Ruang yang katanya VVIP ini memang tidak seberapa besar, tapi sangat nyaman sebagai tempat pertemuan. Sebelum memulai pembicaraan, Om Darus memintaku dan Dirga untuk menunggu Ruhi. Gadis itu sepertinya cukup penting bagi Om Darus.
"Dia gadis kecil yang dulu selalu om lihat fotonya kan?" Tanyaku penasaran.
Om Darus mengangguk, senyumnya terasa getir, "Dia gadis riang yang sangat aku cintai, Lif. Gadis yang sekarang... "
"Ayah... "
Ucapan Om Darus bahkan belum selesai, tapi gadis bermanik indah itu tiba-tiba membuka pintu dan menghentikan ucapan ayahnya. Matanya menatap dalam netra Om Darus, "Toko sudah ditutup. Ruhi boleh masuk?"
"Tentu. Duduk dekat Ayah, sayang.. "
Aku menatap wajah lelaki paruh baya di hadapanku, ekspresi itu sama dengan yang aku dapatkan ketika bertanya tentang gadis kecilnya.
Apa yang sebenarnya mereka alami selama ini? Gadis bernama Ruhi itu memang selalu memberi senyuman ramah, tapi aku menemukan setitik ketidakberdayaan dalam tatapan teduhnya.
"Lif.. Kamu bisa memulai pertanyaanmu. Aku akan membiarkanmu bertanya lebih dulu, setelah itu aku juga akan bertanya.. "
Aku menghela napas pelan, mengatur diri agar perasaanku tetap stabil, apapun jawaban yang akan diberikan oleh Om Darus.
Pertama, aku bertanya tentang hubungan dia dengan Gagan. Tanpa jeda lama, dia mengutarakan jawaban yang cukup membuatku tercengang.
"Anak angkat?" Lirih Dirga sembari memainkan jemarinya, seakan menghubungkan jawaban itu dengan segala fakta yang ia dapat.
"Aku mengasuhnya setelah tiga bulan dia keluar dari rumahnya."
"Kenapa Om mengasuhnya? Bukankah Om sudah punya Ruhi sebagai putri Om?"
Om Darus diam, matanya menatapku tajam. Ada semburat amarah dalam wajahnya. Menyadari perubahan ekspresi itu, Ruhi menggenggam tangan sang ayah sembari mengelus punggung paruh baya itu.
"Maaf kalau pertanyaan Alif salah, tapi.. "
"Karena aku membencinya, Lif."
Aku mengerutkan keningku, membenci tapi mengasuhnya? Apa-apaan itu?! Kesalahan apa yang Gagan buat sampai Om Darus memilih keputusan semacam itu? Wajah Om Darus memerah, tangannya mangepal makin kuat.
"Lebih baik kita lanjutkan ke pertanyaan intimu saja. Kenapa kamu menanyakan tentang Gagan?"
Ruhi mengalihkan pembicaraan. Dari ekspresi Om Darus, bisa ku pahami jika alasan dia mengasuh Gagan itu cukup privasi. Aku tidak akan mengorek itu lebih dalam untuk saat ini.
"Lihat ini.. "
Aku menunjukkan seluruh foto-foto yang ku dapat dari Dirga. Ketika sampai di foto Om Darus dan Gagan yang berdiri di samping moge, aku bertanya apakah benar moge itu milik Gagan. Tanpa berpikir lama, Om Darus pun mengiyakan.
"Kalau begitu, sekarang Om lihat foto ini. Moge di foto ini, dan ini..adalah moge yang sama. Itu berarti, cowok yang mengendarai moge ini adalah Gagan, kan Om?"
Om Darus memgamati dua foto itu. Lalu dia mengangguk pasti, moge dan seluruh ciri-citi orang itu persis seperti Gagan. Sial! Aku mengepalkan tanganku dan menggebrak meja ketika sudah memastikan kebenaran itu.
"Tenang, Lif.. " Tegur Dirga dingin.Aku jelas berontak, bagaimana bisa aku tenang ketika mengetahui bahwa Gagan memang hendak mencelakai keluargaku?
"Ceritakan apa yang terjadi, Lif!" Titah Om Darus.
Dengan emosi yang masih bersarang di dada, aku menceritakan semua hal yang terjadi kemarin. Ruhi yang sedari tadi diam, kini ekspresinya berbeda.
"Sialan, dia berani senekat itu.. " Umar Ruhi.
Om Darus langsung mengambil handphonenya, "Suruh anak brengsek itu ke ruang vvip Aksara sekarang!" Ujarnya dengan wajah memerah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Alif Baswara [[TAMAT]]
Teen FictionIni kisah tentang seorang anak SMA yang berani maju menindas para perundung. Tatapannya tajam, auranya penuh misteri, bahkan semua orang di sekolahnya mengakui tentang betapa dinginnya seorang Alif Baswara. Bagi Alif, tidak ada yang bisa dilakukan...