sadar!! Kita balik sekarang!!"titah Tara sembari menahan lengan Alif.
" Ngomong lo, anjing! Siapa yang nyuruh lo?!"
Orang yang Alif ajak bicara hanya tertawa. Ketika mereka terlalu fokus pada orang itu, seseorang yang Tara hajar tadi berjalan tertatih ke arah Alif dengan pisau di tangannya.
Naya yang memerhatikan dari kejauhan langsung berlari. Tepat ketika pisau itu hendak dihujamkan dari arah belakang Alif, Naya menghadang tubuh Alif sehingga pisau itu tertancap tepat di perut Naya.
Alif membalikkan badannya. Ia terbelalak ketika melihat Naya bersimbah darah. Sontak Alif merengkuh tubuh Naya yang hendak jatuh ke tanah.
"Nay.."
Dirga dan Tara tak kalah kaget, "Nay.. Aku udah bilang jangan keluar!!!" Suara Alif bergetar penuh penekanan.
Naya tersenyum, "Aku selalu ingkar janji selama bisa melindungi kakak.. " Ujar Naya lirih. Ia kemudian menutup matanya lembut.
Pikiran Alif makin kacau. Traumanya perlahan bermunculan bersama rasa takut yang menggebu.
"Cepet bawa mobil ke sini, Ra!" Ujar Dirga sembari terus menahan laju keluarnya darah akibat tusukan itu.
Tara bergegas membawa mobilnya mendekat ke tempat Naya, "Gendong Naya, Lif! Kita bawa ke RS!"
Alif yang masih kaget hanya terus mematung, Dirga terpaksa mendorong tubuh Alif dan membopong tubuh Naya ke mobil. Setelah itu ia menarik sahabatnya itu agar segera masuk mobil.
"SADAR LIF! SADAR! NAYA BUTUH KAMU!" Teriak Dirga sembari melempar tubuh Alif di jok kursi depan.
Malam ini sungguh menjadi tragedi memilukan bagi mereka.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Alif Baswara [[TAMAT]]
Teen FictionIni kisah tentang seorang anak SMA yang berani maju menindas para perundung. Tatapannya tajam, auranya penuh misteri, bahkan semua orang di sekolahnya mengakui tentang betapa dinginnya seorang Alif Baswara. Bagi Alif, tidak ada yang bisa dilakukan...