BAGIAN 08

186 30 6
                                    

***



Satu bulan lamanya David telah bekerja part time di cafe milik Bara, David cukup merasa nyaman dan aman bekerja di sana, lagipula David memilki partner kerja seperti Cakra yang sudah ia anggap sebagai abangnya.

"Semangat banget hari ini, mentang-mentang mau gajian senyum terus dari pagi." Ujar Cakra sembari menyenggol lengan David, hari ini Cakra dan David kerja di jam yang sama pada akhir pekan, cafe tutup jam lima sore karena untuk dua hari kedepannya cafe libur untuk semua karyawan.

"Iya dong bang, udah capek-capek kerja hari yang paling di tunggu tuh ya kalo gajian gini, tapi gue agak takut bang, katanya pemilik cafe bakal berkunjung ya." Jawab David, ekspresi di akhir kalimatnya menunjukkan kegelisahan.

"Ga usah takut kali, bos Bara tuh baik, ramah juga, dan bos Bara tuh suka sama yang malu malu meong kek lo." Cakra tertawa di akhir kalimat membuat David melemparnya menggunakan buku nota.

"Kan mau evaluasi juga, terus gue takutnya ada kesalahan apa gitu, atau beliau ngga suka ada anak SMA yang udah kerja di sini." Jawab David dengan overthingking tak berujungnya.

"Lah emangnya lo belum pernah ketemu bos Bara? Bukannya lo temenan sama adeknya?" Tanya Cakra heran.

"Ya emang gue temenan ama Ansel tapikan temenannya sama Ansel bukan sama abangnya." David rasa ingin berteriak pada Ansel untuk memberitahu abangnya agar tak perlu berkunjung ke cafe.

"Dav! Tuh di panggil pak Abraham, katanya di suruh sambut pak Bara." Panggil salah satu pelayan di sana membuat David melotot.

"Gue?" Tanya David masih tak percaya sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Iya cepetan itu pak Bara udah dateng."

David dengan gugup merapikan seragamnya, dalam batinnya ia berteriak mengapa harus dia yang menyambut pemilik cafe ini, padahal David sudah berusaha sembunyi agar Bara tak memperhatikannya nanti.

David berjalan ke arah pojok cafe dengan tiga orang di sana, dua orang duduk membelakanginya dan satu lagi pak Abraham yang melambai ke arahnya.

"Mas Bara, ini David siswa SMA yang saya ceritakan ke anda." Ujar pak Abraham membuat dua orang di hadapan David menoleh ke arahnya, membuat David membeku di tempat.

"David?"

"Abang?"

David rasa ingin menghilang dari bumi sekarang, karena salah satu dari dua orang yang memerhatikannya kini adalah Gabriel, David hanya fokus pada Gabriel yang sekarang menatapnya tajam tanpa memperhatikan jika Bara si pemilik cafe tengah menatapnya tanpa berkedip dengan tatapan yang sangat sulit di artikan.

"Jadi kamu pegawai barunya?" Tanya Bara membuat David tersadar dan langsung membungkuk ke arah Bara yang masih menatapnya.

"I-iya pak." Sahut David gugup, bukan lagi karena Bara, namun karena tatapan tajam Gabriel.

"Baiklah duduklah." Ujar Bara yang langsung di turuti David, ia duduk di kursi bersebrangan dengan Gabriel.

"Pak bisa siapakan minum untuk kita bertiga." Lanjut Bara sembari menoleh pada pak Abraham.

"Baik mas." Sahut pak Abraham lantas bergegas menuju dapur.

"Jadi? Kalian saling kenal?" Tanya Bara yang masih tak paham dengan dua manusia di dekatnya, pegawai barunya menunduk sedangkan temannya menatap tajam si pegawai baru.

"Dia adikku yang sedang melakukan kesalahan besar." Sahut Gabriel membuat David mendongakkan memandang Gabriel dengan raut wajah tak terima dengan apa yang di ucapkan abangnya itu.

Rumah untuk pulang?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang