26 - Drama Pertukaran Jiwa

34 6 13
                                    

Chapter ini penting banget, ada 1800an kata, pastikan mata kalian kuat dan baca sampai habis ya. Happy reading!

= Our Main Character =

Akhirnya Elina tahu bahwa kelemahan Ralitha adalah bentakan Andreas. Dia berpikir untuk melibatkan kakak kelas itu dalam menukar kembali jiwa mereka. Andreas adalah orang yang cocok untuk menjadi solusi masalah ini. Jadi, Elina bertekat untuk datang ke studio sepulang sekolah.

Tentu saja, sebagai Ralitha yang sudah dipaksa keluar dari teater, berhenti menjadi aktor, dan sudah digantikan oleh Karlina sebagai aktor antagonis, membuat semua mata tertuju pada Elina saat dia melangkah kaki masuk ke dalam studio.

Semua orang sudah sangat sibuk dengan bidang masing-masing. Penata lampu sudah mulai memasang lampu-lampu berbentuk tabung, persegi, bulat, serta memberikan kertas cover bening yang berwarna-warni untuk menghasilkan warna cahaya lebih bervariasi. Para penata panggung sudah mulai mengecat segala properti besar yang sudah jadi untuk finishing panggung. Penata musik sudah selesai menciptakan lagu untuk pementasan, hanya perlu latihan lagi agar lebih lancar. Para penata rias juga sudah hafal mati dengan riasan setiap aktor. Terakhir, penata busana yang sudah datang dengan kostum-kostum yang sudah jadi, baru diambil dari penjahit.

Hanya tinggal latihan pementasan dari awal sampai akhir, berulang-ulang, evaluasi, maka siaplah mereka menggelar pentas besar tahunan yang akan disaksikan oleh para penonton dari berbagai kota.

Namun, Elina bertekat merusaknya, dengan merebut kembali raga yang ditahan Ralitha.

"Ralitha, ngapain ke sini?" Karlina berbicara. Dia kemudian menarik Elina menjauh dari kerumunan siswa. "Kayaknya lo nggak bisa balik ke tubuh lo sekarang."

"Karena lo udah nyaman jadi aktor antagonis," tebak Elina.

Karlina berdecak, "Karena si Ralitha asli udah nyaman jadi lo. Nyaman jadi aktor utama. Kalau kalian tukeran sekarang, habis, lo harus ngehafal semuanya dari awal. Dan gue yakin, Ralitha nggak akan pernah biarin lo mentas, apalagi di saat dia lagi on fire." Dia menghela napas. "Kalau gue, sih, gonta-ganti peran juga nggak masalah, sudah pro," tambahnya sedikit menyombongkan diri.

"Sudah, gue capek!" Elina menjauh dari Karlina.

Dia akan selalu ingat, mulai sekarang, bahwa dia berada di raga Ralitha. Masa bodoh mau malu, mau jahat, mau egois. Ralitha juga yang akan kena. Maka dari itu, dia seketika berani menarik Ralitha yang sedang dirias oleh para penata rias.

"Elina!" panggilnya, biar semuanya berjalan mulus. Elina lanjut menarik Ralitha dengan kuat keluar dari studio.

Namun, kakak kelas itu melawan. "Apa, sih?! Udah, sana ah!"

Satu kali tarikan lagi berhasil membuat Ralitha berteriak kesal dan sedikit meronta.

"Kak Ralitha, kenapa?" Zain yang sedang sibuk memasang lampu di ketinggian lima meter seketika turun dari tangga untuk melerai mereka berdua. "Kalian berdua ada masalah apa dari tadi pagi?"

Sekumpulan anggota teater mulai mengerubungi mereka, penasaran, hingga meninggalkan pekerjaan masing-masing. "Kenapa? Ada apa?"

"Bukannya Kak Ralitha sudah diganti sama Kak Karlina ya, kenapa marahnya ke Elina?" Celetukan Adnan, salah satu anggota teater, terdengar dari barisan belakang.

Inilah saatnya, Elina yakin inilah saatnya. Dia harus membongkar apa yang sebenarnya terjadi sebelum Kakak Ralitha datang menjemput dan memaksanya pulang.

"Gue Elina," ungkap Elina, "bukan Ralitha. Memang ini bakal susah dipercaya, tapi--"

Ralitha memotong, "Kak Ralitha nggak terima kenyataan banget padahal sudah disuruh berhenti jadi aktor. Mending pulang, deh. Jam berapa ini? Nggak dijemput kakak tercinta?"

Our Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang