Sudah dua minggu ini Ara menjalankan aktivitas seperti biasanya. Dan ditambah dengan gelar sebagai istri dari Gus Ghazzal. Terkadang Ara juga pergi berkumpul dengan kedua sahabatnya.
Dan seperti biasa, Ara menyiapkan pakaian Ghazzal lalu membantu ummah dan kakak-kakaknya memasak. Setelah itu sarapan bersama suami masing-masing.
Setelah selesai sarapan, Ara dan Ghazzal langsung berangkat dan berpamitan kepada ayah, buya dan ummah untuk kembali ke pesantren milik keluarga suaminya. Dijalan, banyak yang memperhatikan mereka berdua di luar mobil. Awalnya Ara risih, tapi lama-kelamaan menjadi terbiasa.
Sudah satu jam perjalanan, suasana mobil benar-benar hening. Ara sudah tertidur dengan HP nya yang berada ditangan. Ghazzal melirik istrinya yang tengah tertidur langsung menepikan mobilnya dan membenarkan posisi tidur Ara agar tak pusing nantinya. Lalu ia kembali melanjutkan perjalanannya.
Setelah menempuh empat jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di kediaman Ghazzal. Ghazzal menoleh dan melihat Ara yang masih tertidur merasa tidak tega untuk membangunkannya. Ia menggendong Ara menuju kamarnya tanpa memperdulikan tatapan menggoda para sepupunya.
Sesampainya dikamar, ia membaringkan Ara secara perlahan-lahan dan melepaskan sandal, kerudung dan cadar yang dipakai Ara. Lalu ia menyelimuti Ara sampai sebatas perutnya dan turun mengambil barang-barang milik mereka.
Ghazzal kembali masuk kamar dengan koper dan tas ransel miliknya dan Ara. Ia menata baju-baju miliknya dan membiarkan koper Ara. Sengaja Ghazzal tidak menyentuh barang milik Ara karena ia tahu jika Ara masih belum mencintainya dan terbuka dengannya.
“Abi sama ummi kemana bang?” tanya Ghazzal sembari duduk di sofa.
“Pergi. Paling sebentar lagi pulang.” ucap Gus Naufal tanpa mengalihkan pandangannya.
“Kalau kak Husna sama bang Ahmad?” tanya Ghazzal lagi.
Husna itu istrinya Gus Ahmad sedangkan Gus Naufal itu abangnya Gus Ghazzal dan adik dari Gus Ahmad.
“Kak Husna ikut bang Ahmad ngajar” jawab Gus Naufal.
Ghazzal mengangguk paham. Ia mengambil toples berisi kue yang memang tersedia di meja.
“Istri kamu kenapa gak dibangunin?”
“Kasian, kecapean dia.” jawab Ghazzal.
Gus Naufal menatap Ghazzal dengan senyum tipisnya khasnya. Ia menatap Ghazzal sebentar lalu mengalihkan pandangannya. “Sabar ya, abang tau kalau Ara masih belum mencintaimu. Semuanya butuh waktu. Apalagi dia masih sangat muda dan pemikirannya masih sangat labil.
Kalau kalian berdua ada masalah, selesaikan tanpa menggunakan kekerasan. Selesaikan semua masalah itu dengan kepala dingin.” nasehat Gus Naufal kepada adiknya.
Ghazzal tak menjawab dan hanya diam. Tetapi ia mendengarkan nasehat dari Gus Naufal. Pikirannya melayang memikirkan Ara. Ghazzal melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sebelas.
Ia naik ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya. Ia berhenti sejenak untuk melihat Ara yang masih tertidur pulas lalu masuk ke kamar mandi.
Hanya butuh beberapa waktu baginya untuk mandi. Ia keluar dengan pakaian yang ia ambil tadi. Ghazzal berjalan kearah kasurnya lalu duduk dipinggir kasur. Ia mengelus kepala Ara berniat untuk membangunkannya lalu menepuk pipi Ara dengan pelan.
