Tepat hari ini adalah hari pernikahan Ara dan Ghazzal diselenggarakan. Setelah acara khitbah itu diadakan, 2 minggu setelahnya pernikahan itu diadakan.
Pernikahan diadakan di Pesantren keluarga Ara. Banyak orang-orang yang antusias dan beberapa media yang menyorot pernikahan mereka. Bahkan semua santri juga ikut menghadiri pernikahan ini.
Nuha dan Nura duduk di belakang Retha. Ada sedikit rasa tidak rela dihati mereka berdua jika Ara menikah terlebih dahulu. Karena pasti Ara akan jarang memilih waktu untuk mereka bertiga.
Sedangkan Retha sendiri masih belum rela jika melepaskan adiknya. Ia masih belum yakin dan percaya kepada Ghazzal. Terlebih lagi ia baru mengenal Ghazzal.
Pernikahan dimulai setengah jam lagi. Nuha dan Nura berinisiatif untuk pergi ke kamar Ara. Mereka pun masuk setelah mengetuk pintu kamar Ara.
Mereka menganga melihat Ara. Bagaimana tidak? Ara terlihat cantik dengan make up natural dan memakai gaun pengantin berwarna putih dengan hijab berwarna senada pula. Jangan lupakan mahkota yang berada dikepalanya.
Benar-benar terlihat seperti putri. Mereka mendekat dan mengamati wajah Ara yang tertutup dengan cadar putihnya. Ara yang ditatap seperti itu menjadi risih.“Kenapa?” tanya Ara ketus
“Calon pengantin gak boleh galak begitu. Nanti Gus Ghazzal kabur lho” ucap Nura menggoda Ara.
Ara memutar bola matanya malas saat Nura menyebut nama Ghazzal. Ia sendiri belum yakin jika Ghazzal memang imam yang baik untuknya. Tapi bagaimanapun juga ia harus melaksanakan pernikahan ini demi sang buya.
Nuha yang mengerti perasaan Ara langsung menggengam tangan Ara. Dapat ia lihat keraguan dimata Ara.
“Aku tau kamu belum siap untuk nikah muda. Apalagi kamu nikah sama orang yang kamu gak kenal. Tapi bagaimanapun juga, kamu harus menerima kenyataan….
Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang istri. Tanggung jawab kamu juga menambah. Turuti apa perintah suami kamu nanti selagi dijalan kebaikan…
Meskipun kamu belum mencintai Gus Ghazzal, tapi mulai sekarang kamu harus membuka hati kamu untuk dia. Dan lupakan kak Izhan.” nasehat Nuha
Inilah sifat Nuha. Ia selalu bisa memberikan nasehat kepada orang lain dengan jelas. Ara bersyukur karena mempunyai sahabat yang bisa memberikan arahan baik kepadanya.
Nura tersenyum bangga melihat kembarannya yang bersifat dewasa. Nuha itu bagaikan ibu yang menjaga anak-anaknya dengan baik. Siapapun kelak yang menjadi suami Nuha nanti akan merasa beruntung dan bahagia.
Ara merentangkan tangannya dan mereka berdua langsung berpelukan. Ditengah-tengah momen, pintu dibuka tanpa diketuk yang membuat mereka melepaskan pelukannya.
Ternyata Bizar yang masuk kedalam. Bizar dan Nura saling melempar pandang. Satu fakta yang perlu diketahui jika Bizar dan Nura bertemu, maka mereka berdua pasti akan membuat keributan.
Hal ini di karenakan saat kecil Bizar selalu merusak barang-barang Nura. Padahal saat itu Bizar tidak sengaja melalukan itu. Nura tidak pernah percaya dengan alasan Bizar. Masa iya tidak sengaja merusak barangnya setiap hari.
“Dasar perusak momen” celetuk Nura sinis.
“Suka-suka saya lah” jawab Bizar tak kalah sinis.
Ara dan Nuha sudah jengah dengan Bizar dan Nura. Mereka sudah hafal bagaimana jadinya jika Bizar dan Nura bertemu. Berbeda dengan bizar dan Biru jika bertemu, mereka akan lebih ribut jika bertemu.
Bizar langsung memeluk Ara tanpa memperdulikan keberadaan kedua sahabat Ara. Ia berkali-kali mencium kepala adiknya. Ia juga berusaha mati-matian untuk menahan air matanya agar adiknya tidak khawatir dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gusku Imamku
Teen Fiction" Terima kasih telah datang kedalam hidupku, Zauji. Ana uhibbuka filllah " " Yang seharusnya berterima kasih tuh saya. Terima kasih telah menerima lamaran saya dan menjadi istri saya. Ana uhibbuki fillah ya zaujati " Kalo kalian gak suka sama cerita...