GUSKU IMAMKU 11

144 6 0
                                    

Setibanya di depan pintu ruangan, pintu besar itu kembali terbuka lebar. Asap penghias ruangan itu keluar dari bawah red karpet yang panjang sehingga menambah kesan mewah pada ruangan itu.

Para tamu undangan yang sedari tadi menunggu mereka pun bersorak, dan berdiri tertib di pinggir karpet tengah mengambil foto dan video pasangan baru yang akan segera lewat.

Musik pun dinyalakan kembali saat keduanya menginjakkan kaki di ambang pintu besar aula. Lagu Barakallah menggema nyaring ketika Ghazzal dan Ara mulai menginjakkan kaki di atas red karpet. Ghazzal dan Ara berjalan sambil bergandengan mesra.

Di belakang keduanya, ada keluarga Ara yang juga ikut berjalan di belakang sambil bergandengan tangan. Tak lupa dengan keluarga Ghazzal juga bergandengan. Dan di belakangnya lagi, ada sahabat dari pasangan, yaitu Nuha, Nura, Raihan dan Rafa yang berjalan bersebelahan.

“Nasib jomblo gini amat.” ujar Nura sambil memasang muka masam.

“Iya ya, kita jadi nyamuk. Ga di anggap lagi.” timpal Nuha membenarkan.

Beberapa orang membanti mengangkat gaun pengantin milik Ara ketika cewek itu hendak menaiki panggung.

“Ghazzal, Ara, selamat ya. Tante seneng deh liat kalian. Semoga sakinah mawaddah warahmah ya,” doa tante Fani kepada pasangan baru itu.

“Makasih tante.”

“Celamat onty, uncle,” ujar anak kecil berumur lima tahun yang ada di gendongan Fani, ---Leo. Sepupu Ghazzal yang paling kecil,

“Makasih Leo..” balas Ghazzal sambil menoel pipi tenbem milik Leo dengan jahil.

“Makasih.” ucap Ara sambil tersenyum manis kepada Leo.

“Ghazzal selamat ya buat kamu sama istrinya. Semoga kalian samawa ya.” ujar Stefan --suami tante Fani.

“Makasih om.”

Setelah keluarga tante Fani turun dari panggung, kini sahabat-sahabat Ara naik ke atas panggung.

Mereka terlihat sangat cantik menggunakan gamis yang telah diberikan oleh Ara.

“Selamat yaa buat Ara dan Gus Ghazzal. Semoga samawa Ara. Gak nyangka aku tuh Ra, kamu bakal nelen ludah sendiri.” ujar Nura sambil memeluk Ara.

“Ssttss… kamu tuh ya, jangan dibahas dulu bisa gak? Btw makasih ya..” balas Ara yang memeluk Nura.

“Intinya semoga samawa. Gus, jangan pernah nyakitin Ara, apalagi bentak Ara. Kalo aku tau gus nyakitin Ara apalagi bentak Ara, aku bakal jadi orang pertama yang mukul gus.”

“Na’am, saya pasti akan ingat itu.”

“Neesha selamat!!! Aku gak nyangka ternyata kamu duluan yang nikah.” ujar Nuha yang meneteskan air matanya lalu mengusapnya dengan cepat agar Ara tak melihat bahka ia sedang menangis.

Bagaimana tidak, sahabat yang sedari dulu menemaninya kini sudah menjadi milik orang lain. Bukannya egois, Nuha takut kalau Ara akan di bawa pergi oleh Gus Ghazzal, suaminya. Dirinya masih ingin bertemu dengan Ara seperti hari biasanya.

“Makasih Nuha. Nuha kok nangis? Kenapa? Jangan nangis dong. Masa nangis sih?” ujar Ara dengan lembut.

Sahabat yang sejati akan merasakan sakit jika melihat salah satu sahabatnya akan menikah terlebih dahulu.

Begitulah makna dari persahabatan yang sesungguhnya. Saling menemani dalam keadaan senang maupun sedih.

“Nggak kok, aku gak nangis. Sekali lagi selama ya Ara dan Gus Ghazzal. Semoga samawa.” kata Nuha sambil tersenyum manis kearah Ara. Walaupun tertutup oleh cadar, Ara tau kalo Nuha sedang tersenyum.

Gusku Imamku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang