Karlina menyadari bahwa menjadi Elina itu juga pusing, karena harus banyak berkomunikasi dengan keluarga. Sementara dirinya yang asli, tidak pernah melakukan komunikasi dengan keluarga sesering adik kelas itu. Makan malam, berbincang dulu. Nonton televisi, berbincang juga. Sebelum tidur pun, ada sesi berbagi cerita lagi. Abah yang sakit bahkan masih semangat untuk menceritakan apa yang terjadi di tempat kerjanya.
Karlina mulai bosan. Dia mengeluarkan ponsel Elina dan mencari Tiktok di sana. Ada, tetapi isi video beranda di akun Elina sangat berbeda dengan miliknya. Lebih sering membahas jenis latihan teater, naskah, akting, POV, dan semacamnya. Sementara, beranda Tiktok di akun Karlina yang asli berisi video vlog para selebritas, review make up, dan skincare.
"Elina, gimana latihannya hari ini?" tanya Abah. "Sudah bisa jadi aktor sinetron kah?"
Karlina mendongak, kemudian menyengir. "Belum dong Bah, baru latihan sehari."
"Tapi tadi siang, bisa aja aktingnya?"
Enggak, balas Karlina dalam hati. Akting Tamara dalam tubuh Elina tadi siang sangat buruk. Karlina bahkan tidak mau melihatnya dengan berpura-pura sibuk mengedit. Dia memang bukan aktor, tetapi dia adalah orang yang rajin ikut latihan keaktoran dan sering mendapat peran figuran ketika pentas teater. Itulah yang membuatnya bisa membedakan mana akting yang bagus dan mana akting yang terpaksa. Hasil dari proses latihan keaktoran selama ini dia terapkan di dunia nyata, mengingat dirinya disebut sebagai penipu andal di media sosial.
Usai sesi berbincang, Karlina masuk ke dalam kamar Elina, mulai membombardir adik kelas itu dengan pesan WhatsApp. Menyuruh Elina selesaikan editan vlog dan melakukan skincare routine sebelum tidur, harus di video.
Di seberang nun jauh sana, Elina kelimpungan menyelesaikan editan video vlog Karlina. Dia bingung selera kakak kelas itu bagaimana, harus menggunakan fitur dan warna apa. Belum lagi sound effect-nya. Hasil editan Elina terlihat lebih monoton, pasti Karlina tidak akan suka.
Namun, dengan mengambil prinsip 'yang penting selesai', Elina meletakkan ponsel khusus mengedit Karlina dan meraih ponsel khusus merekam. Dia mulai memvideo skincare routine di pojok kamar Karlina dan menyalakan ring light.
Dia hanya perlu berakting dan membaca teks yang diberikan Karlina, tetapi ternyata hal itu lebih sulit dilakukan. Pasalnya Elina bingung mencari skincare Karlina yang dipakai sebelum tidur. Karena di dalam laci dekat kasur gadis itu, ada sebuah kotak besar yang berisi banyak sekali skincare, penuh.
"Yang mana aja ini, nih?!" Tangan Elina bergetar lagi. Dia pun meletakkan kotak itu dan menghela napas kasar. "Tadi Edward, terus video, terus ini lagi! Capek banget ya jadi Kak Karlina. Mau sampai kapan dia hidup dalam kepalsuan begini? Kenapa dia nggak jadi dirinya aja? Lagian juga, ada banyak, kan, seleb di luar sana yang biasa aja hidupnya dan sederhana, tapi tetap bisa jadi terkenal? Soalnya kalau sampai nipu rumah besar juga kelewatan."
Ponsel berdering menandakan sebuah video call masuk, dari Karlina. Elina kontan menerimanya.
"Elina, bukan skincare yang itu. Coba lo buka lemari. Ada di situ satu kotak skincare yang baru dikirim kemarin, sepaket gede. Itu endorse ya. Lo pakai semua itu dari awal. Bilang kalau lo udah sering pakai itu dan hasilnya bagus banget."
"Tapi gue, kan, belum pernah pakai sama sekali. Lo sendiri emang pernah?"
"Enggak. Baru aja. Pokoknya ikutin aja mau klien. Bilang lo udah lama pake produknya, bagus banget, akting syok kayak nggak percaya ada produk sebagus itu, dan baca teks yang gue kirim. Ngerti? Sekarang, cepat lakuin. Karena bayaran dari endorse produk ini lumayan gede."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Main Character
Roman pour AdolescentsPertukaran jiwa terjadi di antara sekelompok pemain drama sekolah. Elina penyebabnya. Dia rela menukar perannya sebagai aktor utama di pentas drama tahunan hanya untuk menjadi Ralitha, si kakak kelas cantik, kaya, dan berbakat di dunia nyata. Namun...