GUSKU IMAMKU 6

435 19 1
                                    

-Jika saja langit dapat berkata, ia akan memberitahu mu sudah berapa banyak air mata yang berganti menjadi uap air di awan-

___________________________________________






























3 jam kemudian....

Kini mereka bertiga pun sudah sampai di pesantren milik buya Araya. Selama perjalanan, Ara hanya tidur. Ayah dan sang abang memakluminya.

" Bang, Neesha nya dibangunin gih "

" Iya yah "

Setelah kepergian ayah, Fariz pun langsung membangunkan Ara

" Ra... Bangun hey "

" Eung "

" Bangun yuk "

" Udah sampe apa bang? "

" Udah. Bangun dulu yuk. Nanti dilanjut lagi tidurnya "

" Hm "

Saat Ara baru turun dari mobil, banyak santriwati dan santriwan yang menatap dirinya. Ara yang bingung pun langsung bertanya kepada Fariz.

" Bang, kok mereka liatin Ara sih? Ada yang aneh ya sama Ara? "

Fariz pun langsung menatap sekitarnya. Dan benar saja, banyak sekali yang menatap Ara dengan tatapan sulit diartikan.

" Apa yang sedang kalian lihat hah? Tundukan pandangan kalian semua " ucap Fariz dengan tegas

Mereka yang takut dengan suara Gus Fariz pun langsung menundukan pandangan mereka.

" Bang.... " lirih Ara

" Udah cuek aja ya "

" Hm "

" Kang, tolong bawain barang-barang adek saya ke ndalem ya " ucap Fariz kepada kang santri

" Nggih Gus "

" Syukron kang "

" Afwan Gus "




Skip ndalem

" Assalamu'alaikum " ucap Ara dan Fariz

" Waalaikumsalam " jawab mereka

" Ma Syaa Allah Neesha... Ummah kangen sama kamu "

" Neesha juga ummah. Gimana kabarnya ummah? "

" Alhamdulillah baik. Kamu sendiri? "

" Alhamdulillah baik juga ummah "

" Kok lama bang? " tanya ayah

" Ayah bukannya nungguin kita apa gimana malah main ninggalin aja " omel Ara

" Loh emangnya kenapa? " tanya buya

" Tadi banyak yang liatin Neesha, buya " ucap Fariz

" Tapi Neesha gak diapa-apain kan bang? " khawatir buya

" Gapapa kok buya. Gak usah khawatir "

" Mereka mungkin kaget pas liat kamu kali dek " ucap Gus Agam yang baru saja datang bersama anak dan istrinya

Ara bingung mendengar perkataan sang abang. " Kaget? "

" Iya kaget "

" Kenapa? "

Gusku Imamku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang