Sang Tuan #4

713 49 1
                                    

"itu seperti... perasaanmu tercermin kembali pada dirimu sendiri" ucap 'Harris' sambil berbisik pada Harris dan berjalan melewatinya. Harris sontak menengok dan meraih pergelangan tangan 'Harris', namun saat Harris berhasil meraih tangannya, perlahan sosok 'Harris' tersebut mulai menghilang dan meninggalkannya dengan senyuman aneh.

. . . . . . . . . .

Harris terbangun dari tidurnya, ia melihat ke arah telapak tangannya dan membatin *mimpi*.

*semuanya berantakan... aku seharusnya tidak berjalan sendiri saat itu... jika itu terjadi, maka...* batin Harris sambil memijat pangkal hidungnya.

pagi hari tiba dah Harris melanjutkan pekerjaan seperti biasa, namun pikirannya entah pergi kemana memikirkan alasan mengapa tuannya memberitahukan sebuah rahasia besar.

seharian ini tugas Harris hanya mengganti bunga yang sudah layu, hingga tak terasa waktu telah berlalu dan sekarang sudah waktunya untuk makan malam. Harris berjalan ke arah ruang makan namun ia tak melihat tuannya ada di sana, justru ia menemukan sepucuk surat yang menyuruhnya untuk pergi ke kamar sang tuan.

Harris berjalan melangkahkan kakinya menuju kamar sang tuan dan berhenti tepat di depan pintu kayu berwarna coklat.

"tuan, ini Harris.." ucap Harris sambil mengetuk pintu kamar sang tuan, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar.

*apa dia tidak ada di dalam? aku yakin dia jelas bilang untuk datang ke kamarnya* batin Harris, tangannya perlahan meraih knop pintu dan membukanya.

"permisi, tuan" ucap Harris saat melangkah masuk kedalam kamar sang tuan.

*oh, dia benar benar tidak ada disini?* batin Harris saat tak mendapati tuannya di kamar.

*aku merasakan udara dingin yang aneh dari ruangan ini..* batin Harris saat menyadari hawa dingin yang tak biasa, ia mencari sumber udara dingin tersebut hingga langkahnya terhenti di depan ruang bawah tanah.

"tangga.." ucap Harris saat melihat tangga menuju bawah tanah.

*jadi udara dingin ini datang dari bawah sana? kalau begitu mungkin tuan ada di bawah. aku tidak tau ada tangga di ruangan ini* batin Harris dan berjalan menuruni tangga.

"tuan? anda di sini?" ucap Harris saat melihat tuannya yang berdiri membelakangi dirinya.

"Harris! kau menemukan tempat ini tanpa tersesat?" ucap Arion sambil membalikkan tubuhnya menghadap Harris.

"ya, setelah melihat catatan yang anda tinggalkan.." ucap Harris menjawab pertanyaan dari tuannya.

"tapi tempat apa ini.. dingin sekali. apakah anda menyimpan makanan disini?" tanya Harris sambil memperhatikan sekelilingnya.

"benar, kau tidak bisa memasuki ruangan ini tanpa seizin ku" jawab Arion.

"bolehkah saya datang ke tempat ini..? dan makan malam hari ini..." tanya Harris dengan gugup sambil memainkan jari jemarinya.

"aku ingin berbicara denganmu di tempat lain selain meja makan. kurasa aku akan merasa lebih baik jika kita berdua ada di sini" ucap Arion sambil tersenyum.

"tapi... jika anda tinggal terlalu lama di sini, anda mungkin akan masuk angin. jadi lebih baik kita naik dan bicara di atas" ucap Harris.

"apa ada sesuatu yang bisa anda pakai di atas...?" ucapnya terhenti saat matanya melihat setumpuk daging di rak pendingin. Harris terdiam beberapa saat hingga akhirnya tersadar saat merasakan tangan dingin menyentuh wajahnya.

"ah, dingin..!" kejut Harris saat merasakan tangan dingin sang tuan yang menutupi matanya.

"meski hanya kita berdua disini, jika kau membuat suara keras, semua orang akan mendengarnya" ucap Arion sambil menaruh jari telunjuknya di depan bibir untuk mengisyaratkan Harris agar mengecilkan suaranya.

"sa-saya minta maaf. lebih tepatnya... tuan, tangan anda sudah sedingin es... sebaiknya kita segera naik ke atas" ucap Harris menyingkirkan tangan Arion yang menutupi matanya dan menggenggamnya.

"ah, maaf jika saya tidak sopan..." ucap Harris dan dengan cepat melepaskan tangan Arion dari genggamannya.

"hah? tidak... bukan itu. sepertinya hari ini Harris... wangi mu harum sekali" ucap Arion sambil mengendus leher milik Harris.

"wa-wangi? oh, mungkin karena saya menghabiskan waktu seharian memperbaiki vas bunga" ucap Harris sambil mengalihkan pandangannya dengan gugup saat merasakan hembusan nafas sang tuan di leher miliknya.

"saya hanya menyentuhnya sebentar... tapi sepertinya aromanya bertahan lebih lama. untung saja baunya tidak busuk..." ucap Harris sambil tertawa kecil.

rioncaineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang