Kehilangan Banyak Hal

54 37 2
                                    

Tiga tahun lalu - 2016

Malam itu semuanya berantakan. Sebuah keluarga menjadi kacau hanya karena satu video yang tak sengaja sampai di tangan pihak yang berwajib. Seorang perempuan paruh baya yang dandanannya masih cukup mencolok kini menangis histeris, suaminya telah ditangkap polisi. Keterlibatannya dalam kasus korupsi terekam jelas dalam sebuah flashdisk yang kini berada di tangan polisi.

"Ma.. mama tenang ya," bujuk seorang anak lelaki yang kini menduduki bangku kelas 1 SMP.

Bukannya tenang, perempuan yang menangis itu malah terbakar emosinya, "Anak gak berguna! Mama kan udah bilang gak usah mainan barang-barang yang ada di kamar Mama!" bentaknya kasar.

Anak kecil itu ketakutan setengah mati, "Ga-Gagan cu.. cuma pengen pinjam buat naruh tugas di flashdisk, Ma."

"Tapi apa jadinya, hah? Gurumu malah ngelaporin Papa kamu, kan?"

"Tapi bukan Gagan yang ngasih flashdisk itu ke guru, Ma."

Perempuan itu mengernyit, "Terus hantu yang ngasih, hah?"

"Flashdisknya hilang waktu mau Gagan kasih ke guru, Ma. Terus ternyata teman Gagan nemuin flashdisk itu jatuh di lobi sekolah. Dia yang ngasih ke guru Gagan, Ma. Gagan gak salah!"

Perempuan itu semakin murka mendengar pernyataan putra sulungnya itu. Tanpa pikir panjang, ia layangkan beragam sumpah serapah pada anaknya. Ia teriaki anak lugu yang bahkan tak mengerti apa yang sudah terjadi sampai membuat Mamanya begitu murka. Apa hanya karena flashdisk yang dipinjamnya itu diberikan pada gurunya jadi Mamanya marah? Kalau benar begitu, berarti temannya yang salah, kan?

"Dasar anak bodoh! Kenapa kau bahkan tidak bisa jadi pintar dan hanya menjadi bebanku dan ayahmu?"

Kalimat yang dilontarkan mama Gagan membuat hatinya jatuh tak karuan. Ia benar-benar tak menyangka kalimat itu akan hadir dari mulut perempuan yang ia cintai. Kini Gagan kecil tak lagi bisa berpikir jernih, kepalanya dipenuhi kesedihan yang bercampur satu dengan amarah.

Sejak malam itu, ia benar-benar membenci temannya yang sudah memberikan benda kecil itu ke gurunya. Dan semakin berkoar rasa bencinya ketika mamanya membawa lelaki lain ke dalam rumah tempat ia tinggal, lebih-lebih ketika ayahnya masih ditahan dan tidak tahu bagaimana kabarnya di sana. Parahnya lagi, mamanya sampai berani mengusir Gagan yang jelas-jelas masih putranya.

Gagan sungguh membenci semua kejadian itu. Dan ia melampiaskan seluruh kebenciannya pada teman masa kecilnya, Alif Baswara. Setelah kejadian itu Gagan berbulan-bulan menjadi gelandangan. Jangan tanya ke mana keluarganya, tidak ada yang mau menerima Gagan karena tak sudi menerima putra seorang koruptor.

Bahkan di sekolahnya, tidak ada yang mencari Gagan. Dia hanya anak angkuh yang selalu memamerkan kekayaan keluarganya. Ayahnya bahkan sering mengancam guru-guru di sekolah Gagan jika anaknya mendapat nilai jelek atau mendapat masalah yang membuat Gagan merasa tidak nyaman. Alhasil, banyak yang membenci Gagan, dan tidak peduli jika Gagan ada atau tidak di sekolah itu.

Segala kekacauan itu membuat Gagan kesal, marah, tak bisa berpikir jernih. Bahkan untuk bertahan hidup saja, dia tidak terpikirkan cara lain selain meniru perilaku ayahnya: mencuri. Mengambil uang orang lain hanya untuk sesuap nasi.

Tak ada media yang meliput, Gagan benar-benar handal menyembunyikan dirinya agar terhindar dari sorotan kamera. Dia tidak ingin semakin menghancurkan harga dirinya. Di dalam pikirannya hanya ada kebencian. Bahkan ia mengukuhkan hatinya, kalau esok hidupnya bisa lebih baik, dia akan membalas semua sakit hatinya tanpa rasa kasihan.

***

Tiga Bulan Berlalu

Hari semakin gelap, Gagan terbirit ketakutan mencari tempat persembunyian. Sudah dua hari ia tidak makan, setiap mengambil dompet orang lain, isinya mesti kosong. Tapi sore tadi, ia berhasil merogoh dompet milik pria yang begitu fokus berjaga di area mal perkotaan. Diintipnya langsung dompet itu, matanya berbinar ketika melihat berlembar-lembar uang seratus ribuan di dalam sana.

Alif Baswara [[TAMAT]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang