21 - Naskah dan Gadis Pemarah

24 12 15
                                    

Pak Karmin mulai menggerakkan tim untuk bekerja.  Setiap siswa dapat fokus ke bidang masing-masing. Penata lampu mulai menentukan tata letak dan titik fokus lampu, penata musik mendiskusikan lagu yang sudah diciptakan, penata busana mulai bergerak mengirimkan desain kostum ke penjahit begitu Karlina turun, penata make up sudah siap merias para aktor dengan perlengkapannya, dan penata panggung sendiri sudah siap dengan beberapa properti yang mereka buat, hanya tinggal finishing saja.

Sementara itu, seluruh aktor sendiri seharusnya sudah hafal dengan semua adegan dan dialog masing-masing dari awal pentas hingga akhir.

Harusnya Ralitha juga sudah menghafal semua dialog untuk peran tokoh antagonis. Tentu saja dia sudah hafal di luar kepala dengan mudah. Namun, saat ini, tak pernah sekalipun dirinya berpikir untuk menjadi protagonis melalui "fisik" Elina.

Yah, dia memang pernah berencana merebut peran utama secara nyata, bukan secara "jiwa".

Secara cepat, Ralitha merebut beberapa naskah yang dicengkeram oleh Karlina. Itulah sekumpulan kertas yang selalu gadis dramatis itu pakai, coret, dan diberi tanda untuk beberapa adegan. Selama ini, Ralitha juga sudah mengamati proses latihan protagonis alias peran Elina. Jadi seharusnya, menghafal dalam waktu singkat bukanlah masalah.

"Ayo kita mulai!" Pak Karmin mengajak semua anggota sambil menepuk tangan dua kali.

"Sebentar Pak." Ralitha akhirnya menginterupsi. "Saya butuh waktu tiga puluh menit."

Semuanya mendadak hening dan berhenti berkegiatan. Tiga puluh menit? Yang benar saja, mereka semua mau cepat latihan agar bisa cepat pulang. Tiga puluh menit itu waktu yang lama.

"Lima belas menit kalau begitu," tegas Ralitha lagi saat melihat wajah kecewa para siswa.

Pak Karmin pun bertanya, "Buat apa? Bukannya kemarin sudah hafal maksimal?"

Semua mata Karlina, Tamara, dan Edward tertuju kepada gadis itu. Takut saja jika suatu saat dia akan mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi selama berhari-hari. Ya, pertukaran jiwa. Satu kata saja, maka semua akan terbongkar, menyebabkan kebingungan dan masalah besar.

Namun, ternyata Ralitha menjawab, "Saya mau memantapkan lagi akting saya. Soalnya ada beberapa dialog tambahan baru yang belum saya hafal."

Kalimat bujukan lain pun keluar dari bibir gadis itu sampai akhirnya Pak Karmin mengiakan, dengan syarat para aktor harus dirias oleh penata make up selama mengingat ulang naskah, agar tidak banyak waktu yang terbuang.

Sementara Ralitha dan para aktor lain dirias, Pak Karmin pergi berdikusi dengan siswa para penata musik.

Di sisi lain, Elina juga panik bukan main saat dirinya menjadi Ralitha. Mungkin, di posisi ini, yang diuntungkan adalah dirinya. Menjadi gadis cantik nan kaya, hanya minus attitude saja. Namun, rasanya lebih berat. Sebab Ralitha memegang peran antagonis alias peran yang berlawanan dengan peran protagonis. Sebelumnya Elina tidak pernah mengamati baik-baik proses latihan keaktoran pada pentas besar ini, sebab dia bermasalah dalam fisik Karlina dan harus mengurung diri di dalam rumah. Saat kembali pun dia langsung mendapatkan tugas memimpin tim tata busana sebagai Karlina.

Dia tidak tahu bagaimana Ralitha akting, bagaimana Ralitha bersikap,  dan dialog apa sajakah yang diganti olehnya.

Untung saja Tamara yang memiliki ingatan kuat dan selalu mengamati proses latihan keaktoran datang dan duduk di samping Elina untuk membantunya. Begitu juga dengan Karlina yang menawarkan diri sebagai bagian dari tim tata make up untuk merias langsung Elina. Mereka akhirnya membantu gadis itu mengingat segala adegan dan dialog peran antagonis.

"Waktu habis, ayo latihan!" Pak Karmin akhirnya berdiri di tengah panggung studio setelah waktu berlalu.

Namun, ternyata Ralitha mendadak bisa berakting sebagus Karlina dengan menghafal dialog yang begitu banyak dalam waktu lima belas menit. Semuanya terlihat lancar, seolah-olah Elina selama ini tidak pernah bertukar jiwa dengan Karlina ataupun Ralitha. Terlihat natural dan tidak ada yang berubah.

Ralitha punya potensi.

Dan semua orang yang mengetahui adanya pertukaran jiwa itu mengiakan dalam hati.