“Sayang, bangun. Udah mau dzuhur.” ucap Ghazzal dengan pelan.
Ara yang merasa tidurnya terganggu langsung terbangun. Dengan kesadarannya yang masih belum kembali, ia berjalan kearah kopernya dan mencari-cari pakaiannya. Sedangkan Ghazzal langsung keluar dari kamar.
Setelah selesai mandi, Ara berjalan keluar kamar dan langsung ke arah dapur untuk mengambil minum. Dan ternyata di dapur ada kak Hazna dan abdi ndalem yang sedang memasak makan siang.
“Assalamualaikum kak.” salam Ara
Kak Huzna dan para abdi ndalem terkejut dan langsung menjawab salam dari adik iparnya atau ning barunya. “Waalaikumsalam”
“Kapan datang dek? Kok kakak gak tau kamu datang?” tanya kak Husna
“Tadi jam sepuluh-an kak. Aku bantu ya kak?”
“Boleh-boleh sini.”
Para abdi ndalem merasa senang ketika melihat ning barunya datang. “Aku gak nyangka kalo ning baru kita itu kamu Ra. Kita semua kaget pas tau kamu ternyata cucunya Buya Arya.” ucap salah satu abdi ndalem.
Ara pun kaget mendengarnya. Ia pikir berita tentang pernikahannya belum tersebar luar, namun ternyata salah. Pernikahan Ara dan Ghazzal sudah tersebar luas di pesantren. Banyak para santri yang masih belum menyangka jika istri dari Gus Ghazzal itu salah satu santriwatinya. Dan lebih mengejutkannya lagi adalah cucu dari Buya Arya, pemilik pesantren Al Ghafir.
“Loh kalian tau darimana?”
“Berita pernikahan kamu sama gus Ghazzal udah kesebar luas pesantren ini. Selamat ya ning, semoga sakinah mawaddah warahmah.”
“Aamin, makasih ya doanya.”
Skip
Setelah selesai makan siang, kini mereka semua duduk di ruang tamu. Ghazzal yang tadinya sedang pergi keluar sebentar langsung pulang bersama ummi dan abinya.
“Gimana dek rasanya nikah sama Ghazzal?” tanya kak Husna istri dari Gus Ahmad.
“Gak gimana-gimana sih kak. Malah biasa aja, gak ada yang spesial.” jawab Ara sambil menatap Ghazzal.
Sedangkan orang yang sedang dibahas dan ditatap oleh Ara hanya diam. Para abang dan juga sepupunya tertawa mendengar ucapan Ara. Sedangkan ummi dan abi menggelengkan kepalanya.
“Serius dek? Biasa aja gitu? Gak gimana-gimana?” tanya kak Husna
“Iya, emangnya kenapa kak?” ara bertanya balik ke arah kakak iparnya.
“Padahal tuh ya banyak yang pengen jadiin Ghazzal suaminya. Eh tapi kamu malah beda dari yang lain dek.” ucap Gus Naufal
Ara yang bingung langsung menatap ke arah ummi Hani. Ummi Hani yang mengerti dengan tatapan Ara hanya mengelus kepala Ara yang tertutup hijab.
Tanpa disadari oleh keluarga ndalem, ada seseorang yang menguping pembicaraan keluarga ndalem dengan tatapan sendu. Ia menahan rasa sakit dan berusaha tegar. Ia harus bisa melupakan Ghazzal karna bagaimanapun juga Ghazzal sudah menjadi suami dari Ara.
“Semoga Gus bahagia selalu” batinnya.
Lalu ia segera menyusul temannya dan mencoba untuk tersenyum.
Jangan lupa vote+komen ya
Kalo ada typo tolong tandai
Selamat membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Gusku Imamku
Teen Fiction" Terima kasih telah datang kedalam hidupku, Zauji. Ana uhibbuka filllah " " Yang seharusnya berterima kasih tuh saya. Terima kasih telah menerima lamaran saya dan menjadi istri saya. Ana uhibbuki fillah ya zaujati " Kalo kalian gak suka sama cerita...