GUSKU IMAMKU 14

188 6 1
                                    


 
Sinar matahari sudah mulai terbit. Tapi itu tidak membuat dua insan yang tertidur terganggu sama sekali. Siapa lagi kalau bukan Ara dan Ghazzal. Mereka berdua tidur dengan posisi sambil berpelukan dengan posisi Ara yang menyembunyikan kepalanya di dada bidang Ghazzal.

Setelah sholat subuh tadi, mereka berdua memilih untuk tidur kembali karena Ara mengeluh sakit dan merasakan pusing. Ghazzal sendiri memilih sholat di kamar bersama Ara. Ia tidak mau meninggalkan Ara sedetik pun untuk keluar dari kamarnya.

Perlahan tidur Ghazzal terganggu dengan sinar matahari yang masuk melalui celah-celah gorden membuat dirinya terbangun. Ia mengerjapkan matanya sebentar lalu menoleh ke arah samping dan mendapatkan Ara yang masih tidur dalam pelukannya.

Ghazzal melirik jam yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Hari ini ia sengaja mengosongkan waktunya dan jadwal mengajarnya untuk menjaga Ara yang sedang sakit.

Ia mengecek suhu tubuh Ara yang sudah mulai menurun panasnya. Kemarin malam, tubuh Ara terasa sangat amat panas dan itu membuat Ghazzal khawatir dengan kondisinya.

Ghazzal bangun secara perlahan agar tidak membangunkan Ara. Ia mengangkat kepala Ara yang di pinggangnya dengan pelan agar tidak terbangun. Dan memindahkan posisinya tidur Ara menjadi lebih nyaman. Lalu ia segera bergegas untuk mandi.

Tak butuh waktu lama ia mandi. Ghazzal keluar dari kamar mandi dengan menggunakan sarung berwarna hitam dan baju lengan pendek berwarna putih.

Lalu ia menghampiri Ara untuk membangunkannya. Karena bagaimanapun juga Ara harus sarapan dan minum obat. Ghazzal lalu mengusap pipi Ara dengan pelan. “Ara, ya humaira…”

Perlahan Ara membuka matanya. Hal yang pertama kali Ara lihat adalah wajah tampan Ghazzal yang tersenyum dengan rambut yang masih basah. Ara berusaha untuk duduk dengan Ghazzal yang membantunya. Ara menyenderkan kepalanya di ranjang kasur.

“Sarapan dulu ya, terus habis itu minum obat.” ucap Ghazzal. Lalu ara menganggukkan kepalanya dengan lemas.

“Mau mandi?” tanya Ghazzal. Ara lagi-lagi hanya mengangguk.

“Sebentar, saya siapkan air hangat dulu.”

Ara langsung menatap Ghazzal ragu. Seharusnya ia yang menyiapkan keperluan Ghazzal, karea itu adalah tugasnya sebagai istri. Bukan Ghazzal yang meniapkan segala keperluannya sekarang.

Ghazzal masuk ke kamar mandi untuk mengisi bathub dengan air hangat untuk istri tercintanya. Lalu ia mengampiri Ara yang duduk di sofa.

“Sudah saya siapkan air hangatnya.” ucap Ghazzal.

Saat Ara ingin berdiri, Ghazzal justru mencegahnya. Ara memandang Ghazzal dengan satu aslinya yang terangkat dan menatap Ghazzal dengan tatapan penuh bertanya. “Biar saya gendong sampai kamar mandi.” ucap Ghazzal.

Ara yang mendengar itu lantas terkejut. “hah? Gendong? Gak salah denger aku?” batin Ara.

Sesampainya di depan pintu kamar mandi, Ghazzal langsung menurunkan Ara di depan pintu. “Mandi, gih!” titah Ghazzal lalu pergi. Sebelum pergi, Ghazzal mencium pipi Ara dan pergi kebawah untuk mengambil sarapan.

Tubuh ara terasa kaku bagai batu saat Ghazzal mencium pipinya. Pipinya seketika memanas membuat Ara malu sendiri.

Sedangkan dibawah. Ghazzal mengambil sarapan untuk Ara. Sehabis keluar kamar, Ghazzal tidak berhenti untuk tersenyum yang membuat semua keluarganya terheran-heran. Apalagi gus Naufal yang sudah berpikiran bahwa sang adik sudah gila.

“Dek! Kenapa sih senyum-senyum kayak orang gila aja tau gak sih.” ucap gus Naufal kepada sang adik, Ghazzal.

“Palingan lagi kasmaran dia bang” celetuk ummi Hani lalu menghampiri Ghazzal.

“Kamu gak sarapan bang?”

“Nanti aja setelah Ara.”

“Menantu ummi gimana? Udah baikan belum?” tanya ummi Hani yang masih khawatir dengan kondisi Ara.

“Alhamdullilah udah mendingan ummi. Tapi kadang Ara ngeluh pusing.” jawab Ghazzal.

Ummi Hani memangut paham. Lalu Ghazzal langsung pergi ke kamarnya dengan membawa nampan berisi makanan, air putih dan obat untuk Ara.

Cklek

Ghazzal membuka pintu kamarnya yang bertepatan dengan Ara yang sedang menyisir rambutnya yang berantakan. Ghazzal meletakkan nampan itu di atas nakas lalu menghampiri Ara.

Ghazza lalu menyuruh Ara untuk memberikan sisirnya. Ia menyisirkan rambut Ara dengan pelan-pelan agar tidak kusut. Sedangkan Ara sedang berusaha mati-matian untuk menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Semoga saja suaminya itu tidak mendengarnya.

Setelah selesai, Ghazzal meletakkan sisir di atas meja rias. Lalu ia mengambil nampan tadi dan mulai menyuapi Ara. Ara mengernyit melihat Ghazzal tidak makan. Apakah kak Ghazzal sudah sarapan sebelum aku bangun? Pikirnya.

“Kakak, gak makan?” tanya Ara

Ghazzal menggeleng. “Nanti saya makan, setelah kamu.” jawabnya

Saat hendak Ghazzal menyuapi Ara, ara menutup mulutnya rapat-rapat yang membuat kening Ghazzal mengerut. Ara merebut sendok dari Ghazzal lalu menyuapi Ghazzal.

“Makan!” titah Ara sambil tersenyum.

Ghazzal tersenyum dan menerima suapan dari Ara. Mereka makan dengan saling menyuapi dan sesekali bercanda gurau sampai keduanya tertawa bersama.

Di balik pintu kamar Ghazzal, ummi mendengar suara tawa keduanya membuat ummi tersenyum lega. Karena awalnya ia khawatir jika rumah tangga anaknya akan penuh dengan perdebatan.

Rencananya ia akan memberikan obat kepada Ara ia batalkan. Ummi kembali turun ke bawah. Semua orang heran melihat ummi yang turun dengan tangan yang masih membawa obat.

“Ummi, kenapa turun?” tanya abi.

“Ummi gak mau ganggu mereka. Ada yang lagi asik berduaan.” jawab ummi.

Mereka mengangguk mengerti apa yang dikatakan oleh ummi. Berbeda dengan abang dan sepupu Ghazzal yang sedang merencanakan sesuatu untuk Ghazzal nanti ketika turun.






































































































































Assalamualaikum semuanya....
Segini dulu ya, berhubung saya sedang sakit makanya cuma bisa ngasih 3 chapter. Besok Senin In syaa Allah saya up lagi.

Kalo ada typo tolong tandai ok
Jangan lupa vote+komen
Selamat membaca semua🐱

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gusku Imamku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang