"Kakak bisa nya bantuin apa?" Tanya Namira yang hendak membuka panci kukusan dengan tangan kosong yang langsung di teriaki oleh Maisur.
"Ehh..., Pake cempal dulu" Maisur menyodorkan satu cempal kepada Namira.
"Hehehe iya lupa, Thanks kak" Cicit Namira, Ia membuka tutup panci tersebut dengan cempal yang disodorkan oleh Maisur. Uap panas didalam nya berterbangan kesana kemari, Membuat Namira meringis saat uap tersebut menyapu kulitnya.
"Awwshh..Panas" Ringisnya, Ia segera menyingkirkan tutup panci tersebut lalu mengibas-ngibaskan tangannya.
"Aku bisa apa aja sih" Ujar Maisur, Ia hendak membawa aluminium foil yang berada di kitchen bar ke dekat kompor, Bermaksud agar Namira tidak perlu bolak-balik untuk menaruh dimsum tersebut kedalam alumunium foil nya.
"Ngga usah kak, Nata nya di situ aja" Tolak Namira yang langsung dituruti oleh Maisur.
"Panci nya aja bawa kesini, Biar aku yang ngangkat. Ada alas tahan panas nya ga?" Tanya Maisur mendekati Namira.
"Ada" Namira membuka lemari kitchen set tersebut lalu mengambil alas anti panas dan menaruhnya di kitchen bar. Diikuti oleh Maisur yang sudah siap menaruh panci tersebut diatas kitchen bar.
"Hati-hati kak, Panas" Tutur Namira.
Setelah selesai menaruh panci tersebut, Maisur mencuci tangannya di wastafel. Tak lupa untuk mengeringkan nya menggunakan tisu. Ia memperhatikan Namira yang sedang menata satu persatu dimsum kedalam alumunium foil. Melihat Namira yang sepertinya sangat ribet melakukan tugasnya dengan menggunakan atasan mukena, Maisur menegur adik sepupunya itu.
"Ganti dulu pake krudung sana, Biar aku yang lanjutin. Takutnya kena najis" Pinta Maisur, Ia menarik kursi kitchen bar yang berada disebelah Namira untuk ia duduki. Mengambil alih capit makanan di tangan Namira.
"Iya" Jawab Namira singkat, Ia menaiki satu persatu tangga untuk menuju ke kamarnya. Mengambil hijab instan berwarna abu-abu dan mengoleskan sedikit lipbalm ke bibirnya. Setelah dirasa cukup, Ia kembali turun untuk menuju ke dapur.
"Kamu lanjutin nata dimsumnya deh, Bikinin saus mentainya, Sekalian plating diatas dimsumnya. Biar aku yang ngetorch" Saran Maisur, Ia menyodorkan capitan makanan yang berada ditanganya ke Namira, Namun Namira menolaknya.
"Pegang dulu, Mau buat sausnya" Tolak Namira, Ia mengambil bahan-bahan untuk membuat saus mentai di kulkas nya. Setelah itu mengambil mangkuk beserta sendok, Tak lupa untuk menggunakan sarung tangan plastik agar lebih higienis.
Setelah selesai membuat sausnya, Ia memplating saus tersebut di atas masing-masing dimsum, Tak lupa untuk memberi bubuk nori. Sedangkan Maisur, Ia meng-torch setiap foil yang berisi dimsum yang sudah diberi saus mentai diatasnya.
30 Menit berlalu, 60 alumunium foil berisi dimsum sudah siap. Karena jam sudah menunjukkan pukul 07.20, Maisur memutuskan untuk menghentikan aktivitasnya. Ia hendak meminta izin kepada Namira untuk melaksanakan sholat dhuha.
"Udah dulu ya?Aku mau sholat dhuha bentar, Nanti lanjut lagi" Izin nya sambil menghentikan aktivitas meng-torch dimsum dan meletakkan alat tersebut di kitchen bar.
"Kak, Aku mau tanya boleh?" Tanya Namira, Ia juga menghentikan aktivitas memberi saus mentai disetiap dimsum.
Maisur mengangguk-nganggukkan kepalanya, Menandakan bahwa ia mengizinkan Namira melontarkan pertanyaan kepadanya.
"Are you hiding something from me?" Namira memandang sekilas pria yang sudah berusia kepala dua disampingnya.
"Why ask that?" Sahut Maisur, Ini adalah kali pertama ia menatap Namira setelah bertahun-tahun lamanya. Bahkan ketika ia bertemu dengan adik sepupunya ini, Ia selalu menundukkan pandangannya. Setelah sadar, Ia kembali mengalihkan pandangannya kearah lain, Begitupun Namira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentioned U In My Prayer (On Going)
Teen FictionDaneen Namira Afsheen, Seorang gadis yang saat ini tengah sibuk berikhtiar untuk lolos seleksi snbt di universitas dan jurusan impiannya. Namun Ia harus dijodohkan dengan teman masa kecilnya yang tak lain adalah Sepupu jauhnya sendiri. Mereka berdua...