Sebagaimana Ralitha berakting menangis sesunggukan, berteriak kesetanan, dan tertawa renyah; semua itu seolah berhasil menutup segala masalah yang terjadi.

Sementara itu, Elina sendiri di dalam tubuh Ralitha terlihat jauh sekali perbedaannya, hingga mendapat teguran beberapa kali oleh Pak Karmin.

***

Usai mendapat pujian dari Pak Karmin selama latihan, Ralitha mulai rajin tersenyum. Setelah latihan selesai, dia masih terlihat bahagia. Musnah sudah keinginan untuk protes atas pertukaran jiwa yang terjadi. Begitu studio mulai sepi, dia juga ikut merapikan beberapa barang.

"Jangan lupa kalau lo lagi beda fisik sekarang." Tamara mengingatkan dengan suara samar sambil melipat tangan depan dada, memunculkan diri di depan Ralitha.

Gadis yang sedang mencorat-coret naskah kemudian memasukkannya ke dalam tas Elina mengangguk. "Ya, gue nggak bodoh." Tanpa berpamitan, dia menyampirkan tas Elina kemudian berjalan keluar.

Karlina yang melihat itu kontan menganga, tidak terima. Hei, Ralitha seolah tidak terkejut sama sekali! Minimal briefing sebelum memulai hidup baru sabagai orang lain. Bukan main berlari saja seolah dia sudah hidup menjadi Elina sejak lahir.

Tamara pun mengejar Ralitha itu dan menariknya. "Jangan gitu, ah! Itu badan orang!" tegasnya, masih menahan suara.

Ralitha tanpa menjawab langsung mengempas tangan Tamara. "Berisik lo temen palsu! Urus aja itu si Elina sama Karlina. Seneng, kan, kalian liat gue yang sekarang? Lo pikir dengan ngerjain gue lewat jalur tukeran jiwa aneh itu bakalan bikin gue syok? Haha, nggaklah. Gue malah seneng. Gue bisa jadi aktor sepuasnya!"

Tamara menghela napas kasar. "Itu bukan karena sengaja Ralitha. Kami nggak ada niatan sama sekali buat ngerjain lo kali, geer banget jadi orang! Itu karena kesalahan."

Elina tiba-tiba datang di antara mereka. "Kak, ayo, kita tukaran lagi. Gue nggak bisa gini terus. Bisa gila rasanya," katanya pada Ralitha. Dia beralih menatap ke arah Tamara yang jelas sudah memiliki jalan keluar.

Ralitha balas menatap Elina yang berada dalam tubuhnya. "Kalau sekalem Elina, fisik gue cakep bener ya ternyata." Dia pun menatap Tamara juga. "Kita tukaran dulu."

"Nggak!" Elina menyergah. "Gue mau pulang! Gue harus banget pulang. Gue udah nggak pulang berhari-hari ke rumah karena hal aneh ini. Capek tau, Kak!"

Ralitha terkekeh tatkala sebuah bunyi klakson menggema di halaman sekolah. Abah Elina, yang wajahnya sangat mirip dengan Elina dan gampang dikenali dengan hanya sekali lihat, sudah datang menjemput. Ralitha pun kontan berlari meninggalkan mereka beserta semua barang milik Elina, termasuk ponsel.

"Kok bisa dia tau barang gue dan abah yang mana? Maksudnya, segampang itu? Tanpa di-briefing?" Elina sama terkejutnya dengan Karlina. "Jangan bilang... kalau dia selama ini selalu perhatiin gue, gitu?!"

Belum sempat Elina mengejar, Tamara sudah menarik lengan adik kelas itu. "Semakin dikejar, dia malah bakal ngetawain lo. Mulai sekarang, bersikap seolah nggak pernah menderita. Semakin lo tunjukkin wajah sedih, panik, kecewa itu, maka semakin merasa menang dia. Lo harus bisa tenang Elina. Harus bisa terima sebentar aja. Nanti kita coba cari jalan keluar."

Elina kontan mendudukkan diri di bangku depan studio. "Hidup jadi orang lain itu lebih capek, Kak."

"Tapi hidup jadi Ralitha yang kaya dan cantik, kayaknya nggak terlalu buruk," sergah Tamara yang membuat Elina sadar dengan satu hal.

Selain membawa semua barang Elina, Ralitha juga meninggalkan semua barangnya di kelas, dimulai dari kunci mobil yang dia bawa ke sekolah, dompet dengan banyak uang beserta kartu kredit, dan tas bermerek yang mahal.

"You're gonna love it," celetuk Karlina yang tiba-tiba datang.

Edward yang sedari tadi mengikuti Karlina dan banyak diam pun menggeleng ragu.

Elina berpikir, mungkin dirinya akan diuntungkan dengan kesempatan menjadi orang kaya sungguhan kali ini.

🎭🎭🎭

Jangan lupa, kayak biasa, tinggalkan vote dan komentar! Terima kasih💝

Sampai jumpa minggu depan!

Our Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang